Komite Khilafah
Oleh: Septian AW
Mahasiswa Universitas Indonesia Program Studi S1 Ilmu Sejarah
Mahasiswa Universitas Indonesia Program Studi S1 Ilmu Sejarah
Sesungguhnya perjuangan penegakan Khilafah Islamiyah merupakan
bagian dari sejarah besar bangsa Indonesia. Tidak lama setelah Khilafah
Turki Usmani diruntuhkan, sudah banyak orang Indonesia terlibat dalam
perjuangan khilafah. Penelusuran sumber-sumber sejarah yang ada
menunjukkan bahwa di Indonesia para ulama, tokoh pergerakan beserta
umat Islam yang lain turut serta memperjuangkan khilafah agar tegak
kembali.
Walaupun perjuangan ini cukup singkat yang kemudian lenyap tergerus
oleh perjuangan nasionalisme, semangat perjuangan mereka penting untuk
dipahami. Fakta-fakta sejarah ini harus selalu diungkap. Adalah hak
seluruh bangsa Indonesia untuk mengetahui jejak-jejak perjuangan mereka.
Dengan memahami sejarah ini kita bisa mengambil banyak pelajaran
berharga. Sebagaimana fungsi sejarah, dengan mengetahui masa lalu kita
akan memahami masa kini untuk merancang masa depan yang lebih baik.
Peristiwa penghapusan Turki Utsmani oleh Mutafa Kemal yang disusul
oleh seruan ulama al-Azhar untuk menghadiri Kongres Kairo yang akan
memilih khalifah baru mendapat antusiasme yang sangat besar dari umat
Islam di Indonesia. Pada 4-5 Oktober 1924 para pemimpin Sarekat Islam,
Muhammadiyah dan Al-Irsyad mengadakan sebuah pertemuan di Madrasah
Tarbiatoel Aitam Genteng Surabaya. Selain dihadiri oleh para pemimpin
nasional dan lokal dari ketiga organisasi tersebut, pertemuan ini juga
dihadiri oleh banyak ulama besar, baik dari kalangan orang Arab maupun
orang Jawa. Dalam pertemuan ini terjadi diskusi yang panjang tentang
khilafah dan seruan ulama al-Azhar tersebut.
Dalam sejarah Indonesia, pertemuan ini menjadi pertemuan khusus
membahas khilafah yang pertama kali diadakan di Indonesia. Disepakati
dalam pertemuan ini bahwa keberadaan khilafah adalah wajib, dan penting
mengirim delegasi Indonesia ke Kongres Kairo. Hasil lain dalam
pertemuan ini adalah kesepakatan para ulama dan tokoh pergerakan Islam
untuk membentuk Komite Khilafah sebagai wadah bagi mereka dalam
memperjuangakan khilafah.
Komite Khilafah bertugas menetapkan mandat yang
akan dibawa oleh delegasi Indonesia. Mandat tersebut berisi sebuah
konsep khilafah yang akan ditegakkan. Oleh karena itu ternyata
perjuangan mereka saat itu telah berhasil merumuskan sebuah konsep baru
tentang khilafah.
Pada 24-27 Desember 1924 komite yang diketuai Wondo Soedirjo dengan wakil KH Abdul Wahab ini
mengadakan Kongres Al-Islam Luar Biasa. Kongres yang dihadiri oleh
ribuan umat Islam termasuk ulama dan tokoh pergerakan ini menyetujui
mandat tersebut. Dengan seiya sekata para peserta kongres menyatakan
wajib terlibat dalam perjuangan khilafah.
Selain itu, kongres tersebut juga menyepakati untuk mendirikan
Komite Khilafah di seluruh Indonesia. Oleh sebab itu di beberapa kota
di Indonesia didirikan cabang-cabang Komite Khilafah. Jika
kita telusuri sejarah lokal tentang Komite Khilafah, barangkali di kota
tempat kita tinggal saat ini dapat ditemui jejak-jejak perjuangannya.
Komite cabang yang pernah didirikan antara lain adalah Komite
Khilafah Yogyakarta, Komite Khilafah Pekalongan, Komite Khilafah
Cirebon, Komite Khilafah Pasuruan, Komite Khilafah Bogor, Komite
Khilafah Banjarmasin dan Komite Khilafah Cianjur. Hal ini menjadi bukti
bahwa perjuangan khilafah mendapatkan apresiasi yang sangat besar di
berbagai tempat di Indonesia.
Seperti yang pernah diberitakan oleh sebuah surat kabar pada zaman
itu. Diberitakan bahwa pada 30 November 1924 di Cianjur telah diadakan
sebuah rapat besar yang dihadiri oleh sekitar 3.000 orang untuk
membahas persoalan khilafah. Sesuatu yang sangat luar biasa, dalam
konteks hari ini sekalipun, di kota Cianjur sebuah pertemuan yang
membicarakan khilafah dapat dihadiri peserta sebanyak 3.000 orang.
Kemudian bagaimana perjuangan khilafah di tempat yang lain. Saya
pikir sangat menarik untuk bersama-sama kita telusuri sejarahnya.
Berminat?[]
mediaumat.com
Posting Komentar untuk "Komite Khilafah"