Andai Kita Tinggal Di Sana, Maka Kita Hanya Akan Mandi Sekali Sehari

BWA – WAfP. Kekeringan yang melanda saat ini, karena pengaruh El Nino, hampir terasa di setiap wilayah Indonesia. Demikian juga di Purwakarta, tepatnya di desa Mulyamekar, kami tim survey dari BWA pada Senin, 26 Oktober 2015, merasakan kondisi tersebut.

wafp 1

wafp 1

Warga Desa Mulyamekar sedang mencuci menggunakan air yang keruh.
Lokasinya hanya berjarak sekitar 3 kilometer dari pusat kota Purwakarta, persis di sisi tol Cipularang. Begitu masuk desa, tanah kering, tanaman meranggas dan aroma debu langsung menyambut. Makin masuk, dampak kemarau panjang makin terasa.
Seperti umumnya wilayah Purwakarta, kondisi tanah yang berpasir membuat air sulit bertahan lama di daerah ini. Wajar jika air bersih baru bisa didapat bila menggali hingga kedalaman 250 meter di bawah permukaan tanah, demikian diungkapkan salah satu warga disana. “ Sumur-sumur dangkal di beberapa rumah warga hanya berisi air bila musim hujan datang, itupun mudah hilang bila dinding dan dasar sumur tidak diperkeras. Saat ini, kering semua “, lanjutnya.
Tanah Purwakarta
Kondisi tanah di Desa Mulyamekar, Purwakarta – Jawa Barat.
“Warga didiye mah ayeuna jarang mandi, da seusah cai – warga di sini sekarang jarang mandi, soalnya susah air “, begitu jawab ibu Nur Aisah (45 tahun) salah satu warga yang ada di teras warung saat ditanya kondisi mereka oleh Darminto (Project Analys BWA).
Kondisi ekonomi yang minim memperparah dampaknya. Memang ada warga yang rumahnya berdinding bata dan cukup bagus, namun masih banyak yang berdinding gedek/bilik. Karena pada umumnya para lelaki menjadi buruh lepas di beberapa industri sekitar kediaman mereka dengan gaji minim.
Untuk kebutuhan air bersih, warga yang mampu harus membeli 5000 liter air seharga 250ribu rupiah. Dan karena jarang menerima bantuan, warga sampai hafal kalau hanya beberapa kali truk tangki air dari Pemda datang, itupun memancing keributan karena pendistribusiannya tidak dikelola dengan baik. “ Sepalih wargi anu entos kabagean cai ngiring ngantri deui, janten wargi anu sanes aya nu teu kabagean – Sebagian warga yang sudah kebagian air, ikut ngantri lagi, sehingga ada warga yang lain yang tidak kebagian “ tambah bu Nur Aisah.
Inilah kondisi nyata yang dihadapi saudara kiita para muslimin di desa Mulyamekar, BWA tanggap melalui Program Water Action for People (WAfP), melakukan Donasi Krisis Air Bersih. BWA bekerjasama dengan Home Schooling Group Khoiru Ummah (HSGKU) —sebuah yayasan pendidikan berbasis Islam cabang Purwakarta–sebagai mitra lapang, berencana menggalang dana untuk membantu meringankan krisis air bersih sekitar 139 KK atau 556 jiwa warga RT 13, 14, 15 RW 05 Desa Mulyamekar.
“Selain untuk menumbuhkan rasa empati dan kepedulian para siswa, program ini juga diharapkan dapat mengajak para orang tua dan masyarakat pada umumnya untuk membantu saudara-saudara mereka yang berkekurangan” begitu papar Willi seorang pengurus HSGKU Purwakarta.
Melalui Project Donasi Krisis Air Bersih, BWA akan membantu warga mendistribusikan air bersih 20 liter perjiwa perhari sampai akhir November. Dan untuk menghindari kekacauan saat pembagian air, BWA akan membagikan kartu penerima air kepada setiap KK, sehingga diharapkan lebih tertib dan adil karena mereka akan menerima sesuai kebutuhan keluarganya.
Walau hujan sudah mulai turun namun tekstur tanah di Desa Mulyamekar belum dapat menahan air, menurut Pak Bandi Ketua RW Desa Mulyamekar “sumur baru ada air apabila hujan turun selama 2 minggu berturut-turut”. warga tetap berharap suatu saat Pemda mengalirkan air bersih melalui PDAM ke daerah mereka sehingga bisa hidup lebih sehat. Ayo perbanyak pahala dengan meringankan beban mereka.[] Untuk berdonasi klik disini! (Islampos)






[www.bringislam.web.id]

Posting Komentar untuk "Andai Kita Tinggal Di Sana, Maka Kita Hanya Akan Mandi Sekali Sehari"