Seribu Langkah Membendung Tegaknya Khilafah


Seribu Langkah Membendung Tegaknya Khilafah
Seribu Langkah Membendung Tegaknya Khilafah

Oleh : Mujiyanto

Indonesia saat ini telah dikepung oleh 13 pangkalan militer Amerika. Ada apa?

Indonesia adalah salah satu wilayah di dunia Islam yang paling berpotensi melahirkan khilafah. Populasi penduduk Muslim terbesar di dunia dan munculnya gerakan Islam yang memperjuangkan lahirnya kembali kekhilafahan, menjadi faktor pendorongnya.

Tak heran, pelan tapi pasti Barat yang dipimpin oleh Amerika Serikat mengarahkan bidikannya ke negeri di kawasan Asia Tenggara ini. Setelah membangun kantor kedutaan besar terbesar di Baghdad, Irak, Amerika kemudian membangun gedung yang sama di Pakistan. Terakhir, saat ini Amerika membangun gedung Kedubes AS terbesar ketiga di dunia di Jakarta.

Ketua Lajnah Siyasiyah DPP HTI Yahya Abdurrahman mempertanyakan, mengapa Amerika sampai membangun gedung dengan luas 36.000 meter persegi yang akan menampung karyawan sebanyak 16 ribu staf. Menurutnya, pasti ada maksud di balik pembangunan gedung ini.

Terlebih lagi Amerika sudah menyatakan bahwa negara tersebut akan menggeser 60 persen kekuatan militernya ke kawasan Asia Pasifik hingga tahun 2020 mendatang. Pertanyaannya lagi, mengapa kebijakan itu diambil? Adakah yang berbahaya dari kawasan ini? Sekadar ingin rebut sumber daya alam?

Pengamat pertahanan dan militer dari Universitas Indonesia Connie Rahakundini Bakrie dalam sebuah kesempatan di tahun 2012 lalu berkata: “Pergeseran kekuatan militer AS ke Asia Pasifik bukanlah hal sederhana. Bisa jadi, pada 8 tahun ke depan, “perang” perebutan sumber daya alam dan jalur perdagangan akan beralih ke kawasan ini. Indonesia harus menyiapkan diri untuk menghadapinya.”

Dan Amerika pun serius menghadapi hal itu. Ini dibuktikan dengan keberadaan 13 pangkalan militer yang mengepung Indonesia. Persis sama seperti saat Irak akan digempur melalui persiapan Operation of Enduring Freedom, saat ini Indonesia “sudah terkurung” seperti Irak, oleh pangkalan-pangkalan AS sejak titik di Diego Garcia, Christmas Island, Cocos Island, Darwin, Guam, Philippina, terus berputar hingga ke Malaysia, Singapore, Vietnam hingga kepulauan Andaman dan Nicobar beserta sejumlah tempat lainnya.

Peta Baru Timur Tengah

Pergeseran kekuatan Amerika dari kawasan Timur Tengah ke kawasan Asia Tenggara dan Asia Selatan tak bisa dipungkiri untuk mencegah berbagai kemungkinan yang muncul terkait bangkitnya Islam dari kawasan ini.

Secara politik kawasan Timur Tengah telah mampu ‘dikuasai’ oleh Amerika dengan pengaruhnya. Amerika berhasil mengubah geopolitik di kawasan ini melalui Arab Spring. Para penguasa boneka yang selama ini lebih condong ke Eropa mulai disingkirkan satu per satu dan diganti para penguasa boneka yang berporos ke Amerika.

Dengan berbagai manuver politik, Amerika berusaha menyingkirkan rival mereka dari Eropa yang selama ini bercokol di Timur Tengah seperti Inggris dan Prancis. Amerika kemudian mengambil alih kendali dengan memaksa para penguasa Timur Tengah berkiblat ke Amerika.

Bersamaan itu Amerika berusaha ‘membunuh’ semua gerakan politik Islam, meski perjuangannya bersifat parsial. Amerika berada di balik aksi kaum liberal di Mesir yang menyingkirkan Presiden Mursi—yang sebenarnya terpilih secara demokrasi. Tak hanya itu, melalui anteknya Jenderal Al Sisi, Amerika menjadikan Ikhwanul Muslimin sebagai kelompok teroris.

Irak telah dikuasai. Demikian pula Libya, Iran, dan negara Arab lainnya. Tunduknya para penguasa kaum Muslim di Timur Tengah, termasuk Presiden Mahmud Abbas di Palestina, memuluskan rencana Amerika untuk menguasai kawasan itu dengan aman demi menjaga keberadaan negara Israel.

Sudutkan Islam

Bersamaan dengan itu Amerika terus memaksakan negara-negara di semua kawasan agar mengikuti program global war on terrorism (GWOT). Program ini diarahkan kepada gerakan-gerakan yang ingin membangun kembali peradaban Islam.

Tanpa bertindak secara langsung, Amerika bisa berbuat semaunya untuk memberangus gerakan-gerakan Islam. Tanpa pengadilan, banyak orang yang dibunuh dan dipenjara di negeri-negeri Islam dengan tuduhan terlibat aksi terorisme.

Tak hanya itu, Amerika dan antek-anteknya di negeri Islam selalu berusaha mengaitkan aksi terorisme dengan gerakan untuk menegakkan syariah dan khilafah. Padahal, secara demokratis, seharusnya tindakan rakyat suatu negeri untuk membangun negerinya dengan ideologi tertentu sah-sah saja. Tapi ternyata tidak berlaku. Mereka dimusuhinya meski tidak menggunakan kekerasan.

Dan untuk membendung gerakan Islam politik ini, Amerika mengadu domba di antara kaum Muslim. Caranya dengan membuat kategorisasi gerakan/kelompok Islam dengan sebutan radikal, moderat, tradisional. Dengan kekuatan uangnya, Amerika mendukung gerakan moderat/tradisional untuk menghantam gerakan yang mereka sebut sebagai radikal. Amerika juga mendukung gerakan liberalisasi Islam dengan memberikan dukungan dana dan lainnya.

Untuk memuluskan itu, Amerika mendudukkan antek-anteknya pada posisi tertinggi di pemerintahan. Sedikit saja mereka menyimpang dari kepentingan Amerika, pasti disingkirkan. Kenyataan ini sudah terbukti di berbagai negeri, termasuk di Indonesia.

Walhasil, sesuai dengan buku ‘America’s Deadliest Export Democracy’, Amerika memang tidak menginginkan munculnya alternatif super power baru, apalagi itu adalah khilafah Islam. Mereka sangat takut dan berusaha membendung kebangkitannya dengan segala cara. []

[www.bringislam.web.id]

Posting Komentar untuk "Seribu Langkah Membendung Tegaknya Khilafah"