Yahudi dan Salibis Kristen Jegal Tegaknya Khilafah

Yahudi dan Salibis Kristen  Jegal Tegaknya Khilafah
Yahudi-Kristen Jegal Tegaknya Khilafah

Oleh : Mujiyanto

Ia mendesak dunia Barat untuk mengambil langkah agar khilafah bisa dicegah.

Ideologi tak pernah mati. Begitu juga Islam. Meski telah kehilangan institusinya sejak 3 Maret 1924, ideologi Islam tetap tertanam di benak para pengembannya. Islam terus diperjuangkan di seluruh penjuru negeri dengan berbagai bentuknya.

Dakwah mengembalikan kejayaan Islam terus menuai keberhasilan, sedikit demi sedikit. Di sisi lain, ideologi kapitalisme-sekuler-demokrasi mulai menampakkan wajah aslinya sebagai ideologi yang merusak kehidupan kaum Muslim, dan masyarakat dunia.

Perpaduan adanya dakwah dan tertampakkannya kegagalan ideologi kufur menjadikan umat kian sadar akan posisi mereka. Kerinduan mereka terhadap penerapan syariah Islam tak bisa ditahan-tahan. Survei membuktikan kaum Muslim di negeri-negeri Muslim mayoritas menginginkan penerapan syariah Islam dalam kehidupan mereka, tidak hanya menyangkut kehidupan pribadi bahkan kehidupan bernegara.

Semangat kembali kepada Islam ini tidak lepas dari peran gerakan dakwah yang memperjuangkan syariah dan khilafah. Meski bagi sebagian orang gerakan ini dianggap tidak beraksi nyata, dunia Barat yang paham tentang perubahan justru merasakan dampak perubahan itu.

Sampai-sampai Presiden Amerika Serikat George W Bush mengucapkan kata khilafah islamiyah sebanyak 16 kali pada 2006. Tentu ini bukan sembarang ngomong. Bush sangat khawatir terhadap perkembangan Islam dan gerakan Islam yang berusaha bangkit kembali membangun negara Islam.

Gerald Rowland, seorang pendeta dan misionaris Kristen, belum lama ini mengeluarkan peringatan kepada kaum Kristen dan Yahudi akan hadirnya khilafah di muka bumi. Ia mengajak Yahudi-Kristen bersiap-siap menghadapi perang melawan khilafah. Ia mendesak dunia Barat untuk mengambil langkah agar khilafah bisa dicegah.

Dalam bukunya berjudul: ‘Defeating The New Caliphate’, Rowland melihat tanda-tanda munculnya khilafah itu secara empiris dan secara keyakinan yang ada di kitab sucinya yakni Injil. Secara empiris, ia melihat bagaimana umat Islam berjuang ke arah sana dengan berbagai bentuk perjuangan. Secara keyakinan, pendeta yang sudah malang melintang di dunia misionaris lebih dari 50 tahun ini menyebut ayat suci yang mengabarkan tanda-tanda tersebut.

Menurutnya, serangan umat Islam ke negara Israel menjadi awal tegaknya khilafah. Khilafah akan beribukota di Yerusalem. Setelah itu khilafah akan meluaskan penaklukannya ke Amerika Serikat dan kemudian ke Eropa.

Hadang Khilafah

Barat sendiri tanpa memperhatikan apa yang ditulis Rowland sebenarnya sudah tahu pergerakan musuh ideologinya itu. Berbagai kajian menyebut adanya benih-benih kebangkitan Islam di negeri-negeri Islam.

Maka Barat dengan segala cara mengerem laju kebangkitan itu. Misalnya, kanalisasi peran politik Islam ke dalam partai politik demokrasi. Dengan menggunakan kemasan yang menarik, mereka menjajakan demokrasi sebagai jalan untuk menuju perubahan. Ini seperti yang terjadi di Mesir dan Palestina.

Jika itu masih gagal, maka Barat bisa membajak gerakan perubahan di negeri Islam dengan menggunakan antek-anteknya agar perubahan yang terjadi tetap dalam kendali. Ini yang terjadi di Tunisia, dan Yaman.

Bahkan Barat bisa saja mempertahankan rezim yang ada dan menumpas semua gerakan yang menginginkan tegaknya khilafah. Ini yang bisa dilihat di Suriah.

Bersamaan itu Barat melancarkan program deradikalisasi untuk ‘menjinakkan’ para aktivis dakwah. Bila itu tak berhasil, tak segan-segan mereka mencap para aktivis tersebut sebagai teroris, meski tanpa bukti apapun.

Global war on terrorism (perang global melawan terorisme) menjadi senjata yang ampuh untuk menggiring rezim di negeri-negeri Islam mengeluarkan kebijakan sesuai arahan Amerika. Tanpa turun sendiri, Amerika bisa mencegah bangkitnya orang yang mereka sebut sebagai radikal Islam.

Tidak hanya itu, Amerika membangun kekuatan di negara-negara yang berpotensi untuk menjadi pusat lahirnya kekhilafahan. Dan ini sangat serius.

Indonesia sebagai negeri Muslim terbesar di dunia pun tak luput dari perhatian Amerika. Negeri di khatulistiwa ini telah dikepung oleh 13 pangkalan militer Amerika. Demikian pula negeri Islam seperti Pakistan.

Di samping itu, Amerika mengendalikan para penguasa di negeri-negeri tersebut sejak negara itu merdeka. Sedikit saja mereka melawan titah Amerika, maka para penguasa itu pasti akan dilengserkan.

Khusus kepada kaum Muslim, mereka dijejali dengan jargon-jargon kebebasan ala Barat. Para penyebarnya adalah Muslim didikan Amerika. Mereka menyebarkan paham sekulerisme, pluralisme, dan liberalisme di tengah-tengah umat. Mereka yang menentang ide tersebut dicap sebagai fundamentalis atau radikal. Tak cukup itu, sebagian langsung dituduh sebagai teroris.

Pasti Berdiri

Khilafah adalah janji Allah. Halangan dan rintangan sebesar apapun, jika itu adalah kehendak Allah maka tidak ada satu pun makhluk yang bisa menggagalkannya.

Namun bukan berarti kemudian kaum Muslim diam dan tidak berbuat apa-apa. Berbagai antisipasi harus dilakukan dalam berbagai kondisi.

Yang pasti, Amerika dan Barat pasti tidak senang dengan lahirnya kembali khilafah. Bagaimana pun khilafah adalah musuh abadi mereka. Pengalaman sejarah tidak akan pernah mereka lupakan. Maka dari itu mereka pasti akan menghancurkan khilafah secepatnya.

Dalam kondisi seperti ini, berbagai strategi dan manuver politik harus disiapkan oleh khilafah. Sejak khilafah belum berdiri pun, strategi dan manuver ini harus tergambar dengan jelas. Jika tidak, khilafah akan gagap menghadapi kondisi tersebut.

Secara internal kaum Muslim harus disiapkan di segala bidang untuk menjadi sumber daya yang berguna bagi penerapan syariah Islam secara kaffah, sekaligus sebagai penjaga sistem Islam. Secara eksternal, perang harus dihadapi dengan kekuatan yang disiapkan. Bahkan sampai adanya embargo dari musuh Islam harus diantisipasi.

Sudahkah semua itu tergambar? []

Posting Komentar untuk "Yahudi dan Salibis Kristen Jegal Tegaknya Khilafah"