Mencermati Elektabilitas Parpol Islam
Andrew Knapp, menuturkan bahwa fungsi Partai Politik antara lain:
mobilisasi dan integrasi, sarana pembentukan pengaruh terhadap perilaku
memilih, sarana rekruitmen, dan Sarana elaborasi pilihan-pilihan
kebijakan, (Assidiqui, Pengantar Ilmu Hukum Tatat Negara, Jilid II).
Ketika fungsi partai politik tidak berjalan maksimal, maka
implikasinya adalah menurunnya elektabilitas parpol. Sepertinya hal itu
Inheren dengan apa yang terjadi pada elektabilitas parpol Islam saat
ini.
Survei ini dilakukan pada 1-8 Oktober 2012 dengan sample 1.200
responden di 33 provinsi dengan menggunakan metode pengacakan beringkat
(multistage random sampling)berupa pengumpulan data melalui wawancara
tatap muka responden, menggunakan kuesioner, serta tingkat kesalahan
sekitar 2,9 persen. (antaranews.com, 14/10).
Tanggapan beragam pun muncul, diantaranya datang dari Marwan Ja’far,
ketua DPP PKB yang menilai hasil survey LSI tersebut jauh dari
objektivitas . Nada penolakan juga datang dari Sekretaris Jenderal PAN,
Taufik Kurniawan. Ia meragukan indepedensi Lembaga survei yang dibiayai
Negara itu. “Masyarakat tahu independensi survei, darimana sumber
pembiayaannya,” paparnya sebagaimana dikutip republika.co.id (14/10).
Menyoal akurasi survei
Apabila mencermati akurasi hasil survei LSI, seringkali memang tidak akurat, dan indepedensinya layak untuk diragukan. Paling memprihatinkan khususnya menyangkut survei pemilu daerah. Seperti halnya ‘ramalan” pilkada DKI Jakarta 2012 baru-baru ini ternyata meleset. Pula Pilkada Aceh 2012, pilkada Jabar 2008.
Apabila mencermati akurasi hasil survei LSI, seringkali memang tidak akurat, dan indepedensinya layak untuk diragukan. Paling memprihatinkan khususnya menyangkut survei pemilu daerah. Seperti halnya ‘ramalan” pilkada DKI Jakarta 2012 baru-baru ini ternyata meleset. Pula Pilkada Aceh 2012, pilkada Jabar 2008.
Namun berbeda dengan survei yang dilakukan di tingkat nasional, dalam
hal ini kinerja LSI cukup bagus, meski juga dituding menggiring.
Menjelang pemilu 2009 misalnya, beberapa lembaga survei termasuk LSI
mengeluarkan hasil survei dengan akurasi nyaris tepat saat memprediksi
pemenang pemilu 2009, yakni partai Demokrat, disusul Golkar, PDIP, dan
PKS. Pun dengan survei menjelang pemilu Presiden terkait kemenangan SBY.
Satu sisi, kelemahan akurasi hasil survei juga bisa menjadi kewajaran
dikarenakan beberapa hal mempengaruhi. Pertama: perubahan sikap politik
pemilih. Seperti diketahui, sebagian besar pemilih merupakan kategori
pemilih mengambang, sehingga mereka bisa merubah dukungannya hanya dalam
hitungan hari, bahkan jam, salah satunya diakibatkan trik-trik ilegal
yang bisa saja dilakukan oleh partai politik tertentu. Kedua: wajar
manakala hasil survei meleset disebabkan hanya menggunakan sample dari
sebagian kecil masyarakat.
Faktor kemunduran Parpol Islam
Namun, hasil survei kali ini tampak begitu relevan. Hal ini ditunjang oleh beberapa faktor kenapa tingkat kepercayaan masyarakat pada parpol Islam menurun. Inipun bisa kita buktikan apabila kita mendengar perbincangan masyarakat sekitar ketika menyoal parpol Islam.
Namun, hasil survei kali ini tampak begitu relevan. Hal ini ditunjang oleh beberapa faktor kenapa tingkat kepercayaan masyarakat pada parpol Islam menurun. Inipun bisa kita buktikan apabila kita mendengar perbincangan masyarakat sekitar ketika menyoal parpol Islam.
Faktor pertama: Parpol Islam menjauhi sikap politik Islam. Hal ini
mengakibatkan masyarakat sulit membedakan mana partai Islam dengan
partai sekular. Contohnya ialah ketika partai memilih menjadi partai
terbuka, menjagokan kalangan non muslim sebagai calon pemimpin daerah,
dsb. Implikasinya lepaslah dukungan masyarakat yang memiliki kesadaran
ideologis.
Kedua: Tidak memiliki basis massa pemilih loyal. Selama ini partai
Islam tidak mengikat pemilih atau pendukung dengan ikatan berdasar
ideologi. Hal ini menyebabkan para pemilih mudah sekali untuk menjadi
pemilih kutu loncat. Senjata-senjata peraup suara yang sering digunakan
seperti memberi imbalan kemanfaatan sementara, itupun juga dilakukan
oleh partai sekular. Publikasi diberbagai media masih kalah dengan
parpol sekular melalui kekuatan media dan kekuatan finansial yang
dimiliki. Pun soal figuritas partai, ketenarannya dibawah figur parpol
sekular .
Ketiga: Perilaku elit pimpinan partai mengecewakan. Masyarakat
semakin kebingungan ketika beberapa partai Islam yang dianggap bersih
ternyata elit partai memberikan image sebaliknya. Begitu pula perilaku
hedonis dengan bergaya hidup mewah para elit yang memberikan kesan
kurang peka terhadap kondisi masyarakat sekitar.
Keempat: Persaingan semakin ketat. Kantong-kantong suara dari para
pemilih tradisional seperti pandangan Muhammadiyah memilih PAN,
Nahdhatul Ulama memilih PKB, itu tidak relevan lagi. Sebab partai
sekular sudah mengakomodir dengan cara mengangkat beberapa tokoh elemen
Islam di jajaran kepengurusan partai.
Kemudian pesaing lain juga datang dari para partai pendatang baru
dengan berbagai potensinya. Mereka punya kader-kader muda untuk diusung
menjadi pemimpin, jika parpol Islam masih sekedar mengusung jargon
saatnya pemimpin muda.
Pembenahan Partai Islam
Hasil survei ini memang tidak bisa dijadikan pedoman seutuhnya, namun jika dikorelasikan dengan fenomena apatisme masyarakat pada parpol Islam, maka tidak tepat apabila parpol kemudian bersikap acuh dan tidak mengadakan perbaikan.
Hasil survei ini memang tidak bisa dijadikan pedoman seutuhnya, namun jika dikorelasikan dengan fenomena apatisme masyarakat pada parpol Islam, maka tidak tepat apabila parpol kemudian bersikap acuh dan tidak mengadakan perbaikan.
Menjadi partai Islam sejatinya bukan sekedar memiliki basis massa
muslim, atau sekedar mengatasnamakan partai Islam dalam perijinan
pembentukan partai, namun landasan dan sikap politik partai tersebut
juga harus mengambil jalan politik Islam.
Menurut para ulama, hakikat berdirinya partai Islam ialah sesuai dengan perintah Allah Swt:
“Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang menyeru kepada
kebajikan (Al-khair), menyuruh kepada yang ma’ruf dan mencegah dari
yang munkar.” (QS Ali ‘Imran : 104).
Solusi pertama: Giat melakukan edukasi dan artikulasi politik Islam.
Partai Islam harus menyeru kepada Al-Khair. Imam Ibnu katsir menafsirkan
kata Al-Khair pada ayat diatas ialah mengikuti Al-Qur’an dan
As-Sunnah. Sebagaimana Islam telah memberikan peraturan hidup sempurna
yang terpancar dari akidah Islam. Baik menyangkut pribadi, masyarakat,
maupun negara. Itulah ideologi Islam.
Selain berupa kewajiban, menyerukan Ideologi Islam secara massif juga
dapat menciptakan basis massa pemilih loyal. Partai dan masyarakat akan
diikat oleh pemikiran dan perasaan yang sama untuk berjuang menerapkan
ideologi Islam sebagai tuntutan keimanan dan kemaslahatan.
Kedua: Benar-benar menjadi representasi umat. Partai Islam harus
selalu membela hak-hak umat, hadir ditengah-tengah umat untuk memberikan
solusi-solusi permasalahan umat. Dengan begitu, masyarakat tidak mudah
lagi diiming-imingi untuk menjadi pemilih kutu loncat melaui berbagai
modusnya jika itu bertentangan dengan Ideologi partai yaitu ideologi
Islam.
Ketiga: Meningkatkan fungsi koreksi. Partai Islam harus lebih masif
lagi melakukan aktivitas menyuruh yang ma’ruf dan mencegah yang munkar.
Selain wajib, hal ini juga dapat membantu bargaining partai
ditengah-tengah umat guna meraih simpati umat. Banyak hal yang bias
dilakukan semisal menolak kebijakan penguasa yang mengambil kebijakan
dzalim seperti menolak kenaikan BBM, menolak kenaikan TDL, menolak
pelemahan pemberantasan korupsi, dsb. Bukan justru berkolaborasi
mengambil kebijakan yang tidak pro masyarakat.
Ketiga: Partai Islam harus lebih Ikhlas. Sikap ikhlas akan mendorong
partai agar lebih berani menyuarakan Islam, mudah untuk menerima
kebenaran yang datang, dan akan takut bila menganggap menyuarakan Islam
berdampak partai menjadi tidak laku. Sikap Ikhlas partai menjadikan
partai tidak kuatir lagi atas kemungkinan potensi berkurangnya jatah
kursi.
Melalui perncanaan, konsolidasi, dan gerak terencana dan ditopang
jumlah kader yang signifikan guna mengoptimalkan gerak mesin politik
partai. InsyaAllah partai Islam bisa menjadi terdepan. Masyarakat pun
berbondong-bondong mendukung partai Islam untuk menegakkan ideologi
Islam. Namun tidak mesti dukungan itu harus berbentuk dukungan dalam
pemilu sebagaimana anggapan banyak kalangan.
Jika partai Islam sudah bekerja cerdas, bekerja keras, dan bekerja
Ikhlas. Maka akhirnya semua bergantung pada-Nya. Dan Allah menolong
hamba-Nya selama hamba menolong agama-Nya. “Barang siapa yang menolong
agama Allah niscaya Allah akan menolongnya dan akan meneguhkan
kedudukannya.” (QS. Muhammad: 7).
Wallahu a’lam.
Ali Mustofa Akbar
Analis CIIA (The Community Of Ideological Islamic Analyst)
Analis CIIA (The Community Of Ideological Islamic Analyst)
Posting Komentar untuk "Mencermati Elektabilitas Parpol Islam"