BASHAR ASSAD : Rezim Keji Menanti Mati

https://fbcdn-sphotos-a-a.akamaihd.net/hphotos-ak-ash4/315407_10150965604125658_828655818_n.jpg

Oleh : Mujiyanto

Rezim ini pasti akan jatuh tapi Amerika masih mengulur waktu untuk mencari pengganti yang sesuai dengan kepentingannya.

Tuntutan perubahan itu berubah menjadi ancaman yang mengerikan. Rakyat Suriah yang menginginkan terbebas dari diktator rezim Bashar al Assad justru menjadi musuh rezim. Jadilah Suriah yang dulu menjadi bagian dari tanah Syam sebagai kuburan kaum Muslimin.

Hingga Juli ini Perserikatan Bangsa Bangsa mencatat lebih dari 20 ribu orang telah menjadi korban keganasan rezim Assad sejak 1,5 tahun yang lalu. Lebih dari separuhnya adalah anak-anak dan wanita. Sebagian korbannya para lansia.

Mesin pembunuh Assad ini bekerja siang malam mencari warga negara yang menentang sang presiden. Mesin ini digerakkan oleh militer dan milisi yang dikenal sebagai Shabiha. Kebrutalan milisi yang dulunya gangster ini terkenal seantero negeri sehingga menimbulkan ketakutan. Siapa yang tidak mau menyembah foto Assad bisa dibunuh oleh milisi dan militer.

Kebiadaban rezim ini justru mendorong rakyat Suriah kian muak. Mereka menginginkan Assad segera turun. Maka selain aksi demonstrasi yang sejak semula berlangsung di negri itu, muncul pula perlawanan bersenjata. Tujuannya satu, menumbangkan rezim ini.

Mulailah perlawanan bersenjata di beberapa kota. Perlawanan itu disambut Assad dengan mengerahkan militernya secara besar-besaran dan brutal. Senjata berat, tank, hingga pesawat tempur diarahkan kepada warganya sendiri. Assad menyatakan pihaknya sedang menghadapi para teroris yang sedang mengacaukan negerinya.

Kota demi kota remuk redam oleh senjata berat. Korban berjatuhan dengan kondisi amat mengerikan. Ada perempuan yang diperkosa. Yang bisa selamat terpaksa harus mengungsi ke luar negeri. Negara yang paling dekat jadi tujuan adalah Yordania.

Kondisi ini memunculkan keprihatinan dunia. Kaum Muslimin di berbagai negara menunjukkan solidaritasnya atas derita yang dialami rakyat Suriah. Mereka mengutuk kekejaman penguasa Suriah itu terhadap rakyatnya.

Situasi ini pun akhirnya menarik perhatian Perserikatan Bangsa Bangsa (PBB) untuk menghentikan kebiadaban itu. Utusan khusus PBB Kofi Annan diberi mandat menghentikan tindak kekerasan tersebut. Proposal perdamaian disiapkannya. Namun proposal itu akhirnya kandas. Mesin pembunuh tetap berputar mencari sasaran.

PBB kemudian mengambil langkah untuk menjatuhkan dua resolusi bagi Suriah. Salah satunya adalah adanya misi internasional ke Suriah untuk mengawasi gencatan senjata. Lagi-lagi rencana itu gagal. Rusia dan Cina menghadang resolusi tersebut dengan cara menjatuhkan hak vetonya.

Melihat situasi demikian, Amerika yang sejak semula sebenarnya sangat tahu kondisi Suriah mengubah strategi kebijakannya. Amerika, seperti yang dikatakan oleh Presiden Barack Obama, tidak lagi menggunakan cara-cara diplomasi tapi dengan cara membantu kaum oposisi Suriah yang kini mengangkat senjata. Namun Amerika menjanjikan tidak akan membantu persenjataan.

Arti Penting Suriah

Arab Spring menjadi gelombang yang membesar di kawasan Timur Tengah. Tak bisa dihalangi. Suriah pun mendapatkan imbasnya. Tiga gerakan revolusi yang digerakkan oleh anak-anak muda ini berhasil menjatuhkan beberapa presiden yakni Presiden Tunisia Zine al-Abidine Ben Ali, Presiden Yaman Ali Abdullah Saleh, Presiden Libya Muamar Qaddafi, dan Presiden Mesir Husni Mubarak.

Namun perubahan itu tidak seperti yang diharapkan semula oleh kaum revolusioner. Perubahan itu telah dibajak di tengah jalan oleh Barat. Tokoh-tokoh yang muncul kemudian tak lain adalah boneka-boneka Barat. Amerika tetap mengendalikan perubahan tersebut.

Itu pula yang terjadi di Suriah. Di sepanjang aksi-aksi perubahan yang dilakukan kaum muda Suriah, tuntutan kembali kepada Islam sangat kuat. Bahkan aksi-aksi itu dimulai dari masjid-masjid. Namun Barat dan Arab mengesampingkan hal itu. Media-media seolah menutupi fakta itu.

Amerika menyebut bahwa perubahan yang terjadi di Suriah ini sebenarnya hanya sekadar mencari boneka pengganti Assad. Sampai sekarang boneka itu belum ditemukan sehingga Amerika terlihat mengulur-ulur waktu dan membiarkan kebiadaban di Suriah terus terjadi.

Amerika pun seolah-olah sedang disibukkan dengan perebutan pengaruh di negeri tersebut melawan Rusia dan Cina serta Iran. Rusia adalah sekutu Suriah sejak negeri beruang merah itu masih menjadi Uni Sovyet. Suriah pula yang menjadi salah satu pemasok minyak ke Rusia. Sementara Cina memiliki kepentingan pasar bagi produk-produknya. Suriah juga mengekspor minyak ke Cina. Inilah yang seolah menjadi sumber konflik kepentingan.

Di balik itu ada kekuatan Iran yang tidak menginginkan perubahan rezim di Suriah. Iran adalah sekutu utama Suriah. Bagi Iran, kejatuhan Suriah akan berimbas cukup besar bagi konstelasi politik di kawasan itu.

Namun banyak pengamat menilai, konflik kepentingan itu sebenarnya hanyalah sebuah skenario Amerika. Dengan tekanan rakyat dan dunia internasional, rezim Assad pasti jatuh. Hanya persoalannya, siapa yang akan naik sebagai penguasa baru negeri itu. Itulah yang kini sedang dicari oleh Amerika. Kalau pun sudah ada, mungkin Amerika sedang mempersiapkan untuk muncul.

Dari beberapa nama yang mulai muncul tampak mereka adalah orang-orang yang selama
ini dikenal cukup dekat dengan Barat. Bahkan ada yang tinggal di Eropa. Ini mirip dengan skenario yang terjadi di Libya. Ujung-ujungnya mereka itulah nanti yang didaulat memimpin Suriah. Tentu ada kompensasinya yakni penyerahan sumber daya alam kepada Amerika dan Barat.

Menuju Islam

Jika demikian, lagi-lagi Arab Spring berhasil dibajak kembali oleh orang-orang kafir. Ini adalah sebuah kerugian besar bagi kaum pejuang. Soalnya, mereka tetap terkungkung dalam perangkap yang sama meski pemimpinnya berganti.

Maka tidak ada jalan lain kecuali terus mempertahankan tujuan perubahan seperti semula yakni menegakkan syariah Islam dalam bingkai khilafah. Hanya dengan itu rakyat Suriah khususnya akan mengatasi persoalan yang selama ini mendera.

Khilafah Islam akan menjadikan Suriah terbebas dari segala bentuk kolonialisme dan model penjajahan. Sehingga akan memerdekakan manusia dengan semerdeka-merdekanya, memerdekakan manusia dari penghambaan kepada sesama manusia, dan akan mengarahkannya kepada penghambaan kepada sang Pencipta semata.

Khilafah akan menghancurkan rezim Assad dan antek-anteknya serta mengembalikan Suriah, wilayah Syam, menjadi wilayah yang mulia, mercusuar peradaban Islam sebagaimana dahulu pernah terjadi di sana. Insya Allah.

[www.globalmuslim.web.id]

Posting Komentar untuk "BASHAR ASSAD : Rezim Keji Menanti Mati"