AKU MENCINTAIMU AYAH

Oleh : Milna Herti Sembiring

Aku mencintai mu ayah. Sungguh sangat mencintai mu...

Ayah...

Ketika semua orang tak lagi mempercayai ku, ayah masih saja mau mendengar cerita indah ku.

Ketika semua orang mengatai ku sesat dan teroris dengan jilbab indah ku, ayah masih mau merangkul dan menemani ku menantang dunia.

Ketika aku menangis ayah usap air mata ku dengan penuh kasih sayang.

Hari ini aku pulang kampung. Sejak pagi tadi tak henti-henti nya sms maupun panggilan ayah masuk ke hanphone ku. Dia begitu khawatir dan rindu mungkin akan putri tercintanya.

Aku sudah bisa membayangkan ayah, hari ini dia akan sibuk memancing dia bahkan tidak peduli dengan omelan bunda kami yang juga luar biasa. Dia ingin mendapat kan ikan yang besar kemudian memanggang nya untuk ku makan nantinya, ayah begitu tahu aku menyukai ikan bakar hasil pancingan nya.

Aku tahu hari ini akan menjadi hari yang sangat menegangkan untuk ku, karena ini kali pertama aku pulang dengan jilbab. Aku bahkan sudah bisa membayangkan apa yang akan terjadi.

Sesampainya di rumah, ku dapati bunda sedang meracik bumbu masakan nya, wajah nya masam menandakan dia ingin segera mengomeli ku karena pakaian ku yang katanya sangat berlebihan. Akhirnya selesai shalat ashar meledak lah semua nya. Berbagai tuduhan tanpa alasan di lontarkan bagai buih di lautan kepada ku.

Allah hati ku mulai remuk redam tat kala mereka mengatai ku sesat.

Tapi tahu kah kalian ayah ku bilang apa?

Perlahan dia mendekat dan dengan sangat lembut dia menanyai ku, “kakak kenapa tiba-tiba pake pakian jubah gini, ga ikut pengajian yang sesat-sesat di tv itu kan nak?”

“ayah, ini jilbab bukan jubah. Kakak mau jadi anak yang sholeha yah”

“udah-udah jangan nangis ayah percaya kok, tapi apa kata tetangga kak ayah bukan ustadz dan di kampung kita ga ada yang pakai jilbab gitu. Pakai jeans dan baju panjang aja ya nak ya”

“ayah, beri aku kesempatan bahwa yang kubawa sekarang ini adalah benar dan insyallah kakak ga sesat kok, kasih kesempatan ya yah ya”

“iya... iya... sekarang makn dulu ya, ada ikan panggang tu”

Huhf...

Aku sedikit lega. Aku fikir ini adalah awal yang baik untuk mulai memperkenal kan titel baru ku yaitu “PENGEMBAN DAKWAH”

Ouwh...

Ternyata aku salah...

Hari demi hari terasa semakin berat untuk ku jalani. Semua terlihat memusuhi dan menunjuk kan sikap tidak suka nya secara terang-terangan dan tahu kah kalian yang paling membuat ku sedih itu apa? Bunda ku. Yah ternyata dia terpancing omongan tetangga kami, bunda begitu gampang terbakar dan jadi lah aku saat itu juga terasing di rumah sendiri.

Ku lihat wajah ayah juga sudah mulai menunjuk kan kekecewaan nya pada ku, ya mungkin dia juga terpancing omongan orang-orang kampung.

Dua, tiga hari aku masih bertahan dengan jilbab ku. Segala upaya ku optimal kan hanya untuk menunjuk kan bahwa dengan jilbab pun aku masih bisa aktif dan melakukan banyak hal. Di sudut ruangan lain bunda masih teguh dengan sikap acuh nya, padahal aku tahu dia sangat merindukan ku. Ingin rasanya ku menjerit bahwa semua ini akibat kapitalis sekuler, orang yang pakai jilbab di anggap aneh tapi orang yang bermaksiat di anggap biasa aja.

Hari-hari terus berlalu tanda-tanda yang menunjuk kan mereka luluh belum ada malah semakin mengecan denga tuduhan-tuduhan tanpa alasan.

Ya Rabb bahkan hnaya untuk memperkenal kan jilbab saja pun aku telah mendapat kecaman, fitnah dan tuduhan yang tidak beralasan seperti ini. Bagaimana kalau aku mendakwah kan islam yang sesungguh nya kepada mereka. Sungguh ini semua akibat sistem kufur, demokrasi dan saudara-saudara nya kapitalis sekuler. Membuat umat islam buta akan agama nya sendiri. Allah kuat kan lah hamba MU yang kerdil dan terbatas ini. Aku sendiri di sini dengan komitmen ku, pemahaman ku, pemikiran ku, mabda ku, tapi aku tahu Engkau telah mengukir nama MU di harti ku untuk ku jadikan tempat mengadu dan meminta.

Saat itu aku tahu hanya ayah yang mengerti perassan ku hingga akhirnya ku beranikan diri untuk bicara dari hati ke hati dengan ayah berharap dia mampu membantu ku.

Selesai shalat isya aku ajak ayah ke pelataran masjid yang agak jauh dari rumah ku, setelah ku ajak duduk, semua menjadi terasa sulit dan sesak.

Hingga akhir nya aku memaksa diri untuk memulai

“ayah tahu setiap saat kakak bisa lihat foto ayah sama bunda di hp, karena kakak buat di layar utama” celoteh ku sambil menunjuk kan hp ku untuk membuktikan nya.

“itu menandakan betapa sayang nya kakak sama ayah juga bunda. Ayah kata Allah hanya do’a anak sholeha yang mampu mengantar kan kedua orang tua nya kepada syurga nya Allah. Dan menjadi anak yang sholeha itu harus lah terikat hukum islam ayah. Apa yang bisa ku jamin kan untuk kebahagiaan ayah dan bunda kelak, jika kakak menumpuk harta dan jabatan yang hanya bersifat sementara tak akan mampu membawa ayah dan bunda ke syurga. Ayah dari kecil tiada hal yang bisa ku lakukan untuk membalas semua kebaikan yang udah ayah dan bunda beri, maka sekarang ayah ijin kan lah putri ayah ini menyiapkan istana di syurga untuk ayah dan bunda kelak. Tidak lah gampang ayah meraih syurga nya Allah. Dan kenpa aku mampu berkata seperti ini, karena aku tahu saat ini ayah lah yang mengerti perasaan ku”

“jangan cengeng gitu ah, masa nangis terus, ayah ga marah pakai jilbab tapi yang biasa aja biar ga jadi bahan gosip tetangga-tetangga”

“ayah jilbab itu kata Allah baju yang berbentuk terowonga,panjang,lurus,tidak berpotongan dan di pakai di atas baju rumah atau seperti memakai mantel. Yah ga bisa tetangga kita itu bawa ayah juga bunda nantinya ke syurga. Percaya lah yah kakak ga akan sesat insyallah.”

“ayah udah ga bisa ngomong apa-apa lagi, putri ayah sekarang sudah menjelma menjadi bidadari yang bidadari di syurga pun cemburu akan keteguhan nya, anak ayah sekarang udah dewasa. Ayah hanya bisa berdo’a agar senantiasa di jaga Allah putri sematawayang ayah ini di jalan NYA. Bukti kan ya, ayah perlu bukti bukan air mata, ayah akan bantu semampu ayah dan selama itu untuk kebaikan”

“ayah percaya jika yang kakak lakukan sekarang ini adalah baik, dan tenang saja kelak ketika kakak tetap teguh dan barhasil membuktikan kakak sudah menjadi sholeha, bunda akan datang dengan bangga dan memluk kakak dengan haru”

Dan tahu kah kalian betapa bangga nya aku mempunyai ayah sehebat ayah ku. Walau belum sepenuh nya mendukung dan ikut di jalan dakwah ini, bagi ku untuk langkah awal ini sudah cukup memuaskan. Akan ada banyak lagi ayah-ayah dan bunda-bunda yang kelak akn memeluk putra-putri mereka dengan bangga dan haru. Pertahankanlah titel “PENGEMBAN DAKWAH “ yang kalin pakai saat ini, karena kelak titel ini lah yang memudah kan kalian dan keluarga kalian menjemput syurga nya Alllah yang tiada kata yang mampu menggambar kan keindahan di dalam nya.

Oleh karena itu wahai para sahabat “PENGEMBAN DAKWAH” mari berjuang demi tegak nya khilafah. Agar semua bisa merasakan bumi Allah ini menjadi syurga sebelum syurga yang sebenar nya. Karena Allah telah menajanjikan rahmat NYA bagi siapa saja yang menerap kan hukum dan aturan NYA secara kaffah.

Hidup mullia di bawah naungan khilafah


Sumber : MIO

Posting Komentar untuk "AKU MENCINTAIMU AYAH"