IBRAH DARI GEJOLAK DI MESIR YANG TIDAK PERNAH USAI.
“Sesungguhnya pada kisah-kisah mereka itu terdapat pengajaran (ibrah) bagi orang-orang yang memfungsikan akal mereka. Al-Qur’an itu bukanlah cerita yang dibuat-buat, akan tetapi membenarkan (kitab-kitab) yang sebelumnya dan menjelaskan segala sesuatu dan sebagai petunjuk dan rahmat bagi kaum yang beriman”. (QS. Yusuf: 111)
Firman Allah SWT diatas, dan sebenarnya banyak yang mirip atau sejenis dengannya, mengisyaratkan pentingnya seorang manusia mengambil pelajaran dari peristiwa-peristiwa yang telah dan tengah terjadi. Hal ini bukan semata untuk menganalisa kejadian tersebut, namun mengkaitkannya dengan kebenaran Al-Qur'an. Terang di ayat di atas perintah untuk mengambil ibrah itu dikaitkan dengan kalimat berikutnya :" Al-Qur'an itu bukan cerita yang di-buat-buat akan tetapi menjelaskan segala sesuatu sebagai petunjuk dan rahmat bagi kaum yang beriman."
Disini terbaca bahwa perintah untuk ibrah pada peristiwa-peristiwa itu adalah untuk melihat bukti bahwa segala kisah yang terjadi, jika kisah itu menceritakan penyelewengan akan tuntunan Al-Qur'an, maka endingnya akan buruk, sebaliknya jika menceritakan ketaatan dan kepatuhan pada (aturan) Al-Qur'an, endingnya akan baik. Intinya, seluruh peristiwa/kisah yang kita dengar, baca, atau lihat sendiri jika kita ambil pelajaran (ibrah) darinya, pasti akan membenarkan bahwa pokok masalah adalah ketaatan atau keingkaran pada (aturan) Al-Qur'an.
Salah satu peristiwa teranyar saat ini adalah gejolak di tanah piramid, Mesir. Kita tahu sekitar dua tahun yang silam, Mesir mulai bergolak. Rakyat turun ke jalan menolak pemerintahan represip diktator Mubarak. Mubarak, selain seorang represip dan diktator, juga adlah teman karib dari kafir penjajah Barat. Hasil dari perlawanan itu, akhirnya pemerintahan Mubarak runtuh. Selama perlawanana itu, ada dua arus utama sebenarnya yang sama-sama bergerak menentang Mubarak. Arus pertama adalah arus dari kelompok non muslim,liberal sekuler, dan arus kedua adalah dari kelompok islamis. Hanya saja, karena kelompok sekuler liberal ini juga, mayoritasnya adalah warga muslim juga, maka aroma keislaman itu lebih mencuat, terutama saat diadakan shalat berjama'ah di Tahrir Square, hampir seluruh demonstran ikut shalat, tidak peduli apakah mereka dari kelompok islamis, atau kelompok sekuler. Aura keislaman itu semakin mencuat ketika para demonstran disela tuntutan pengunduran diri Mubarak sering menyelinginya dengan pekikan takbir. Ini dikarenakan dalam suasana begini, setiap muslim, baik sekuler atau islamis pasti menginginkan Allah menolong perjuangan mereka, sehingga takbir dikumandangkan, doa dipanjatkan.
Ditengah aura keislaman ini membawa berkah tersendiri bagi organisasi Islam, seperti Ikhwanul Muslimin dan yang lainnya. Mereka akhirnya mencuat kedepan dan dianggap kelompok arus islamis akan bisa diharapkan membuat perubahan nyata pada mesir. Kelompok sekuler tentu tidak setuju. Namun dengan prinsip Demokrasi mereka, mereka tidak bisa berbuat banyak pada terus meningkatnya popularitas organisasi Islam seperti IM dan yang lainnya. Kekuatan Islam yang mendukung IM sangat massive sehingga kelompok sekuler tidak berkutik, sampai akhirnya IM meraih tampuk kekuasaan di Mesir. Sampai disini, sepertinya everything is okey. Kubu Islamis menang dan menguasai 75 % parlemen, sesuatu yang belum pernah terjadi dalam sejarah Mesir.
Namun ternyata itu belum akhir segalanya. Kelompok sekuler yang tentu saja ditunggangi Barat yang walaupun bermuka masnis dan menerima IM sebagai kelompok yang dianggap tidak memusuhi mereka, namun sejatinya mereka tidak rela Mesir itu jatuh di tangan kubu Islamis. Karenanyalah mereka bermain dengan wajah ganda, secara kenegaraan, mereka merestui pemerintahan baru kelompok Islam, tapi secara terselubung, mereka tetap berupaya agar pemerintahan ini bisa goyah dan akhirnya berganti ke pemerintahan demokrasi, sekuler.
Disinilah, pada saat mnentukan pilihan kebijakan, seharusnya kembali pada Al-Qur'an dan sunnah Rasul. Namun apa lacur, dengan alasan demi memfasilitasi aspirasi kelompok sekuler liberal, dan demi menjaga hubungan baik dengan berbagai pihak, termasuk dengan kafir Barat, akhirnya pemerintahan presiden terpilih, Muhammad Mursi mengambil kebijakan kompromis. Hingar bingar dan aura keislaman dari perjuangan rakyat Mesir padam seketika ketika pemerintahan baru tetap menerapkan sistem Demokrasi. Dibuatlah Konstitusi baru yang bukan saja ditentang oleh kubu sekuler (karena mereka ini pasti menentang apa saja kebijakan pemerintahan yang tidak mereka suka sejak awal ini), tapi juga ditentag oleh berbagai kelompok Islam. Pada referendum untuk menentukan apakah konstitusi baru itu diterima atau tidak, pilihan yang diberikan pada masyarakat adalah :
1. Menerima konstitusi baru.
2. Menolak konstitusi baru (yang konsekwensinya, konstitusi lama akan dipertahankan).
Ini pilihan bak buah simalakama. Masyarakat menginginkan Konstitusi adalah Syariat Islam. Sementara yang disodorkan kepada mereka adalah memilih slaah satu, konstitusi baru yang gado-gado, atau konstitusi lama warisan Mubarak yang represip. Walhasil, referendum ini kehilangan legitimasi ketika partisipasi masyarakat sangat rendah. Wikipedia menuliskan bahwa partisipasi peserta referendum pada 23 Desember 2012 hanya 32,9% dari pemilih menggunakan hak suara dan bahwa konstitusi itu disetujui 63,8% dari suara yang mendukung selama dua putaran pemungutan suara. Jadi yang mendukung hanyalah 63,8 % dari 32,9 % jumlah pemilih. Atau sekitar 2/3 dari 1/3 jumlah pemilih,yakni 2/9 atau sekitar 23% dari total jumlah pemilih.
Hasil referndum inilah awal goyahnya pemerintahan Mursi,karena kubu sekuler liberal yang awalnya tidak berkutik ketika Islam bersatu, mendapat energi baru karena konstitusi Mursi juga tidak diterima kubu Islami. Tekanan demi tekanan ke Mursi pun semakin kuat. Malangnya, kubu Islamis juga tidak kurang menekan Mursi karena kebijakan yang masih dekat dengan Amerika serta Israel yang di mata kubu islam harusnya dianggap musuh. Walaupun kubu Islam tidak dengan eksplisit pernah menuntut Mursi untuk mundur, namun mereka juga tidak memperlihatkan dukungan mereka pada Mursi melawan tekanan kubu sekuler liberal. Ini dikarenakan semakin jauh, kebijakan-kebijakan Mursi justru bertentangan dengan keinginan kubu yang menginginkan Mesir kembali pada Islam kaaffah. Walhasil pemerintahan Mursi goyah karena penyangganya mulai meninggalkannya. Hal ini dimanfaatkan benar oleh kubu sekuler untuk menggalang kekuatan dengan melontarkan isu-isu yang tidak berkaitan dengan agama, seperti isu kesejahteraan dan lainnya.
Jadilah apa yang terjadi saat ini. Mursi bersama barisan Ikhwanul
Musliminnya sendirian diserang kubu sekuler yang sejak awal memang tidak
menyukainya, sementara kubu islami berdiam diri karena sudah
dikecewakan dengan kebijakan Mursi yang tidak mau menerapkan Islam
sebagai konstitusi dan karena tidak menghentikan persahabatannya dengan
musuh-musuh Islam. Inilah wajah Mesir saat ini.
Ibrah.
Allah SWT berfiman,
"Dan janganlah kamu campuradukkan yang hak dengan yang bathil dan janganlah kamu sembunyikan yang hak itu, sedang kamu mengetahui." (Al-Baqarah [2]: 42).
Allah Azza wa jalla berfirman :
Artinya : ” Hai, Orang-orang yang beriman janganlah kalian mengikuti langkah-langkah setan, dan siapa yang mengikuti langkah-langkah setan sesungguhnya setan itu memerintahkan kepada fahsya dan mungkar (keji dan mungkar) … ” (An-Nur : 21)
Semua yang terjadi di Mesir saat ini berawal dari dilanggarnya perintah Allah pada Surat Al-Baqarah 42 diatas. Allah tegas melarang umat Islam untuk mencampuradukkan yang haq dengan yang bathil. Dalam Islam tidak ada yang dinamakan jalan tengah, win-win solution atau kompromis. Yang ada adalah Haq dan Bathil. Segala yang bukan yang Haq, maka pasti Bathil. bagaimana kalau dicampur ? Banyak yang haq dicampur sedikit dengan yang bathil, dari larangan Allah di atas, sesedikit apapun kebathiln yang dicampurkan kedalam sesuatu yang haq, maka kondisi itu akan berubah menjadi bathil. Tidak ada 90 % haq 10 % bathil. Jika sudah tercampur, bagaimanapun porsinya, maka akan menjadi 100 % bathil.
Hal ini karena segala langkah yang tidak digariskan dalam Islam adalah langkah-langkah setan, seperti firman Allah pada surat An-Nur 21 di atas. Maka mencampuradukkan yang haq dengan yang bathil itu sama saja dengan mencampuradukkan ketentuan Allah dengan ketentuan setan.
Allah sudah memberikan aturan/sistem serta hukum kepada manusia untuk dipakai. Begitu juga dalam bernegara, Rasulullah sudah mencontohkan bagaimana bentuknya negaranya kaum muslim. Inilah yang haq. Sementara selain tiu, termasuk Demokrasi, Republik dsbnya adalah bathil karena bukan berasal dari Allah dan Rasul-Nya. Namun sayangnya pemerintahan baru di Mesir, demi menjaga ini dan itu, mencampurkan yang haq tersebut dengan yang bathil. Padahal pada surat An-Nur 21 di atas Allah jelas menyebut yang berasal dari selain Allah itu adalah berasal dari setan dan hanya akan memerintahkan kepada fasya dan munkar (keji dan munkar).
Entah kenapa mereka masih mencoba berkompromi dengan berbagai alasan, padahal kompromi itu jelas mencampuradukkan yang haq dengan yang bathil. Akhirnya, mereka kehilangan simpati dan dukungan dari masyarakat yang menginginkan kembali pada Al-Qur'an dan Sunnah murni, sementara pihak yang mereka harapkan dukungannya dengan mengadakan kompromi itu, yaitu pihak non-muslim, sekuler liberal, bagaimanapun sejatinya tidk ingin Mesir dipimpin oleh kelompok Islami. Walhasil dukungan yang semula di tangan terbang, sementara pihak yang mau di rangkul untuk mendukung tetap memperlihatkan permusuhan.
Akan lain halnya jika sekiranya pemerintahan kelompok Islam pasca Mubarak murni menerapkan Islam kaaffah tanpa perlu berkompromi dengan pihak non-muslim, sekuler liberal. Walau penentangan akan keras dari pihak liberal sekuler, namun kubu Islam akan bersatu padu mendukung pemerintahan. Karena jelas perseteruan adalah antara yang haq (islam) dan yang bathil (kafir dan sekuler liberal). Tapi kalau saat ini, umat Islam akan bingung apa mau mendukung Mursi atau tidak, karena sistem pemerintahan Mursi sendiri bukanlah sistem pemerintahan yang haq, melainkan mencampuradukkan yang haq dengan yang bathil. Jadi salah jika menyebutkan apa yang terjadi di Mesir saat ini adalah bentrokan antara sekuler dengan Islam, tapi bentrokan antara sekuler dengan Mursi (ikhwanul Muslimin) dan para pendukungnya, karena kedua pihak yang berhadapan ini adalah pihak yang tetap sama ingin menerapkan sistem demokrasi menurut versi masing-masing. Tidak ada yang ingin menerapkan sistem islam. [www.bringislam.web.id]
https://www.facebook.com/photo.php?fbid=548186021906490&set=a.124056407652789.20268.100001452903487&type=1&ref=nf
Posting Komentar untuk "IBRAH DARI GEJOLAK DI MESIR YANG TIDAK PERNAH USAI."