DITIPU DEMOKRASI
DITIPU DEMOKRASI
Ali Belhadj lahir di Tunisia pada 1965. Namanya menjadi terkenal di dunia pergerakan Islam setelah partai yang didirikannya Front Keselamatan Islam (Front Islamic du Salut/FIS) menjadi partai terlarang karena memenangkan Pemilu secara mutlak! Aneh bukan?
Tidak perlu aneh, sampai tahun 1988, di Ajazair hanya ada satu partai politik yaitu FLN. Namun ketika meletus penentangan terhadap pemerintah dan FLN, presiden Aljazair ketika itu, Chadli Bendjedid (sekaligus merangkap sebagai sekjen FLN), terpaksa mengizinkan pendirian berbagai parpol baru. Maka bermunculanlah berbagai parpol baru termasuk FIS yang berdiri sejak 1989. Hanya FIS lah satu-satunya partai berasaskan Islam dan kampanye terang-terangan akan menerapkan Islam secara total.
Meski warga Aljazair sudah lama hidup dalam belenggu dan suasana sekuler, tidak disangka-sangka lebih memilih FIS. Walaupun rakyat mayoritas beragama Islam, namun kehidupan dan cara-cara masyarakat Aljazair hampir tidak beda dengan masyarakat Prancis atau Eropa lainnya. Dalam kehidupan keseharian mereka sangat hedonis, tapi untuk urusan pemerintahan, tampaknya rakyat Aljazair lebih percaya pada konsep Islam.
Karena Ali Belhadj dan ulama pendiri FIS lainnya memiliki konsep yang jelas dan tegas tentang Islam. Tidak berpura-pura sebagai partai yang demokratis, sekuler atau nasionalis demi meraih suara. FIS tetap konsisten dengan nilai dan prinsip Islam, baik di dalam partai ataupun sikap keluar (eksternal) terhadap partai atau golongan serta pemerintah. Nah, itulah yang dilihat rakyat.
Maka, pada pemilu 1991, artinya hanya dua tahun sejak berdirinya FIS, partai ini meraih 54 persen suara dan mendapat 188 kursi di parlemen atau menguasai 81 persen kursi. Suatu pencapaian yang fantastis! Pada pemilu putaran kedua, FIS dinyatakan menang telak.
Rakyat Aljazair menyambut gembira kemenangan FIS ini. Namun tidak dengan Benjedid antek penjajah Prancis itu. Presiden yang kemudian mengundurkan diri ini setelah kekalahan partainya segera berkonsolidasi dengan pihak-pihak yang tak ingin Islam tampil dengan berkuasanya FIS.
Maka Benjedid pun menggalang kekuatan militer. Militer dengan kekuatannya dan semena-mena, membubarkan parlemen Aljazair serta membatalkan hasil pemilu. Mohammed Boudiaf, mewakili militer, segera mendirikan Dewan Tinggi Negara, dan kemudian bertindak sebagai pemerintahan interim. Ia, entah dengan dasar apa, mengumumkan bahwa Aljazair berada dalam keadaan darurat.
Boudiaf menjadi penguasa baru di Aljazair. Ia merekayasa semua cara untuk memberangus FIS dan menyatakannya sebagai partai politik terlarang. Belhadj dan ribuan anggota dan pendukung FIS ditangkap dan dijebloskan ke penjara dan tak sedikit yang dibunuh.
Itulah salah satu bukti bahwa demokrasi memang hanyalah alat untuk mencegah syariah Islam diterapkan. Terlepas dari itu, memang ada satu thariqah (metode) Nabi Muhammad SAW yang terlewatkan dalam upaya menegakkan syariah Islam kaaffah, yakni thalabun nushrah (meminta pertolongan untuk mendukung 100 persen penegakan syariah Islam tanpa syarat) terhadap ahlul quwwah (pemilik kekuatan/militer).
Dua belas tahun kemudian, tepatnya pada Juni 2003, Belhadj dibebaskan secara bersyarat. Syaratnya adalah tidak boleh melakukan aktivitas politik mau pun publikasi media. Namun syarat itu tidak pernah digubrisnya, sehingga ia berulang kali masuk penjara.
Karena setiap kali bebas dengan lantang tanpa rasa takut sedikit pun, ia terus mengkritik kezaliman penguasa Aljazair, penguasa Arab, penjajahan Barat di negeri-negeri Islam dan menyerukan agar kaum Muslim bersatu berjuang menegakkan khilafah Islam.[] joko prasetyo dari berbagai sumber [Halaqoh Online]
[www.bringislam.web.id]
Ali Belhadj lahir di Tunisia pada 1965. Namanya menjadi terkenal di dunia pergerakan Islam setelah partai yang didirikannya Front Keselamatan Islam (Front Islamic du Salut/FIS) menjadi partai terlarang karena memenangkan Pemilu secara mutlak! Aneh bukan?
Tidak perlu aneh, sampai tahun 1988, di Ajazair hanya ada satu partai politik yaitu FLN. Namun ketika meletus penentangan terhadap pemerintah dan FLN, presiden Aljazair ketika itu, Chadli Bendjedid (sekaligus merangkap sebagai sekjen FLN), terpaksa mengizinkan pendirian berbagai parpol baru. Maka bermunculanlah berbagai parpol baru termasuk FIS yang berdiri sejak 1989. Hanya FIS lah satu-satunya partai berasaskan Islam dan kampanye terang-terangan akan menerapkan Islam secara total.
Meski warga Aljazair sudah lama hidup dalam belenggu dan suasana sekuler, tidak disangka-sangka lebih memilih FIS. Walaupun rakyat mayoritas beragama Islam, namun kehidupan dan cara-cara masyarakat Aljazair hampir tidak beda dengan masyarakat Prancis atau Eropa lainnya. Dalam kehidupan keseharian mereka sangat hedonis, tapi untuk urusan pemerintahan, tampaknya rakyat Aljazair lebih percaya pada konsep Islam.
Karena Ali Belhadj dan ulama pendiri FIS lainnya memiliki konsep yang jelas dan tegas tentang Islam. Tidak berpura-pura sebagai partai yang demokratis, sekuler atau nasionalis demi meraih suara. FIS tetap konsisten dengan nilai dan prinsip Islam, baik di dalam partai ataupun sikap keluar (eksternal) terhadap partai atau golongan serta pemerintah. Nah, itulah yang dilihat rakyat.
Maka, pada pemilu 1991, artinya hanya dua tahun sejak berdirinya FIS, partai ini meraih 54 persen suara dan mendapat 188 kursi di parlemen atau menguasai 81 persen kursi. Suatu pencapaian yang fantastis! Pada pemilu putaran kedua, FIS dinyatakan menang telak.
Rakyat Aljazair menyambut gembira kemenangan FIS ini. Namun tidak dengan Benjedid antek penjajah Prancis itu. Presiden yang kemudian mengundurkan diri ini setelah kekalahan partainya segera berkonsolidasi dengan pihak-pihak yang tak ingin Islam tampil dengan berkuasanya FIS.
Maka Benjedid pun menggalang kekuatan militer. Militer dengan kekuatannya dan semena-mena, membubarkan parlemen Aljazair serta membatalkan hasil pemilu. Mohammed Boudiaf, mewakili militer, segera mendirikan Dewan Tinggi Negara, dan kemudian bertindak sebagai pemerintahan interim. Ia, entah dengan dasar apa, mengumumkan bahwa Aljazair berada dalam keadaan darurat.
Boudiaf menjadi penguasa baru di Aljazair. Ia merekayasa semua cara untuk memberangus FIS dan menyatakannya sebagai partai politik terlarang. Belhadj dan ribuan anggota dan pendukung FIS ditangkap dan dijebloskan ke penjara dan tak sedikit yang dibunuh.
Itulah salah satu bukti bahwa demokrasi memang hanyalah alat untuk mencegah syariah Islam diterapkan. Terlepas dari itu, memang ada satu thariqah (metode) Nabi Muhammad SAW yang terlewatkan dalam upaya menegakkan syariah Islam kaaffah, yakni thalabun nushrah (meminta pertolongan untuk mendukung 100 persen penegakan syariah Islam tanpa syarat) terhadap ahlul quwwah (pemilik kekuatan/militer).
Dua belas tahun kemudian, tepatnya pada Juni 2003, Belhadj dibebaskan secara bersyarat. Syaratnya adalah tidak boleh melakukan aktivitas politik mau pun publikasi media. Namun syarat itu tidak pernah digubrisnya, sehingga ia berulang kali masuk penjara.
Karena setiap kali bebas dengan lantang tanpa rasa takut sedikit pun, ia terus mengkritik kezaliman penguasa Aljazair, penguasa Arab, penjajahan Barat di negeri-negeri Islam dan menyerukan agar kaum Muslim bersatu berjuang menegakkan khilafah Islam.[] joko prasetyo dari berbagai sumber [Halaqoh Online]
[www.bringislam.web.id]
Posting Komentar untuk "DITIPU DEMOKRASI"