Konferensi Islam dan Peradaban (KIP) Semarang ''Indonesia Milik Allah, Saatnya Khilafah Menggantikan Demokrasi dan Sistem Ekonomi Liberal,''
Semarang. Demokrasi telah dan akan selalu
menipu kita, begitupun juga dengan sistem ekonomi liberal yang ternyata
selama ini semakin merusak dan menyengsarakan rakyat. Di kondisi
masyarakat yang terlena oleh gencarnya berita pencitraan capres dan
cawaspres yang akan menerapkan demokrasi dan sistem ekonomi liberal yang
telah menipu, merusak dan menyengsarakan rakyat saat ini. Hizbut Tahrir
Indonesia DPD II Kota Semarang menyelenggarakan Konferensi Islam dan
Peradaban dengan tema “Indonesia Milik Allah, Saatnya Khilafah Menggantikan Demokrasi dan Sistem Ekonomi Liberal,” yang bertempat di gedung Dewa Ruci STIMART-AMNI Semarang, Kamis (29/5).
Acara ini dihadiri dari berbagai kelompok lapisan masyarakat, baik dari ulama, tokoh masyarakat, asatidz, kalangan birokrat, politisi serta mahasiswa. Para peserta yang hadir bukan hanya berasal dari kota Semarang tetapi juga berasal dari berbagai daerah lainnya yang cukup menyita waktu untuk melakukan perjalanan ke tempat acara. Hal itu nampak jelas ketika kita menengok ke tempat parkir gedung yang dipenuhi bus-bus dari peserta luar kota yang berjajar rapi memenuhi area parkir gedung. Oleh karena itu, gedung yang tak pernah menyelenggarakan acara sebesar ini nampak ramai dan penuh namun teratur dipadati oleh peserta. Sehingga tak heran jika terlihat tak ada bangku kosong di tempat duduk yang disediakan oleh panitia di gedung yang berkapasitas 2000 tempat duduk itu.
Semenjak pagi, sembari menunggu pintu masuk dibuka para peserta yang hadir telah berbaris rapi dan bercengkerama hangat dengan peserta lainnya. Sekitar pukul 07.30 WIB, sesi registrasi dimulai dan para peserta yang berjumlah ribuan orang itu dengan rapi satu-persatu mulai memasuki ruangan, tak lupa tim keamanan memastikan bahwa peserta telah aman untuk mengikuti acara. Di dalam ruangan alunan suara merdu dari lantunan nasyid mengiringi dan menyejukkan suasana sambil menanti acara dimulai.
Konferensi Islam dan Peradaban ini diawali dengan pemutaran dokumentasi sinema (dokusinema) yang mengisahkan tentang kisah perjalanan seseorang dalam mencari penyebab utama permasalahan yang membelenggu Indonesia. Selepas tayangan yang memberikan pencerahan tersebut, Abdullah Iar (DPD I HTI Jateng) menjelaskan biang dari semua masalah ini yaitu sistem demokrasi penipu yang ternyata adalah sistem dari korporasi, oleh korporasi, untuk korporasi.
Abdullah Iar menambahkan bahwasannya demokrasi tidak perlu dibela dan dipertahankan oleh kaum muslimin, karena demokrasi pasti akan dibela dan dipertahankan oleh Amerika Serikat dan sekutu-sekutunya. Melalui demokrasi inilah mereka melanjutkan hegemoninya, melestarikan penjajahan dan mengeruk kekayaan alam negeri-negeri Islam. Sementara untuk sistem Islam, syariah dan khilafah, bila bukan kita yang membelanya lalu siapa?
Memasuki akhir konferensi, Muhammad Ainul Yaqin (DPP HTI) mengobarkan gelora dan dengan lantang menyeru mengajak umat Islam untuk mencampakkan demokrasi dan sistem ekonomi liberal. Prinsip dasar demokrasi adalah kedaulatan rakyat. Konsekuensinya otoritas menetapkan hukum berada di tangan rakyat yang diwakili oleh lembaga legislatif. Padahal itu semua adalah hak Allah SWT, dan saat ini manusia dengan lancang dan sombong berbuat layaknya Allah. Di akhir pidatonya, beliau menyeru kepada kaum muslimin untuk menyambut ajakan perjuangan ini dengan penuh semangat. Menyeru untuk menyongsong berita gembira Rasulullah SAW akan tegaknya khilafah dengan berjuang bersama Hizbut Tahrir untuk menegakkannya.[]MI Semarang

[www.bringislam.web.id]
Acara ini dihadiri dari berbagai kelompok lapisan masyarakat, baik dari ulama, tokoh masyarakat, asatidz, kalangan birokrat, politisi serta mahasiswa. Para peserta yang hadir bukan hanya berasal dari kota Semarang tetapi juga berasal dari berbagai daerah lainnya yang cukup menyita waktu untuk melakukan perjalanan ke tempat acara. Hal itu nampak jelas ketika kita menengok ke tempat parkir gedung yang dipenuhi bus-bus dari peserta luar kota yang berjajar rapi memenuhi area parkir gedung. Oleh karena itu, gedung yang tak pernah menyelenggarakan acara sebesar ini nampak ramai dan penuh namun teratur dipadati oleh peserta. Sehingga tak heran jika terlihat tak ada bangku kosong di tempat duduk yang disediakan oleh panitia di gedung yang berkapasitas 2000 tempat duduk itu.
Semenjak pagi, sembari menunggu pintu masuk dibuka para peserta yang hadir telah berbaris rapi dan bercengkerama hangat dengan peserta lainnya. Sekitar pukul 07.30 WIB, sesi registrasi dimulai dan para peserta yang berjumlah ribuan orang itu dengan rapi satu-persatu mulai memasuki ruangan, tak lupa tim keamanan memastikan bahwa peserta telah aman untuk mengikuti acara. Di dalam ruangan alunan suara merdu dari lantunan nasyid mengiringi dan menyejukkan suasana sambil menanti acara dimulai.
Konferensi Islam dan Peradaban ini diawali dengan pemutaran dokumentasi sinema (dokusinema) yang mengisahkan tentang kisah perjalanan seseorang dalam mencari penyebab utama permasalahan yang membelenggu Indonesia. Selepas tayangan yang memberikan pencerahan tersebut, Abdullah Iar (DPD I HTI Jateng) menjelaskan biang dari semua masalah ini yaitu sistem demokrasi penipu yang ternyata adalah sistem dari korporasi, oleh korporasi, untuk korporasi.
Abdullah Iar menambahkan bahwasannya demokrasi tidak perlu dibela dan dipertahankan oleh kaum muslimin, karena demokrasi pasti akan dibela dan dipertahankan oleh Amerika Serikat dan sekutu-sekutunya. Melalui demokrasi inilah mereka melanjutkan hegemoninya, melestarikan penjajahan dan mengeruk kekayaan alam negeri-negeri Islam. Sementara untuk sistem Islam, syariah dan khilafah, bila bukan kita yang membelanya lalu siapa?
Sementara Budiman yang sebagai pembicara selanjutnya memaparkan
tentang kerusakan sistem ekonomi liberal. Dipaparkan oleh beliau bahwa
demokrasi dan sistem ekonomi liberal itu sangat berhubungan erat.
Kolaborasi jahat antara keduanya meniscayakan adanya persekutuan antara
penguasa dan pengusaha, atau penguasa sekaligus sebagai pengusaha. Dalam
negara korporasi, negara dijadikan sebagai instrumen atau kendaraan
bisnis. Keputusan-keputusan politik lebih mengabdi kepada kepentingan
para pemilik modal dan asing, dan mengabaikan kepentingan rakyat.
Memasuki akhir konferensi, Muhammad Ainul Yaqin (DPP HTI) mengobarkan gelora dan dengan lantang menyeru mengajak umat Islam untuk mencampakkan demokrasi dan sistem ekonomi liberal. Prinsip dasar demokrasi adalah kedaulatan rakyat. Konsekuensinya otoritas menetapkan hukum berada di tangan rakyat yang diwakili oleh lembaga legislatif. Padahal itu semua adalah hak Allah SWT, dan saat ini manusia dengan lancang dan sombong berbuat layaknya Allah. Di akhir pidatonya, beliau menyeru kepada kaum muslimin untuk menyambut ajakan perjuangan ini dengan penuh semangat. Menyeru untuk menyongsong berita gembira Rasulullah SAW akan tegaknya khilafah dengan berjuang bersama Hizbut Tahrir untuk menegakkannya.[]MI Semarang
[www.bringislam.web.id]
Posting Komentar untuk "Konferensi Islam dan Peradaban (KIP) Semarang ''Indonesia Milik Allah, Saatnya Khilafah Menggantikan Demokrasi dan Sistem Ekonomi Liberal,''"