Kurang diperhatikan, 10 Desa di Kaltim Bakal Gabung dengan Malaysia

Kurang Perhatian, 10 Desa di Kaltim Bakal Gabung dengan

NKRI Harga Mati? 10 Desa di Kaltim Bakal Gabung dengan Malaysia


MAHAKAM ULU - Sepuluh desa di Kecamatan Long Apari, Mahakam Ulu, Kalimantan Timur (Kaltim), mengancam akan bergabung dengan negara Malaysia. Pasalnya, sepuluh desa yang berbatasan langsung dengan Serawak, Malaysia, itu merasa dikucilkan oleh Pemerintah Provinsi Kaltim maupun pemerintah pusat.

Dikatakan Batoq Laga, Kepala Desa Long Penaneh I, Long Apari, masyarakat Long Apari tidak pernah mendapat keadilan dari Pemerintah Indonesia sehingga dalam waktu dekat pihaknya akan memasang bendera Malaysia di Kecamatan Long Apari.

"Kami akan memasang bendera Malaysia jika kami terus dikucilkan oleh Pemerintah Indonesia. Kami tidak pernah diperhatikan oleh Pemerintah Indonesia. Jangankan insfratruktur, (untuk) komunikasi saja kami tidak bisa. Kami punya HP, tapi gunanya hanya untuk pamer dan mendengar lagu," kata dia, seperti dikutip laman Kompas, Minggu (19/10/2014).

Batoq menjelaskan, perekonomian di Long Apari tidak berputar. Batoq juga mengeluhkan masalah bahan pangan di Long Apari. Menurut dia, satu karung beras seberat 25 kg dibanderol seharga Rp 600.000.

"Beras sudah Rp 600.000, bensin sudah Rp 25.000. Semua serba mahal. Semua karena infrastruktur yang menghambat perekonomian kami," ujarnya. Karena keterbatasan itu, semua kepala desa di Kecamatan Long Apari berulang kali meminta keadilan dari pemerintah, tidak hanya Pemerintah Provinsi Kaltim, tetapi juga Pemerintah Indonesia.

"Kami sudah ke mana-mana, mulai dari pembicaraan dengan Pemprov Kaltim hingga ke pemerintah pusat. Tapi, hasilnya nihil. Kami masih saja dikucilkan," ketusnya. Karena itu, kata dia, jika Pemerintah Indonesia tidak memberi keadilan dan kesejahteraan, dipastikan 10 desa di Kecamatan Long Apari akan memasang bendera Malaysia.

"Terutama di salah satu tower yang dibangun pemerintah, ada tower, tapi tidak ada fungsinya. Tower telekomunikasi dibangun sejak 2012. Tapi, hingga sekarang, HP kami tidak bisa dipakai menelepon. Jika kami bergabung dengan Malaysia, pasti bukan hanya telekomunikasi yang akan dipasang, melainkan juga infrastruktur pun akan lancar, selancar perekonomian Malaysia," pungkasnya. [*sumber Kompas]

Berita ini mendapat tanggapan banyak nitizen, Salah satunya Ahmad Nadhif yang mengatakan dalam laman facebooknya:  

Rakyat tdk cukup dicekoki jargon "harga mati". Jika perut kelaparan, harga-mati bisa dijadikan "hidup". Apalagi jika akal pikirannya pun kelaparan, menginginkan sistem kehidupan yg tdk hanya terbatasi datangnya maut tetapi menembus batas dunia-akhira.

M. Taufik NT juga mengomentari hal ini dengan menulis :  

Mereka tidak perlu slogan "NKRI harga mati", yg mereka perlukan adl perhatian, bukan pencitraan, kesejahteraan bukan janji-janji kosong, ketercukupan kebutuhan pokok mereka, bukan sekedar pertumbuhan ekonomi yg katanya senantiasa tumbuh > 6% pertahun
[www.bringislam.web.id]

Posting Komentar untuk "Kurang diperhatikan, 10 Desa di Kaltim Bakal Gabung dengan Malaysia"