Demokrasi Mahal: Jiwa Taruhannya
Tahun 2014 adalah tahunnya pesta demokrasi untuk Indonesia.Dijadwalkan akan di laksanakan dua kali pemilu berturutan dalam satu tahun 2014 ini. Pemilu pertama telah dilaksanakan pada 9 April 2014 untuk memilih dewan legislatif. Pemilu kedua dijadwalkan akan dilaksanakan pada bulan Mei mendatang yakni untuk memilihpresiden dan wakil presiden.Parpol bersama caleg dan capres beserta cawapres mendekati rakyat dengan berbagai cara untuk mendapatkan suara rakyat. Perjuangan mereka sangat kuat demi menduduki kursi kekuasaan di pemerintahan.Iklan di media massa, pemasangan atributpawai, hingga turun langsung dalam sosialisasi dilakukan oleh segenap jajaran simpatisan, anggota parpol dan juga caleg, capres serta cawapres secara langsung.
Pertanyaanya adalah dari mana uang yang didapatkan untuk biaya pengenalan caleg, capres dan cawapres tersebut? Karena kita ketahui bersama bahwa untuk pengenalan tersebut dengan berbagai mediator tidaklah gratis.Dari mana uang yang didapatkan untuk memunculkan wajah-wajah mereka di TV? Darimana pula uang untuk menyiar kan kampanye mereka di radio-radio? Datang darimana uang yang digunakan untuk mencetak bendera dan baligho serta selebaran-selebaran atribut kampanye? Tentu saja sebagian besar dari dana kampanye itu didukung oleh para pengusaha bermodal banyak, baik individu maupun perusahaan.
Dana yang digelontorkan oleh individu atau perusahaan terhadap calon-calon pemimpin tersebut tidaklah gratis.Dalam kehidupan yang diatur oleh sistem demokrasi kapitalis ini semuanya bergerak hanya jika ada manfaat yang ia dapatkan. Manfaat yang diberikan kepada para donator akan diberikan secara langsung atau bisa juga tidak langsung.
Manfaat-manfaat secara langsung bisaanya diberikan dalam bentuk tender-tender untuk mereka.Sedangkan manfaat yang tidak langsung adalah dalam bentuk pemesanan undang-undang atau kebijakan-kebijakan.Semua itulah yang membuat sumber daya alam di Indonesia yang melimpah akhirnya jatuh ketangan asing.Dikelola oleh pihak asing dan pengeksploitasiannya tanpa memandang dampaknya karena mereka pihak asing tidak ikut merasakan dampaknya secara langsung.
Demikianlah permainan demokrasi kapitalisme dan antek-anteknya.Permainan yang begitu hina tetapi terlihat begitu cantik dengan kemasan janji-janji palsu terhadap rakyat.Rakyat kelas bawah hanya bisa diam gigit jari ketika pemimpinnya tidak memikirkan mereka. Bahkan caleg capres dan cawapres yang gagal pun banyak yang akhirnya gigit jari dan nyengir di pinggiran jalan karena stress uangnya lenyap begitu saja.
Inilah sistem demokrasi kapitalisme, begitu rusak dan merusak.Tidak ada kelayakan untuk mempertahankan sistem demokrasi kapitalisme inis edikitpun. Indonesia dan dunia saat ini hanya membutuhkan sistem yang benar-benar mengurusi urusan rakyat secara keseluruhan bukan hanya mengurusi rakyat yang bermodal.Sistem yang akan membawa kesejahteraan dan ketentraman.
Apakah ada sistem yang demikian? Ada. Sistem tersebut telah terbukti membawa kesejahteraan ketika diterapkan secara menyeluruh dalam setiap aspek kehidupan termasuk juga pemerintahan.Sistem tersebut adalah sistemislam.
Walllohu’alam bi ashowab
Dwi Haryani Wiji Astuti–KesejahteraanSosial/FISIP/Unpad
Baca Juga:
Seorang Caleg di Jabar Stres, Karena Perolehan Suara Yang Minim
[www.bringislam.web.id]
Posting Komentar untuk "Demokrasi Mahal: Jiwa Taruhannya"