Investigasi Reuters : Rezim Myanmar dan Biksu Budha Terlibat dalam Pembantaian Terorganisir Muslim Rohingya
HTI-Press. Upaya rezim Myanmar untuk menutup-nutupi pembantai
terhadap umat Islam Rohingya semakin terbantahkan. Media milik
pemerintah mengatakan ledakan kekerasan tersebut merupakan sesuatu yang
spontan dan seringkali berakhir dengan warga Muslim membakar sendiri
rumah-rumah mereka.
Namun investigasi yang dilakukan oleh kantor berita Reuters sebagai
yang dilansir VOA (13/11) menunjukkan gambaran yang menyeramkan:
Gelombang serangan tersebut merupakan sesuatu yang diorganisir, menurut
sumber-sumber militer. Serangan tersebut dipimpin oleh para nasionalis
Rakhine yang berhubungan dengan partai politik yang berkuasa di negara
bagian tersebut, dihasut oleh biksu Budha dan, menurut beberapa saksi,
bersekongkol dengan petugas keamanan setempat.
Seorang pemimpin Partai Pembangunan Kebangsaan Rakhine menyangkal
peran mereka dalam mengorganisir serangan tersebut, namun mengakui
kemungkinan keterlibatan pendukung di akar rumput.“Saat massa bangkit
dengan rasa nasionalisme etnis yang membara, sangat sulit untuk
menghentikan mereka,” ujar Oo Hla Saw.
Banyak warga Muslim yang dibunuh di kota Pauktaw dan Kyaukphyu, yang
bisa disebut pembersihan etnis. Wawancara dengan pejabat pemerintahan,
militer dan politisi, pemimpin politik dan puluhan warga Budha dan
Muslim di wilayah konflik yang luas menunjukkan bahwa Burma memasuki
fase kekerasan yang lebih buruk dengan penyiksaan 800.000 orang,
kebanyakan etnis Rohingya, minoritas Muslim di negara berpenduduk
mayoritas Budha tersebut.
Foto satelit yang dirilis Human Right Watch (HRW) baru-baru ini
menjunjukkan parahnya kondisi perkampungan muslim di Arakan. HRW
mengatakan lebih dari 800 bangunan dan rumah perahu terbakar.Gambar
satelit juga menunjukkan sekitar 14 hektar kawasan terbakar di Kyaukpyu,
kota pantai di Rakhine. Pegiat HAM menyatakan kebanyakan warga di
kawasan tersebut adalah Muslim Rohingya, yang menjadi target serangan
non-Muslim yang menyebut mereka tidak termasuk dalam Burma. Banyak warga
Rohingya yang diyakini kabur dengan menggunakan kapal ke laut.
Meskipun rezim Myanmar menyatakan mereka tidak terlibat dalam
pembantaian ini,namun fakta-fakta di lapangan menunjukkan hal yang
berbeda. Seringkali terjadi penindasan dan penyiksaan yang dilakukan
langsung oleh aparat keamanan. Keterlibatan pemerintah tampak dari
diamnya mereka terhadap pembantaian ini. Padahal pemerintah Myanmar bisa
berbuat banyak untuk melindungi umat Islam.
Seperti yang dikatakan Shwe Hle Maung, 43, kepala desa Paik Thay, di
mana keluarga Muslim yang miskin berdesak-desakan di dalam rumah beratap
jerami tanpa ada aliran listrik. “Ini rasialisme, Pemerintah dapat
menyelesaikan hal ini jika mereka mau dalam lima menit. Tapi mereka
tidak melakukan apa pun,”ujarnya.
Konflik
di negara bagian Rakhine telah menyebar bahkan ke daerah di mana warga
Muslim telah lama hidup berdampingan secara damai dengan warga Budha. Di
Paik Thay, warga Budha melemparkan bom Molotov ke pondok-pondok bambu
tempat Tun Naing dan para tetangganya melarikan diri. Muhammad Amin, 62,
mengatakan ia dipukuli pipa besi sampai tengkorak kepalanya retak.
Kekerasan berakhir setelah tentara menembakkan peluru ke udara dan
polisi menahan seorang warga Rakhine.
Pada 22 Oktober, ratusan pria Rakhine berkumpul di Mrauk-U, sekitar
15 mil dari Paik Thay, lalu menuju ke Tha Yet Oak, desa nelayan Muslim
dengan penduduk 1.100 orang dan membakar rumah-rumah bambu mereka.
Warga kemudian melarikan diri dengan kapal ke desa tetangga Pa Rein,
namun massa Rakhine mengikutinya, dan jumlah mereka telah meningkat
menjadi 1.000 orang, menurut Kyin Sein Aung, 66, seorang petani Rakhine
dari desa Budha dekat tempat itu. Jumlah orang Rakhine tersebut kemudian
bertambah menjadi 4.000, menurut para saksi. Kerusuhan pun pecah sampai
tentara membubarkannya.
Sebagian besar warga Rohingya berjuang untuk hidup saat ini. Sebuah
survei 2010 oleh kelompok Aksi Melawan Kelaparan dari Perancis menemukan
bahwa tingkat malnutrisi mencapai 20 persen dalam komunitas tersebut,
jauh di atas batas darurat yang ditetapkan Organisasi Kesehatan Dunia.
Peran Biksu Budha
Para biksu, simbol demokrasi pada protes 2007 melawan junta militer,
telah membantu mendorong kemarahan terhadap Muslim. Nyar Nar, 32, salah
satu biksu Rakhine menyebut Muslim sebagai penyerbu asing. “Sebagai
biksu, kami memiliki moralitas dan etika. Namun jika orang luar datang
untuk menduduki lahan kami, kami harus mengangkat pedang untuk
melindunginya,” ujarnya.
Pernyataan yang menyatakan bahwa muslim Rohingya adalah pendatang di
Arakan adalah dusta. Arakan, wilayah di mana mayoritas Muslim Rohingya
tinggal, sudah ada bahkan sebelum Negara Burma lahir setelah diberi
kemerdekaan oleh Inggris pada tahun 1948. Kaum Muslimin di sana telah
berabad-abad tinggal sebagai kesultanan Islam yang merdeka. Justru yang
terjadi adalah penjajahan oleh kerajaan Budha dan Kolonial Inggris di
negara itu.
Para sejarawan menyebutkan bahwa Islam masuk ke negeri itu tahun 877 M
pada masa Khalifah Harun ar-Rasyid. Saat itu Daulah al-Khilafah menjadi
negara terbesar di dunia selama beberapa abad. Islam mulai menyebar di
seluruh Birma ketika mereka melihat kebesaran, kebenaran, dan
keadilannya.
Kaum Muslimin memerintah propinsi Arakan lebih dari tiga setengah
abad antara tahun 1430 hingga tahun 1784 M. Penderitaan Muslim di sana
mulai terjadi saat penjajah kerajaan Budha maupun kolonialis Inggris
menjajah negeri itu.
Pembantaian yang berulang yang terjadi di Arakan menunjukkan betapa
butuhnya kita akan sistem Khilafah yang akan melindungi kaum muslimin.
Menyatukan 1,5 milyar muslim di seluruh dunia dan menggerakan puluhan
juta tentara muslim negara Khilafah untuk membebaskan negeri-negeri
Islam yang tertindas.
Tragedi ini juga menujukkan , penguasa negeri-negeri Islam, termasuk
presiden SBY tidak sungguh-sungguh peduli terhadap nasib umat Islam.
Padahal SBY adalah presiden negeri muslim terbesar di Asia Tenggara yang
seharusnya menggunakan powernya untuk menghentikan kebiadaban ini.
Penguasa muslim lain seperti Malaysia,Brunai di Asia Tenggara dan
kawasan dunia lainnya juga tidak melakukan aksi kongkrit. Sementera
Bangladesh malah menolak untuk membantu kaum Muslim yang tiba di negara
itu. Negara ini bahkan mengembalikan dan menutup perbatasan untuk
saudara Muslimnya.(AF/BBC/Reuter)
Posting Komentar untuk "Investigasi Reuters : Rezim Myanmar dan Biksu Budha Terlibat dalam Pembantaian Terorganisir Muslim Rohingya"