Konferensi Islam dan Peradaban Yogyakarta dihadiri 5500 Umat Islam
Indonesia Milik Allah. Oleh karena itu, Indonesia harus diatur
dengan aturan Allah. Inilah pesan yang disampaikan oleh Hizbut Tahrir
Indonesia dalam Konferensi Islam dan Peradaban 1435 H yang
diselenggarakan di Grand Pacific Hall, Jalan Magelang, Yogyakarta. Acara
yang dihadiri sekitar 5.500 umat Islam ini digelar pada Selasa, 27 Mei
2014 pk.08.00 – 11.30.
Menurut keterangan panitia, jumlah undangan yang disiapkan adalah sebanyak lima ribu undangan. Ternyata, animo masyarakat untuk menghadiri acara ini ternyata cukup besar. Panitia pun terpaksa mencetak tiket tambahan. Akan tetapi, peserta tambahan ini harus rela menempati tempat duduk di luar ruangan acara. Panitia pun menutup pendaftaran peserta sejak Senin pagi, 26 Mei 2014. Oleh karena itu, ketika masih saja ada peserta yang mendadak hadir di hari H, maka terpaksa berdiri di halaman karena tidak mendapatkan tempat duduk.
Dalam acara yang digelar bertepatan dengan hari peringatan Isra’ Mi’raj Nabi Muhammad SAW ini, para pembicara mengkritik penerapan demokrasi di Indonesia yang dinilai sebagai sistem yang salah, serta berbiaya mahal.
“Demokrasi menghitung kepala, buka isi kepala”, demikian kritikan yang disampaikan oleh Ustadz M. Rosyid Supriyadi, Ketua DPD I HTI DIY yang tampil menjadi pembicara pertama.
Ustadz Dwi Condro Triono, Ph.D, anggota DPP HTI yang menjadi pembicara kedua mengatakan : “Demokrasi yang mahal membutuhkan kekuatan modal dalam jumlah yang besar. Di sisi lain sistem ekonomi kapitalisme liberal akan tumbuh subur dalam suasana kebebasan. Demikianlah demokrasi dan kapitalisme saling menopang dan tidak terpisahkan satu sama lain. Ibarat 2 sisi mata uang.”
“Ongkos demokrasi yang sangat mahal terbukti menjadi pemicu utama maraknya korupsi. Demokrasi pada prakteknya hanya untuk kepentingan korporasi. Berbagai undang-undang yang dihasilkan justru menyengsarakan rakyat. Bahkan, demokrasi juga menjadi pintu masuk bagi negara-negara kafir penjajah untuk menguasai dan merampok kekayaan alam... Anehnya, demokrasi dan sistem ekonomi liberal tetap saja dipertahankan. Belum ada tanda-tanda untuk mengakhirinya…” Ungkap Dr. M.R. Kurnia, Ketua Umum DPP HTI yang tampil sebagai pembicara ketiga. [syariahpublicationswww.al-khilafah.org]
Menurut keterangan panitia, jumlah undangan yang disiapkan adalah sebanyak lima ribu undangan. Ternyata, animo masyarakat untuk menghadiri acara ini ternyata cukup besar. Panitia pun terpaksa mencetak tiket tambahan. Akan tetapi, peserta tambahan ini harus rela menempati tempat duduk di luar ruangan acara. Panitia pun menutup pendaftaran peserta sejak Senin pagi, 26 Mei 2014. Oleh karena itu, ketika masih saja ada peserta yang mendadak hadir di hari H, maka terpaksa berdiri di halaman karena tidak mendapatkan tempat duduk.
Dalam acara yang digelar bertepatan dengan hari peringatan Isra’ Mi’raj Nabi Muhammad SAW ini, para pembicara mengkritik penerapan demokrasi di Indonesia yang dinilai sebagai sistem yang salah, serta berbiaya mahal.
“Demokrasi menghitung kepala, buka isi kepala”, demikian kritikan yang disampaikan oleh Ustadz M. Rosyid Supriyadi, Ketua DPD I HTI DIY yang tampil menjadi pembicara pertama.
Ustadz Dwi Condro Triono, Ph.D, anggota DPP HTI yang menjadi pembicara kedua mengatakan : “Demokrasi yang mahal membutuhkan kekuatan modal dalam jumlah yang besar. Di sisi lain sistem ekonomi kapitalisme liberal akan tumbuh subur dalam suasana kebebasan. Demikianlah demokrasi dan kapitalisme saling menopang dan tidak terpisahkan satu sama lain. Ibarat 2 sisi mata uang.”
“Ongkos demokrasi yang sangat mahal terbukti menjadi pemicu utama maraknya korupsi. Demokrasi pada prakteknya hanya untuk kepentingan korporasi. Berbagai undang-undang yang dihasilkan justru menyengsarakan rakyat. Bahkan, demokrasi juga menjadi pintu masuk bagi negara-negara kafir penjajah untuk menguasai dan merampok kekayaan alam... Anehnya, demokrasi dan sistem ekonomi liberal tetap saja dipertahankan. Belum ada tanda-tanda untuk mengakhirinya…” Ungkap Dr. M.R. Kurnia, Ketua Umum DPP HTI yang tampil sebagai pembicara ketiga. [syariahpublicationswww.al-khilafah.org]
Baca Juga
- Tak Akui Bubarkan Kajian Felix Siauw, Polisi Diingatkan Surat Yasin Ayat 65! Bunyinya Mengejutkan
- Video Detik-detik Pembubaran Pengajian Ustadz Felix Oleh Polisi, Bahkan Untuk Berdoa Saja Tidak Boleh!
- Polisi Mengaku Tak Bubarkan Acara Felix Siauw, Netizen: Ingat Pak! Saat Mulut Akan Terkunci dan Anggota Tubuh Akan Berbicara Kelak
Posting Komentar untuk "Konferensi Islam dan Peradaban Yogyakarta dihadiri 5500 Umat Islam"