Mbah Parjo: Saya Menyesal Tidak Berangkat Lebih Pagi

mbah ParjoSemarang. Konferensi Islam dan Peradaban (KIP) Semarang ''Indonesia Milik Allah, Saatnya Khilafah Menggantikan Demokrasi dan Sistem Ekonomi Liberal,'' Pergelaran Konferensi Islam dan Peradaban Semarang lalu begitu banyak memberikan sebuah pelajaran bagi kita semua. Mulai dari kegiatan persiapan acara yang membangun rasa kebersamaan dalam perjuangan dakwah, lalu rangkaian acara yang menyadarkan kita akan kebusukan demokrasi dan sistem ekonomi liberal dan juga evaluasi kegiatan acara yang menjadi pembelajaran atas kekurangan yang harus kita perbaiki untuk selanjutnya menjadi lebih baik.

Terlepas dari semua itu, ada sebuah kejadian yang cukup memberikan pelajaran berharga bagi kami panitia dan juga bagi keseluruhan peserta yang hadir pada saat itu. Saat itu ada seorang kakek berkata pada kami, “saya menyesal datang kesiangan pada acara ini, sehingga saya tidak bisa menempati kursi di depan untuk menyimak acara.” Kata-kata itu membuat kami kagum kepada beliau sekaligus menjadikan kami sadar jika perjuangan kami seakan tidak sebanding dengan niat beliau yang luar biasa untuk menghadiri acara dan berupaya duduk di barisan depan dengan kondisi tubuh yang sudah tidak muda lagi.

Kakek tersebut bernama Mbah Parjo, seorang aktivis perjuangan Islam sejak jaman pra kemerdekaan sampai era reformasi. Beliau juga merupakan ketua serikat buruh Semarang pada tahun 60-an, yang secara aktif membela hak-hak kaum buruh jika ada sesuatu hal yang telah melanggar kebijakan antara buruh dan perusahaan saat itu. Beliau bercerita jika pada masa mudanya dulu beliau juga aktif bersama rekan-rekannya untuk menentang PKI, suatu gerakan yang dianggap beliau bertentangan dengan akidahnya yaitu Islam.

Mbah Parjo datang ke Konferensi Islam dan Peradaban Semarang dengan penuh rasa syukur dan mengharap ridho Allah SWT. Mbah Parjo merasa sangat bersyukur di masa tuanya yang berusia sekitar 83 tahun ini bisa menyaksikan perkembangan umat Islam yang lebih baik. Sejak dahulu beliau bercita-cita agar syariah Islam bisa diterapkan, namun karena ada kondisi tertentu yang akhirnya mengakibatkan syariah Islam ini tak kunjung bisa diterapkan. Beliau berkata bahwa demokrasi adalah penyebab kenapa syariah Islam tidak bisa diterapkan. Dalam demokrasi semua orang bebas melakukan apa saja sekehendak mereka, tanpa berfikir lagi apakah tindakannya itu melanggar syariah Islam atau tidak.

Pertemuan dengan HTI dan melihat perjuangan para syabab menurut beliau sebagai sebuah titik terang akan perjuangan penerapan syariah. Menurut beliau kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan HTI itu sangat mencerdaskan dan mencerahkan pemikiran rakyat agar kita kembali taat kepada aturan Allah. Di akhir kata, beliau juga menyerukan bahwasannya Indonesia Milik Allah dan tidak hanya Indonesia, seluruh dunia juga milik Allah. Jadi sudah seharusnya kita terapkan hukum Allah dan tinggalkan hukum buatan manusia.[] MI Semarang


KIP Semarang4
[www.bringislam.web.id]

Posting Komentar untuk "Mbah Parjo: Saya Menyesal Tidak Berangkat Lebih Pagi"