Kekerasan Anti-Muslim Menyebar Di Luar Kendali di Amerika
Sen
didorong hingga mati oleh seorang wanita yang “membenci Muslim”, saat
fanatisme anti-Muslim di AS berubah menjadi bentuk kekerasan baru.
Teman sekamarnya, MD Khan mengatakan rasa kaget atas kematian
temannya itu, yang dia gambarkan sebagai seorang pria yang lembut
bicaranya dan suka begadang menonton acara komedi dan mendengarkan
musik.
Keesokan harinya, NYPD mengumumkan penangkapan Erika Menendez,
seorang wanita 31 tahun yang telah terlihat di rekaman CCTV pergi
meninggalkan TKP setelah Sen didorong. Ketika ditahan dan dibawa ke
kantor polisi untuk diinterogasi, Menendez mengaku membunuh Sen dan
menyatakan motivasinya adalah keinginan untuk melakukan kekerasan
terhadap umat Islam. Sebagaimana yang dia katakan kepada polisi:
“Saya mendorong seorang Muslim ke rel kereta api karena saya membenci
Hindu dan Muslim … Sejak tahun 2001 ketika mereka meledakkan Twin
Towers, saya telah memukuli mereka.”
Sunando Sen bukanlah seorang Muslim, namun seorang berkulit cokelat
yang tinggal di Amerika Serikat, dimana dia menjadi target pembunuhan
karena tindakan kebencian yang merupakan akibat kampanye berkelanjutan
kefanatikan dan demonisasi terhadap umat Islam yang tinggal di Amerika.
Muslim-Amerika, serta umat Hindu, Sikh, dan lain-lain yang konon
“terlihat sebagai muslim” telah dipermalukan, diserang dan dalam banyak
kasus dibunuh oleh beberapa orang yang sering melakukan kekerasan karena
para politisi dan media yang telah antusias terlibat dalam kampanye
kebencian terhadap komunitas Muslim di negeri ini.
Meningkatnya Kekerasan Anti-Muslim
Serangan 11/9 telah meningkatkan kebencian dan kekerasan terhadap
komunitas Muslim. Dalam sebulan terakhir, di New York saja, polisi telah
menduga mengungkap kebencian rasial sebagai motif di balik bebeerapa
tindak kejahatan.
Kejahatan ini termasuk serangkaian pembunuhan terhadap para penjaga
toko asal Timur Tengah di Brooklyn, yang terakhir adalah pembunuhan atas
seorang imigran Iran berusia 78-tahun bernama Rahmatollah Vahidipour,
yang ditembak mati saat menutup butiknya.
Dalam minggu yang sama seorang Muslim lain dengan kejam dipukuli oleh
dua pria yang didahului serangan terhadap mereka setelah bertanya
apakah dia “seorang Hindu atau Muslim”, sementara seorang pria lain
ditikam beberapa kali di luar sebuah masjid oleh para penyerang yang
berteriak “Aku akan membunuhmu Muslim”, sambil berulang kali
menghujamkan pisau ke tubuh korbannya.
Banyak dari insiden itu sejalan dengan statistik nasional yang menunjukkan meningkatnya kekerasan anti-Muslim hingga mendekati rekor tertinggi di Amerika, sebuah tren yang terjadi bersamaan dengan gencarnya kampanye menentang pembangunan masjid serta dorongan dari para politisi dan tokoh media tentang adanya tuduhan bahwa Muslim-Amerika akan mengganti konstitusi AS dan menerapkan hukum Islam di negara itu.
Pemilu AS juga menggunakan Muslim sebagai target yang mudah bagi para
politisi agar terpilih. Satu contoh adalah yang dilakukan anggota
parlemen asal Illinois dari Partai Republik Joe Walsh yang mengatakan di
depan kerumunan massa pendukungnya bahwa “Muslim setiap hari mencoba
untuk membunuh orang Amerika”, dan membuat klaim tak berdasar bahwa
Islam radikal telah “menyusup” di pinggiran kota Chicago dan bahwa umat
Islam merencanakan serangan yang jauh lebih hebat dan akan “menjadikan
serangan 11/9 terlihat seperti mainan anak-anak”.
Hanya beberapa hari kemudian, komunitas Muslim menerima konsekuensi
retorikanya. Seorang pria melepaskan tembakan ke sebuah masjid di
Illinois ketika dipadati oleh ratusan jamaah dalam bulan Ramadhan.
Keesokan harinya, sebuah sebuah bom asam dilempar ke dalam jendela
mesjid ketika para jamaah sedang berkumpul untuk shalat.
Meskipun terjadi serangan terhadap Muslim di Illinois setelah pernyataannya, Walsh menolak untuk meminta maaf atas retorikanya yang mengutuk kaum Muslim Amerika dan malah melipat gandakan tuduhannya terhadap mereka, yang merupakan cerminan yang umum dari retorika anti-Muslim oleh para tokoh politik Amerika saat ini.
Memang penggunaan kaum Muslim sebagai karung tinju oleh para politisi
oportunistik yang mengkambing hitamkan kelompok minoritas telah menjadi
hal yang biasa dari kehidupan politik Amerika yang tidak menunjukkan
tanda-tanda mereda.
Seorang politisi anti-Muslim seperti Newt Gingrich memperingatkan
adanya “jihad siluman ” dan plot jahat lainnya oleh Muslim di Amerika
dalam beberapa tahun terakhir yang membantu memfasilitasi program
keuangan Syariah di AS dan memelihara hubungan baik dengan para pemimpin
Muslim terkemuka.
Politik Penuh Kebencian
Selain politik penuh kebencian itu, dalam beberapa tahun terakhir
terlihat sebuah kelompok yang sangat terorganisir yang mensponsori dan
mendanai para aktivis anti-Muslim di seluruh negeri.
Tokoh-tokoh terkemuka dalam gerakan ini adalah Pamela Geller dan
Robert Spencer yang telah memimpin perang salib dalam menjelek-jelekkan
umat Islam di seluruh negeri dan mengkampanyekan untuk mengecualikan
mereka dari kehidupan publik dan menempatkan kaum Muslim Amerika dalam
posisi kelima berbahaya dalam negara.
Pandangan mereka mendapatkan perhatian yang cukup popular berkat
jaringan penyandang dana dan jaringan media yang telah berhasil membawa
pesan-pesan mereka kepada penduduk di seluruh Amerika Serikat.
Dalam beberapa bulan terakhir, kontroversi yang luas meletus ketika
orgnasisai Geller yang anti-Muslim mensponsori penempatan iklan
Islamofobia di stasiun kereta bawah tanah utama di New York dan di
kota-kota lain di seluruh negeri.
Beberapa iklan menggambarkan serangan 11/9 dengan ayat-ayat Quran,
sementara yang lain menyebut kaum Muslim sebagai “biadab” dan mengajak
orang untuk “melawan Jihad”. Kampanye itu telah ditentang oleh banyak
komentator liberal, termasuk satu insiden dimana aktivis terkenal
Mesir-Amerika, Mona Eltahawy, ditangkap karena berusaha menutupi iklan
itu dengan cat semprot, namun gerakan itu terus berjalan di seluruh
negeri untuk menyebarkan pesan itu.
Kebenaran yang menyedihkan adalah bahwa Sen kemungkinan tidak akan
menjadi korban terakhir dari fenomena dari meningkatnya kekerasan
terhadap Muslim di Amerika Serikat – namun satu-satunya pertanyaan saat
ini adalah seberapa jauh Amerika akan melakukan tindakan kekerasan
terhadap kaum Muslim sebelum memutuskan untuk menentang tindakan itu.
(RZ/Sumber : www.aljazeera.com,31/12)
hizbut-tahrir
Posting Komentar untuk "Kekerasan Anti-Muslim Menyebar Di Luar Kendali di Amerika"