Kisah kekejaman pasukan Syi'ah Nushairiyah terhadap Aisyah di pabrik gula Suriah
- Cerita ini dipaparkan dari seorang
gadis Sunni (Ahlu Sunnah wal Jama'ah) bernama Aisyah di Rumah Sakit di
Turki, Istanbul. Dilengkapi keterangan dari salah seorang saksi hidup
yang selamat.
Tanggal: 15 – 28 Juni 2011
Lokasi: Pabrik Gula Jisr Al-Shughour, Suriah Utara, kota Sunni, 20km dari Turki, perbatasan Syria.
__________________
__________________
Pada tanggal 14 Juni, pasukan Basyar mengitari Jisr Al-Shughour
dengan formasi 3000 tentara dan 300 tank, untuk menggerebek kota pada
keesokan harinya, yaitu tanggal 15 Juni.
Berita bocoran terakhir dari kota tersebut adalah, hampir 30 orang
dibunuh dan dikubur di Pabrik Gula, kemudian di atasnya dilapisi semen.
Hari-hari berikutnya hingga 28 Juni, berita mengenai peristiwa di Jisr
Al-Shughour ditutup-tutupi dari dunia. Berita tersebut mulai bocor ke
luar, 13 hari kemudian. Tepatnya tanggal 28 Juni, ketika tentara Assad
meninggalkan kota itu untuk menggerebek kota lain.
Pada hari Jumat tanggal 17 Juni 2011, para jenderal Assad membunuh
kurang lebih 30 pemuda dan menguburkannya di Pabrik Gula, lalu
melapisinya dengan semen. Tapi saat malam tiba, para jenderal itu tidak
menemukan tempat yang lebih baik untuk tidur dan menginap kecuali Pabrik
Gula ini, sehingga merekapun memutuskan untuk memanfaatkannya sebagai
markas selama operasi penyerangan kota.
Untuk menghidupkan situasi, sebuah ide sadis melintas di benak para
jenderal itu. Mereka ingin beberapa budak Sunni telanjang untuk hiburan!
Mereka memerintahkan menangkap gadis-gadis tercantik di kota bernama Aisyah, sebanyak kurang lebih 20 orang gadis.
"Pertama kali kami memasuki pabrik, kami ditelanjangi dan menjadi
sasaran pelecehan serta pemukulan, kemudian para jenderal itu
memerintahkan tentaranya untuk berhenti memukul karena mereka ingin
menikmati daging putih bersih kami," kata Aisyah.
"Setelah beberapa hari, saya pasrah tentang perkosaan tersebut. Sudah
menjadi bagian dari hidup saya. Tapi jika menggunakan tubuh saya dan
sayapun menyiapkan sarapan, makan siang dan makan malam serta
menghidangkan teh dan kopi, setidaknya mereka memakaikan selembar baju
di tubuh saya. Saya benci menjadi budak telanjang. Saya hanya berharap
mereka menutupi tubuh saya," kata Aisyah.
"Pelecehan ditujukan pada nama Aisyah. Maka ketika para jenderal itu
kembali dari peperangan, mereka memerintahkan kami berbaris dan
menjilati sepatu booth mereka sampai bersih sebagai rasa terimakasih
pada mereka. Mereka bilang, mereka akan membunuh pemberontak dan
melindungi kami dari pemerkosaan. Mereka biasa mengatakan, "Aisyah…..
Kemari. Jilati booth-ku", "Aisyah….. Bawa kopiku", "Aisyah….. Siapa
Allah-mu sekarang?" dan hal-hal sangat buruk lainnya," kata Aisyah.
"Saya sudah tahu apa yang akan terjadi sejak diberitahu bahwa yang
ditangkap adalah gadis-gadis cantik yang muda. Tapi saya tidak pernah
tahu mereka memilih kami karena nama kami sampai keesokan harinya saat
mereka mulai memanggil kami semua, Aisyah, dan melecehkan kami dengan
berbagai cara yang mungkin, barulah kami mengerti apa yang mereka
inginkan" kata Aisyah.
"Hari pertama dia menyuntikkan sesuatu ke kaki saya hingga kami tidak
mampu berdiri. Saya berharap dia membunuh saya saja malam itu, namun
mereka tidak pernah menyuntik kami lagi."
"Pada hari ke-3 mereka membunuh salah satu gadis yang melawan salah
seorang tentara itu. Mereka memotong putingnya karena dia menentangnya.
Lalu kami tahu dari pembicaraan para tentara itu bahwa mereka
memperkosanya kemudian membunuhnya dan menguburnya bersama 'yang
lainnya' di bawah pabrik! Ini untuk menakuti para gadis agar tidak ada
lagi yang berpikir untuk menentangnya," kata saksi mata yang selamat.
"Kami takut, kami membahagiakan mereka, dan kami memuaskan seksual
mereka bahkan di depan umum. Mereka 'main' dengan kami bahkan di atas
meja saat mereka sedang merencanakan bagaimana memindahkan tank-tank
mereka untuk menghancurkan kota kami. Satu-satunya yang biasa membuat
kami nyaman adalah saat kami memasak untuk mereka. Tentu saja kami
dilarang saling berbicara ataupun saling melihat. Tapi kami menikmati
makanan enak sejak kami memasaknya," kata Aisyah.
"Setelah hari ke-10, mereka bangun dan menghilang begitu saja. Kami
telanjang. Kami sendirian di pabrik. Kami tidak berani kabur. Kami tidak
berani saling bertanya apakah kami sudah boleh saling berbicara atau
tidak. Kami benar-benar takut. Lalu beberapa pria dari desa kami datang
dan menyelamatkan kami" kata Aisyah.
"Alhamdulillah, saya telah keguguran dan dapat berjalan lebih baik
sekarang. Saya masih ingat wajah-wajah mereka, nama-nama mereka dan
kota-kota asal mereka. Saya bersumpah akan membalas dendam. Hanya kakak
(laki-laki) saya yang tahu cerita keseluruhannya, yang tidak mungkin
saya paparkan kepada keluarga saya karena mereka tidak akan lagi
mengakui saya sebagai anak mereka setelah orang Syiah memperkosa saya.
Tidak ada pria akan menikahi saya karena saya seorang budak. Saya akan
mencoba mengubah nama saya dan tidak akan ada seorangpun mengenal saya,"
kata Aisyah.
Video klip kedatangan tank-tank yang menyerang pada hari itu.
Sumber: Syria Care: Pertubuhan Penyayang Islam Membantu Syria
(zafaran/muslimahzone.com)
Posting Komentar untuk "Kisah kekejaman pasukan Syi'ah Nushairiyah terhadap Aisyah di pabrik gula Suriah"