Natal, Alat Politik Dangkalkan Akidah
Dari sudut sejarah, bebernya, siapa pun akan melihat Natal 25
Desember sebagai kelahiran Yesus adalah tidak betul. “Bahkan di daerah
kelahirannya itu tidak pernah ada salju,” ungkapnya. Celakanya, kesalahan ini malah dibudayakan oleh orang-orang Nasrani.
“Maka itu adalah persoalan akidah. Jadi bukan hanya adat atau hanya
hubungan antar kemanusiaan. Tetapi itu sudah menyangkut masalah
keimanan,” ujarnya.
Karena, lanjut Usman, bagi orang Kristen Natal itu bagian dari
keimanan yang mereka yakini sebagai hari kelahiran Yesus Kristus sebagai
Anak Tuhan. Jelas ini merupakan kesalahan mendasar. Karena Yesus itu
sebenarnya adalah Nabi Isa as yang hanyalah hamba dan utusan Allah SWT.
“Jadi kalau orang Islam turut mengucapkan selamat atau bahkan
merayakannya, ya kebawa salah juga,” pungkasnya.
Sebelumnya, Ketua Panitia Perayaan Natal Nasional Nafsiah Mboi yang
juga menteri kesehatan, menyatakan bahwa Presiden SBY dan Wapres
Boediono akan turut menghadiri Perayaan Puncak Natal Nasional yang akan
diselenggarakan pada 27 Desember.
“Presiden mengharapkan penyelenggaraan puncak perayaan Natal 2012
bersifat inklusif, dan dapat dirasakan semua pihak, tidak hanya oleh
umat Kristiani,” ungkap Mboi.
mediaumat.com
Posting Komentar untuk "Natal, Alat Politik Dangkalkan Akidah"