Poster Soeharto Sapa 5000 Massa HTI yang Menolak Asas Tunggal Pancasila


Hari MoektiHTI Press. Jakarta- Dengan senyum dan lambaian tangannya yang khas, Presiden Soeharto menyapa sekitar  5000 massa Hizbut Tahrir Indonesia bersama ulama dan umat Islam yang menolak disahkannya RUU Ormas yang menjadikan Pancasila sebagai asas setiap organisasi masyarakat.
“Gimana kabarnya?Ada asas tunggal lagi ya? Kayak jamanku dong, wkkkkkk..!” ungkap penguasa rezim Orde Baru tersebut dalam poster yang diusung  dai kondang mantan artis Ustadz Hari Moekti, Kamis (28/3) di depan gerbang Gedung DPR RI, Senayan, Jakarta.
Sedangkan di pagar gerbang dipasang dua spanduk raksasa yang masing-masing berukuran 10 X 4 meter, bertuliskan: RUU Ormas Membungkam Sikap Kritis Masyarakat, Mengembalikan Fitnah Orde Baru; dan RUU Ormas Pintu Kembalinya Rezim Represif ala Orde Baru, karenanya harus Ditolak.
Juru Bicara HTI Muhammad Ismail Yusanto menegaskan RUU Ormas ini wajib ditolak. “Karena RUU ini menjadi pintu yang sangat nyata bagi kembalinya rezim represif ala Orde Baru!” pekiknya saat membacakan pernyataan sikap.
Lantaran, lanjut Ismail, RUU ini mengusung semangat mengontrol dan merepresi ala Orde Baru melalui penghidupan kembali ketentuan asas tunggal Pancasila dengan mewajibkan Pancasila dan UUD 1945 sebagai asas utama Ormas (Pasal 2 RUU Ormas); dan kontrol ketat oleh pemerintah (Pasal 58,61 dan 62).
Salah seorang ulama dari Kabupaten Bogor KH Muhyiddin memberikan dukungan penuh kepada HTI agar tetap mempertahankan Islam sebagai asas organisasinya dan tidak perlu mencantumkan asas lain sebagai asas utama atau asas ciri.
Karena menurutnya, mencantumkan asas selain Islam berarti menuruti thagut (asas/sistem/aturan di luar Islam). “Thagut itu! Asas selain asas Islam itu thagut! Wajib bagi kaum Muslimin untuk mengufurinya!” pekik Pimpinan Ponpes An Nur Pamijahan tersebut kemudian disambut takbir ribuan massa yang berpeluh teriknya matahari.[] (mediaumat.com 29/3/2013)

Posting Komentar untuk "Poster Soeharto Sapa 5000 Massa HTI yang Menolak Asas Tunggal Pancasila"