Persatuan Umat, Kewajiban Agama Yang Luput Dari Perhatian

Oleh Ilham Jaya Abdul Rauf
Segala puji bagi Allah, shalawat
dan salam semoga tercurah
kepada kekasih dan Rasul-Nya,
Muhammad, keluarga dan
sahabat-sahabatnya.
Pasca runtuhnya Khilafah
Utsmaniyah, mega-proyek neo-
kolonialisme Barat berikutnya
adalah menciptakan disintegrasi
politik dalam tubuh umat Islam.
Tujuannya, memandulkan
kekuatan Islam agar mudah
dieksploitasi.
Untuk menyukseskan mega-
proyek tersebut, Barat sengaja
menciptakan, dan selanjutnya
memelihara, konflik perbatasan
pada setiap sudut bumi. Konflik
tersebut dapat dipicu sewaktu-
waktu Barat menginginkannya.
Di sisi lain, untuk menjamin
bahan-bakar konflik dan
perpecahan tersebut, secara
kultural, Barat juga sengaja
menciptakan konflik-konflik
sektarian berbasis nasionalisme
semu. Sasarannya, agar Arab
terisolir dari basis ruhiyah dan
pengaruh Islamnya.
Sebagaimana konflik sektarian
berbasis nasionalisme itu juga
untuk memecah-belah bangsa
Arab kepada blok-blok
primordialisme yang sempit.
Tidak sampai di situ, Barat secara
agresif memanfaatkan setiap
momentum untuk terus
menciptakan perpecahan serta
mendorong gerakan-gerakan
separatis di dunia Islam.
Sehingga energi dan potensi
umat Islam terkuras; dan jalan
menuju kemajuan dan
peradaban mereka senantiasa
menemui jalan buntu.
Dalam satu dekade terakhir,
tercatat sejumlah proyek
disintegrasi yang berhasil
direkayasa Barat di dunia Islam.
Terdapat tiga yang utama:
Pertama, pemisahan Sudan
Selatan sebagai pintu utama
untuk memecah belah Sudan di
masa yang akan datang.
Kedua, pemecahan Irak secara
politik kepada tiga negara kecil.
Satu kondisi yang akan menjebak
negara-negara tersebut sekadar
boneka di “tangan” Barat yang
pada babak berikutnya akan
berlomba untuk mencari muka
kepada Barat.
Ketiga, pemisahan Yaman
Selatan.
Selain tiga yang telah disebutkan
itu, terdapat sejumlah proyek lain
yang sewaktu-waktu diangkat ke
permukaan. Seperti disintegrasi
politik di Teluk, separatisme Qibti
di selatan Mesir, gerakan
pemisahan sahara Maroko,
disintegrasi politik di Pakistan,
dll.
Demikian krusial isu separatisme
dan disintegrasi di dunia Islam
seperti dipaparkan di atas,
namun sikap politik yang
paradoks senantiasa terjadi:
setiap kali isu tersebut diangkat
pada forum-forum politik dan
media Arab, isu tersebut
senantiasa digiring ke dalam
konteks politik dalam negeri
yang sempit yang tak boleh
“ disentuh” dunia luar. Pada saat
pihak Barat justru bebas
memainkan perannya dan turut
campur tangan terhadap
kepentingan umat Islam.
Lemahnya perhatian umat
terhadap kewajiban menjaga
persatuan Islam merupakan isu
kontemporer yang sangat
krusial. Di tengah banyaknya
perintah Al-Qur ’an dan Hadits
yang menyerukan persatuan,
mendorong terciptanya kesatuan
dan melarang perpecahan.
Dia telah mensyari'atkan bagi
kamu tentang agama apa yang
telah diwasiatkan-Nya kepada
Nuh dan apa yang telah Kami
wahyukan kepadamu dan apa
yang telah Kami wasiatkan
kepada Ibrahim, Musa dan Isa
yaitu: Tegakkanlah agama dan
janganlah kamu berpecah belah
tentangnya. Amat berat bagi
orang-orang musyrik agama
yang kamu seru mereka
kepadanya. (Terj. QS. As-Syura
[42] : 13)
Dan berpeganglah kamu
semuanya kepada tali (agama)
Allah, dan janganlah kamu
bercerai berai. (Terj. QS. Ali Imran
[3] : 103)
Allah Ta’ala memerintahkan
kepada hamba-hamba-Nya untuk
bersatu; dan melarang mereka
berpecah. Dia menyuruh meraka
agar berpegang kepada agama
sehingga mereka bersatu utuh.
Inti dari risalah umat Islam
adalah bersatunya umat dalam
ibadah dan pengagungan
kepada Allah.
Sesungguhnya (agama tauhid)
ini, adalah agama kamu semua,
agama yang satu, dan Aku adalah
Tuhanmu, maka bertakwalah
kepada-Ku. (Terj. QS. Al-Mu ’minun
[23] : 52)
Sesungguhnya (agama Tauhid)
ini adalah agama kamu semua;
agama yang satu dan Aku adalah
Tuhanmu, maka sembahlah Aku.
(Terj. QS. Al-Anbiya [21] : 92)
Program pertama Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wasallam ketika
tiba di Madinah adalah
menciptakan masyarakat
bersaudara. Masyarakat tersebut
terdiri dari kaum Muhajirin dan
Anshar; sembari beliau
menghapuskan fanatisme
kesukuan jahiliyah. Sehingga
iman yang menjadi unsur
perekat bagi masyarakat.
Dan orang-orang yang beriman,
lelaki dan perempuan,
sebahagian mereka (adalah)
menjadi penolong bagi
sebahagian yang lain. (Terj. QS.
At-Taubah [9] : 71)
Dengan kata lain, iman
seseorang tak akan sempurna
bila dia tidak membangun
hubungan dan interaksinya atas
fondasi iman tersebut. Sebagai
implementasi dari perintah Al-
Qur’an.
Kamu tak akan mendapati kaum
yang beriman pada Allah dan
hari akhirat, saling berkasih-
sayang dengan orang-orang
yang menentang Allah dan Rasul-
Nya, sekalipun orang-orang itu
bapak-bapak, atau anak-anak
atau saudara-saudara ataupun
keluarga mereka. Mereka itulah
orang-orang yang telah
menanamkan keimanan dalam
hati mereka dan menguatkan
mereka dengan pertolongan
yang datang daripada-Nya. Dan
dimasukan-Nya mereka ke dalam
surga yang mengalir di
bawahnya sungai-sungai,
mereka kekal di dalamnya. Allah
ridha terhadap mereka, dan
merekapun merasa puas
terhadap (limpahan rahmat)-Nya.
Mereka itulah golongan Allah.
Ketahuilah, bahwa
sesungguhnya hizbullah itu
adalah golongan yang
beruntung. (Terj. QS. Al-Mujadilah
[58] : 22)
Ulama besar, Al-Qadi ‘Iyadh
berujar: “Persatuan merupaka
salah satu kewajiban agama,
fondasi syariat, dan sistem
islam. ”
Di era Jahiliyah, masyarakat Arab
dibangun di atas basis fanatisme
suku. Suku merupakan poros
kebanggaan masyarakt Arab
waktu itu. Setelah Islam datang,
bangunan masyarakat tersebut
direkonstruksikan kepada basis
persaudaraan berdasar agama.
Dan Islam menjadikan agama
sebagai azas perbedaan.
Orang-orang beriman itu
sesungguhnya bersaudara.
Sebab itu damaikanlah
(perbaikilah hubungan) antara
kedua saudaramu itu dan
takutlah terhadap Allah, supaya
kamu mendapat rahmat. (Terj.
QS. Al-Hujurat [49] : 10)
Hai manusia, sesungguhnya Kami
menciptakan kamu dari seorang
laki-laki dan seorang perempuan
dan menjadikan kamu
berbangsa - bangsa dan
bersuku-suku supaya kamu
saling kenal-mengenal.
Sesungguhnya orang yang paling
mulia diantara kamu disisi Allah
ialah orang yang paling taqwa
diantara kamu. Sesungguhnya
Allah Maha Mengetahui lagi Maha
Mengenal. (Terj. QS. Al-Hujurat
[49] : 13)
Pada saat Fathu Makkah, Nabi
shallallahu ‘alaihi wasallam
berkhotbah dan
memproklamirkan azas
bangunan umat ini. Katanya:
“ Wahai manusia, sesungguhnya
Allah telah menghilangkan dari
kalian keangkuhan Jahiliyah dan
kebanggaan kepada nasab.
Manusia hanya ada dua: manusia
yang baik, takwa, mulia di sisi
Allah. Dan manusia durhaka yang
celaka dan hina di sisi Allah.
Semua manusia keturunan Adam,
dan Allah menciptakan Adam dari
tanah. ”
Hai manusia, sesungguhnya Kami
menciptakan kamu dari seorang
laki-laki dan seorang perempuan
dan menjadikan kamu
berbangsa - bangsa dan
bersuku-suku supaya kamu
saling kenal-mengenal.
Sesungguhnya orang yang paling
mulia diantara kamu disisi Allah
ialah orang yang paling taqwa
diantara kamu. Sesungguhnya
Allah Maha Mengetahui lagi Maha
Mengenal. (Terj. QS. Al-Hujurat
[49] : 13)
Di saat Haji Wada’, Nabi
memanfaatkan momen
berkumpulnya massa untuk
menyosialisasikan fondasi
persatuan umat. Sabdanya:
“ Sesungguhnya Rabb kalian satu,
bapak kalian satu. Ketahuilah, tak
ada keutamaan bagi orang Arab
atas orang Ajam, tidak pula
orang Ajam atas orang Arab.
Tidak pula orang berkulit hitam
atas orang berkulit merah atau
sebaliknya; melainkan karena
takwanya. ”
Kendati perubahan yang
diinginkan Nabi bukanlah hal
yang mudah apalagi formalitas
belaka; namun tarbiyah Iman
yang telah ditanamkan Nabi
merupakan dasar yang kokoh
bagi sahabat-sahabatnya untuk
mampu mewujudkann
perubahan tersebut.
Olehnya itu, Allah menjadikan
persatuan sebagai salah satu
karunia-Nya yang besar.
Dan berpeganglah kamu
semuanya kepada tali (agama)
Allah, dan janganlah kamu
bercerai berai, dan ingatlah akan
nikmat Allah kepadamu ketika
kamu dahulu (masa Jahiliyah)
bermusuh-musuhan, maka Allah
mempersatukan hatimu, lalu
menjadilah kamu karena nikmat
Allah, orang-orang yang
bersaudara; dan kamu telah
berada di tepi jurang neraka, lalu
Allah menyelamatkan kamu dari
padanya. Demikianlah Allah
menerangkan ayat-ayat-Nya
kepadamu, agar kamu mendapat
petunjuk. (Terj. QS. Ali Imran [3] :
103)
Sebagaimana Dia mengingatkan
mereka agar tidak lengah dari
hilangnya nikmat tersebut.
Dan janganlah kamu menyerupai
orang-orang yang bercerai-berai
dan berselisih sesudah datang
keterangan yang jelas kepada
mereka. Mereka itulah orang-
orang yang mendapat siksa yang
berat. (Terj. QS. Ali Imran [3] :
105)
Proyek persatuan umat bukanlah
cita-cita muluk dan utopia. Tapi
tujuan tersebut menyimpan dua
sisi yang tak mungkin terpisah
satu sama lain:
1. Adanya upaya sungguh-sungguh
untuk membendung proyek
diintegrasi yang dirancang Barat.
2. Adanya upaya untuk
membangun kembali simpul-
simpul kekuatan peradaban
umat, yang di antaranya adalah
persatuan umat.
Umat Islam telah lama merasakan
pahitnya perpecahan di bawah
hegemoni peradaban Barat yang
kelam. Dan umat Islam tak
mungkin mengentaskan problem
tersebut tanpa dia berbalik
kepada dasar akidah dan
sejarahnya.
Di bulan Dzulhijjah ini,
momentum persatuan umat
dalam ritual ibadah haji demikian
menggugah kita semua. Pakaian
jutaan jamaah haji itu satu,
tujuan perjalanan mereka satu,
Rabb yang mereka seru satu,
kiblat shalat dan doa mereka
satu, manasik mereka dalam
syariat yang satu, dan seluruhnya
pada dimensi waktu yang sama.
Momentum tersebut merupakan
kesempatan untuk merajut
kembali “benang kusut” cita-cita
persatuan umat. Implementasi
dari perintah Nabi SAW: “Engkau
melihat orang-orang beriman
dalam kasih sayang, cinta, dan
persatuan mereka bagaikan satu
tubuh. Bila satu anggota
merasakan sakit, seluruh
anggota tubuh akan ikut
merasakan dengan begadang
dan demam. ”
Bulan ini adalan kesempatan
emas bagi ulama, dai, dan
seluruh komponen umat untuk
mengajak kembali umat kita
meninggalkan “fanatisme
Jahiliyah.” Kesempatan untuk
mengingatkan umat terhadap
konsekuensi ukhuwah dan
tolong-menolong atas kebaikan
dan takwa. Sebagai jawaban
terhadap perintah Allah Ta ’ala:
Dan bahwa (yang Kami
perintahkan ini) adalah jalanKu
yang lurus, maka ikutilah dia, dan
janganlah kamu mengikuti jalan-
jalan (yang lain), karena jalan-
jalan itu mencerai beraikan kamu
dari jalanNya. Yang demikian itu
diperintahkan Allah agar kamu
bertakwa. (Terj. QS. Al-An ’am [6] :
153)
(Ilham Jaya Abdul Rauf,
diadaptasi dari editorial Al-Bayan
(Arab) dengan izin redaksi)
Mahasiswa Pasca Sarjana King
Suud University (KSU) Riyadh
Kontak:
ilhamabusarah@gmail.com

Posting Komentar untuk "Persatuan Umat, Kewajiban Agama Yang Luput Dari Perhatian"