Jurnal: Peran Surat Kabar Bandera Islam dalam Perjuangan Khilafah 1924-1927
![]() |
Umat
Islam di Indonesia telah tertarik pada perjuangan khilafah sejak Perang Dunia I
berakhir. Pada saat itu Turki Usmani yang oleh mereka dipandang sebagai
perwujudan Khilafah Islamiyah sedang mengalami kegoncangan. Negara yang pada
masa sebelumnya pernah ditakuti dunia Barat ini menjadi pihak yang kalah dalam
Perang Dunia I dengan keadaan yang lemah, miskin, dan ekonomi yang nyaris
bangkrut ditambah banyaknya wilayah kekuasaannya yang lepas. Dalam situasi
pemerintahan yang lemah dan kacau ini, muncul Mustafa Kemala Pasha dari
golongan nasionalis dalam panggung politik Turki yang mengubah struktur
pemerintahan dari sisitem khilafah menjadi republik (Erik J. Zurcher, 2003:
215-216). Meskipun begitu
jabatan khalifah tetap dipertahankan dengan tanpa kekuasaan duniawi. Namun pada
perkembangannya, khalifah saat itu, Abdul Majid, memilki pengaruh yang kuat sehingga muncul dua
kekuasaan dalam satu negara. Oleh sebab itu, pada 3 Maret 1924, melalui Majlis
Nasional Turki, Mustafa secara menyeluruh menghapuskan Kekhilafahan Turki
Usmani (Ahmad Syukri, 2007: 73-74).
Perkembangan ini menimbulkan
kebingungan pada dunia Islam yang mulai berfikir tentang pembentukan sebuah
khilafah yang baru. Saat itu umat Islam di Indonesia tidak hanya berminat pada
masalah ini bahkan merasa berkewajiban memperbincangkan dan mencari
penyelesaiannya (Deliar Noer, 1996: 242). Kenyataan ini tidak terlepas dari
pengaruh Pan-Islamisme di Indonesia. Menurut Aqib Suminto, ada hubungan yang
erat antara Pan-Islamisme dan jabatan khalifah. Pan-Islamisme adalah paham yang
memiliki tujuan untuk menyatukan seluruh umat Islam di bawah satu kekuasaan
politik dan agama yang dikepalai oleh seorang khalifah. Oleh sebab itu maka
saat jabatan khalifah ini dihapuskan, ada banyak umat Islam yang merespon dan
memperjuangkannya agar tegak kembali (Aqib Suminto, 1996: 80-83).
Sarekat
Islam adalah salah satu kelompok umat Islam Indonesia yang terlibat dalam
perjuangan khilafah. Mereka memiliki peran yang paling dominan dibandingkan
dengan yang lain. Organisasi yang menjadi inspirator Kongres Al-Islam (sebuah
kongres yang mempertemukan wakil-wakil kelompok Islam di Indonesia) ini tampil
sebagai pelopor perjuangan khilafah di Indonesia (Martin van Bruinessen, 1995).
Sikap mereka tersebut sejalan dengan menguatnya loyalitas mereka terhadap
Pan-Islamisme. Saat itu mereka mengklaim diri sebagai pejuang Pan-Islamisme di
Indonesia (Bandera Islam, 1924).
Antusiasme
mereka untuk perjuangan khilafah dideklarasikan dalam Kongres Nasional Sarekat
Islam ke-11 pada Agustus 1924. Kongres ini juga menyepakati akan menerbitkan
sebuah surat kabar baru yang diberi nama Bandera
Islam. Saat itu usaha penerbitan surat kabar merupakan cara yang biasa
dilakukan oleh organisasi-organisasi pergerakan untuk menyuarakan azas, tujuan,
dan program aksi mereka. Surat
kabar berbahasa melayu ini diterbitkan oleh Sarekat Islam untuk menyebarkan
ilmu-ilmu keislaman dan pandangan-pandangan politik mereka. Bandera Islam
terbit selama tiga tahun sejak 1924 hingga 1927. Periode terbitnya ini
berbarengan dengan periode Sarekat Islam memperjuangkan khilafah. Oleh karena
itu ditemukan ada banyak tulisan mengenai perjuangan khilafah dalam terbitan Bandera Islam.
Link download
Posting Komentar untuk "Jurnal: Peran Surat Kabar Bandera Islam dalam Perjuangan Khilafah 1924-1927"