Perbedaan antara Islam dengan Feminis dalam memandang wanita
Isu-isu diskriminasi yang sering dinyanyikan oleh kaum sekuler ketika
mengkritik Islam dalam mengatur wanita seakan tak ada habisnya.
Berbagai cara mereka suarakan sebagai upaya untuk menghipnotis
masyarakat tanah air terutama yang berstatus agama Islam agar mereka
keluar dari keyakinan-keyakinan yang di anggap sebagai aturan yang
diskriminasi dalam memperlakukan hak dan kewajiban perempuan.
Memahami keadaan dengan keyakinan rasionalitas dan materialis inilah
yang menjadi sebab kemunculan kaum feminis dalam menyuarakan bahwa
mereka bukanlah makhluk yang harus selalu dinomor duakan sesudah
laki-laki atau korban dari pada faham patriarkhi yang menjadikan kaum
pria sebagai makhluk yang selalu mendominasi dalam seksualitas.
Selanjutnya usaha keras mereka untuk memahamkan kepada dunia bahwa
perbedaan aspek bilogis tidaklah menjadikan wanita sebagai kaum yang
lemah dan tidak bisa berkiprah dalam dunia pembangunan, dan pendidikan.
Selain itu juga mereka menuntut agar dapat disamakan hak dan kewajiban
antara laki-laki dan perempuan, sehingga mereka bisa bergerak bebas di
ranah mana saja baik di bidang private maupun public.
Dalam perjalanan waktu dari penyebaran faham feminis ini, Barat
sebagai rahim dalam melahirkan ideologi tersebut pun sampai sekarang
belum bisa membuktikan bahwa wanita disana sudah tidak lagi mengalami
kekerasan atau pelecehan seksual, malah hal yang terjadi adalah
sebaliknya bahwa satu dari 6 orang wanita Amerika pernah menjadi korban
perkosaan. Dan data statistik menunjukkan 17,7 juta wanita di sana
pernah menjadi korban percobaan perkosaan atau perkosaan sebagaimana
yang di himpun dalam organisasi nasional AS untuk anti kekerasan seksual
yakni Rape, Abuse, and Incest Nastional Network (RAINN) dalam situs www.rainn.org.
Maka jangan kaget ketika nanti di dapati sekelompok wanita muslimah
yang sudah terhipnotis pemikiran feminis melakukan aksi protes untuk
tidak ingin hamil atau menuntut agar diberlakukan iddah bagi laki yang
cerai akibat dari efek ideologi feminis yang mulai mereka paksakan untuk
masuk kepada ranah agama terutama agama Islam yang mereka klaim sebagai
agama yang berlaku diskrimatis dan menindas hak-hak perempuan.
Islam dalam memandang wanita
Berikut ini adalah cuplikan dari khutbah haji wada' Rasulullah
shalallahu alaihi wa sallam yang memperintahkan kaum pria agar mereka
bertaqwa dalam melindungi hak-hak wanita,
"Bertaqwalah kalian kepada Allah dalam urusan wanita, karena
kalian mengambil mereka dengan amanah Allah, kalian halalkan kehormatan
mereka dengan kalimat Allah. Untuk itu, hak kalian adalah bahwa
istri-istri kalian tidak boleh menghamparkan alasnya kepada orang yang
kalian tidak sukai. Jika mereka melakukan itu , pukullah mereka dengan
pukulan yang tidak melukai. Sedang hak mereka yang merupakan kewajiban
kalian diberi nafkah dan sandang yang layak." (Shafiyurrahman Al-Mubarakfuri. Ar-Rakhiqul Makhtum hal: 201)
Praktek kehidupan di Barat yang menjadikan wanita sebagai korban
kekejian para lelaki sudahlah merupakan mata rantai yang tidak pernah
terputus sejak zaman Yunani kuno dahulu kala, di mana mereka hanya
dijadikan budak-budak pemuas yang pada akhirnya kaum wanita marah dengan
mengusung sebuah faham yang mereka sebut sebagai feminis.
Sungguh ini sangat berbeda dengan ajaran Islam dalam menempatkan
wanita pada posisi yang mulia di mata agama. Mereka adalah makhluk yang
harus di lindungi dan di jaga oleh laki-laki karena fitrah mereka yang
mempunyai jasad yang lemah. Mereka juga merupakan makhluk yang suci
sehingga tak berhak seorang laki-laki merampas hak dan mendzalimi
mereka.
Wanita diwajibkan berjilbab juga bukan dengan tujuan untuk
mendiskriminasikan mereka, tetapi lebih kepada arti yang mendalam dengan
sebuah tujuan agar kehormatan mereka terjaga serta aurat mereka
tertutup dari hal-hal haram yang dapat menjerumuskan mereka ke dalam
kebinasaan. Ini semua adalah konsekuansi bagi orang-orang yang beriman
kepada Allah dalam menempatkan wanita dalam posisi yang mulia.
Berbeda dengan barat dimana mereka tak mengenal istilah menutup
aurat, praktek seks bebas para remaja, kumpul kebo, perkosaan berikut
juga tindakan seks yang menyimpang seperti homoseks dan lesbian
merupakan sebuah panenan dari ketidak imanan mereka kepada Allah Ta'ala.
Sara Bokker, salah seorang muallaf mantan artis dan model terkenal di Amerika Serikat yang kini menjadi seorang
direktur komunikasi di The March for Justice pun merasa jenuh terhadap
cara pandang hidup masyarakat Barat yang hanya bisa memuaskan nafsu
jasmani mereka saja, sehingga dia menjadi seorang muslimah karena Islam
dapat mengisi kekosongan rohaninya yang dulu selalu di jajah oleh
kesenangan-kesenangan duniawi belaka.
Kehormatan dan kemuliaan itulah yang hanya bisa dinikmati oleh
wanita yang beragama Islam, karena seluruh tindak tanduk mereka diatur
langsung oleh Sang Pencipta mereka sehingga tak perlu lagi para muslimah
menuntut agar hak-hak mereka harus disetarakan dengan laki-laki karena
mereka juga faham bahwasanya Islam telah menempatkan mereka secara adil
dan sesuai dengan fitrah sebagai seorang wanita.
Tetapi, pada hari ini juga ditemukan sebagian muslimah yang
merasa telah didiskrimatifkan oleh agama sehingga muncullah sosok
feminis muslim seperti Aminah Wadud yang memimpin aksi kontroversial
seperti menjadi khatib dan imam sholat Jum'at. Yang kemudian
tindakannya di copy oleh aktivis-aktivis liberal di berbagai penjuru
dunia termasuk di Indonesia.
Tentu segala perbuatan mereka adalah hasil dari kajian para
feminis di dunia Barat yang kemudian mereka adopsi untuk memahami ajaran
syari'at Islam. Framework feminis yang notabene adalah kumpulan cara
pandang orang-orang tidak beriman dimana mereka selalu mengedapankan
rasionalis dan materialis berusaha untuk di pakai dalam memahami Islam
yang sejak awal bersumber dari wahyu Allah Ta'ala.
Maka antara konsep kafir yang mendewakan akal lalu kemudian di
paksakan untuk memahami Islam yang di dasari iman pasti menghasilkan
sesuatu yang absurd. Dan inilah yang dipraktikan oleh
wanita yang mengklaim dirinya sebagai feminis muslim dimana cara pandang
mereka bukan lagi atas dasar iman. Sehingga wanita yang pada awalnya
sudah mulia di mata agama Islam kembali dirusak oleh sekawanan
orang-orang Islam yang terpengaruh pola fikir laa iimaana (tidak beriman) ala Barat.
Kemuliaan wanita dalam Islam yang menempatkan mereka dalam posisi
adil tidak akan pernah ditemukan dalam ajaran manapun, dari sejak lahir
hingga wafat wanita diberlakukan sesuai dengan fitrah kodrati mereka.
Sehingga ketika ada wanita muslimah yang mengatakan bahwa ajaran Islam
adalah ajaran yang diskriminatif terhadap wanita, sungguh orang tersebut
bukan karena tidak tahu tentang keadilan Islam akan tetapi otak dan
pola fikir mereka telah tercuci oleh cara pandang hidup Barat yang sejak
awal selalu memberlakukan wanita secara tidak adil dan tidak beradab
serta ingkar terhadap keimanan, dimana timgullah pejuang feminis yang
pada akhirnya berusaha untuk memberontak dari fitrah kewanitaan yang ada
dalam diri mereka. Allahu A'lamu Bish Shawab
Oleh: Zakariya Hidayatullah (Mahasiswa STID Mohammad Natsir)
arrahmah.com [www.bringislam.web.id]
Posting Komentar untuk "Perbedaan antara Islam dengan Feminis dalam memandang wanita"