Sikap Hipokrit BNPT dan Densus 88 dalam Pemberantasan Terorisme

Oleh: Harits Abu Ulya
Pemerhati Kontra-Terorisme & Direktur The Community Of Ideological Islamic Analyst (CIIA)
Tiga polisi tewas akibat penyerangan kelompok separatis bersenjata di Mapolsek Pirime, Kabupaten Lanny Jaya, 26 November 2012 lalu.
Selain membunuh ketiga polisi, para pelaku penyerangan yang diperkirakan sekitar 50 orang juga membakar kantor Polsek Pirime hingga rata dengan tanah. Mereka juga merampas tiga senjata api jenis pistol milik ketiga anggota Polsek Pirime berjenis Revolver, AR1 dan F5 sabhara.
Kenapa tidak sepatah kata pun muncul dari pihak aparat BNPT atau Polri (Densus 88) bahwa ini tindakan teroris? Bahkan media juga tidak ada yang mengaitkan dengan istilah terorisme. Seperti sudah aklamasi dan sudah MoU bahwa "teroris" adalah cap hanya untuk kelompok umat Islam karena melakukan aksi teror.
Kalau konsisten, harusnya para penyerang itu dengan motif politik "etno nasionalism/separatisme" adalah tindakan terorisme. Merek ada organisasi, mereka ada visi politiknya, terorganisir, menciptakan teror untuk mempengaruhi iklim politik keamanan dan kedaulatan negara.
Inilah menurut saya kemunafikan BNPT Cs. yang selama ini perang melawan terorisme. Kenapa tidak dikerahkan pasukan secara massif ke Papua untuk membersihkan sparatisme?
Kenapa untuk Poso begitu bernafsunya hanya karena judulnya perang melawan "teroris"?  Kalau sudah begini, jangan salahkan jika ada yang menilai BNPT dan Densus 88 dilahirkan untuk berperang terhadap Islamis baik dalam jangka pendek maupun jangka panjang ke depan. Semoga dari peristiwa demi peristiwa, akan membuka mata umat siapa kawan dan siapa lawan. wallahu a'lam

[www.globalmuslim.web.id]

Posting Komentar untuk "Sikap Hipokrit BNPT dan Densus 88 dalam Pemberantasan Terorisme "