Pengecut dan Licik, Sifat Bangsa Monyet Israel

Pengecut dan Licik, Sifat Bangsa Monyet Israel
Ikhwana fillaah....

Saya yakin bacaan Al Quran kita sdh melewati Surat Albaqoroh... yg mana banyak Allah menjelaskan kepengecutan dan kelicikan bangsa Bani Israil dan keturunannya, hingga saat ini.

Bukan saja Allah swt menerangkan pd surat Al Baqoroh itu saja akan tetapi banyak sekali pd surat2 lain semisal Surat Al Maidah, Surat Al Isra, Surat Thaha dan banyak lagi secara detil dan rinci.

Mengapa kok bangsa ini saja yg diberitakan banyak, bahkan memenuhi isi Al Quran dalam kisah2 ? Hanya Allahlah yg tahu jawabannya walau kita bisa saja mengira-ngira mengapa bangsa yg pernah dijadikan monyet dan babi ini lebih banyak Allah suguhkan info nya untuk kita. Berbeda dg bangsa Quraisy yg suratnyapun singkat Surat Quraisy yg cuma 4 ayat, jauh lebih banyak ttg Bani Israil didalam Surat Al Isra hingga 111 ayat (walau tdk semua isinya kisah2 itu).

Di antara sifat Bani Israel yang kesohor adalah sifat pengecut. Sifat ini sangat kentara dalam setiap perilaku mereka. Sifat ini telah mengakar di dalam struktur kejiwaan mereka. Penyebabnya adalah kecintaan mereka yang sangat terhadap gemerlap dunia dan keengganan mereka untuk mati. Hal ini telah dijelaskan al-Quran. "Dan sungguh kamu akan menemukan mereka sebagai manusia yang paling rakus kepada kehidupan (di dunia), bahkan (lebih rakus lagi) dari orang-orang musyrik. Masing-masing mereka ingin agar diberi umur seribu tahun, padahal umur panjang itu sekali-kali tidak akan menjauhkan-nya dari siksa. Allah Maha Mengetahui apa yang mereka kerjakan." (QS. Al-Baqarah: 96) Sebagaimana yang digambarkan ayat tersebut, ambisi terbesar Yahudi adalah hidup di dunia ini selama mungkin. Ketergantungan seseorang dengan kehidupan duniawi dan kecintaannya untuk tetap hidup, akan melahirkan sifat pengecut dan hina. Karena manusia, ketika lebih mencintai kehidupannya, ia tidak akan berani mempertahankan kehormatannya. Ia akan lebih mengedepankan kehinaan dari pada kematian. Demi kelangsungan hidupnya, ia rela dicemooh orang. Sejak dahulu, orang-orang Yahudi terkenal dengan sifat ini. Mereka tidak berani berhadapan dengan musuh-musuh mereka di medan pertempuran. Mereka cenderung berlindung di benteng-benteng mereka. Ini adalah cara berperang mereka yang diceritakan al-Quran, "Mereka tiada akan memerangi kalian dalam keadaan bersatu padu, kecuali dalam kampung-kampung yang berbenteng atau di balik tembok." (QS. Al-Hasyr: 14) Hakikat ini juga dipertegas dengan fakta-fakta sejarah seputar peperangan mereka dengan kaum mukminin. Mereka tidak berperang kecuali dengan berlindung di balik koloni-koloni mereka yang berbenteng di Palestina. Jika terdesak, mereka akan lari tunggang-langgang seperti tikus.

Al-Quran menceritakan kisah mereka bersama Musa a.s., dengan kekerdilan jiwa dan sifat pengecut mereka, ketika mereka diperintahkan untuk memasuki Tanah Suci. Mereka menolak untuk memasukinya, meskipun Musa a.s. langsung memimpin mereka. Mereka menampakkan rasa takut mereka terhadap kematian dan cinta dunia. Mereka tetap menolak untuk memasuki Tanah Suci. Mereka lebih memilih untuk kembali murtad. "Dan (ingatlah), ketika Musa berkata kepada kaumnya, 'Hai kaumku, ingatlah nikmat Allah atas kalian ketika Dia mengangkat nabi-nabi di antara kalian dan dijadikan-Nya kalian orang-orang merdeka, dan diberikan-Nya kepada kalian apa yang belum pernah diberikan-Nya kepada seorangpun di antara umat-umat yang lain. Hai kaumku, masuklah ke Tanah Suci (Palestina) yang telah ditentukan Allah bagi kalian, dan janganlah kalian lari ke belakang (karena takut kepada musuh), maka kalian menjadi orang-orang yang merugi'." (QS. Al-Ma'idah: 20-21) Dari ucapan Musa a.s. di atas, kita dapat mera­sakan bahwa Musa a.s. khawatir mereka akan melupakan nilai-nilai dan ajaran-ajaran Tuhan yang akan mengantarkan mereka menuju tanah perdamaian dan pantai keselamatan. Kita menemukan kekhawatiran Musa a.s. ini melalui peringatan beliau kepada mereka agar ingat akan nikmat-nikmat yang telah Allah berikan kepada mereka. Di antaranya, nikmat banyaknya nabi dari kalangan mereka yang mengentaskan mereka dari kesesatan dan melapangkan jalan, nikmat bebas dari perbudakan yang menghinakan derajat mereka, dan nikmat-nikmat lain yang tidak diberikan kepada bangsa lain di zaman mereka. Dan Musa a.s. yakin kekhawatirannya akan terjadi, dengan kondisi jiwa mereka yang rusak dan kecintaan mereka terhadap harta.

Jiwa Bani Israel adalah jiwa yang hina. Rasa takut, lari dari tanggung jawab dan ingkar janji selalu menghiasi perilaku mereka. Karena itu, dengan ungkapan yang tidak sopan, mereka berkata kepada Musa a.s., "Hai Musa, sesungguhnya dalam negeri itu ada orang-orang yang gagah perkasa, sesungguhnya kami tidak akqn masuk ke dalamnya sebelum mereka keluar. Jika mereka keluar, pasti kami akan masuk." (QS. Al-Ma'idah: 22)

Bani Israel tetap menolak untuk masuk ke Tanah Suci. Al-Quran mengungkapkannya dengan menggunakan kata "lan" (tidak akan) (QS. Al-Ma'idah: 22) Huruf tersebut digunakan untuk negasi masa depan. Artinya, mereka tidak akan pernah masuk Tanah Suci, sampai orang-orang itu keluar meninggalkan Tanah Suci. Tidak seorang Yahudi pun yang berani melawan mereka, kecuali beberapa gelintir dari mereka yang diberi nikmat kesalehan, keimanan dan tawakal. Mereka ini mengingatkan orang-orang Yahudi akan kemenangan dan kemuliaan yang dijanjikan Tuhan, yang dapat diraih hanya dengan masuk ke dalam gerbang Tanah Suci. Akan tetapi orang-orang Yahudi tidak mau mendengar peringatan mereka. Mereka tetap menolak berjihad. "Berkatalah dua orang di antara orang-orang yang takut (kepada Allah) yang Allah telah memberi nikmat atas keduanya, 'Serbulah mereka melalui pintu gerbang (kota) itu. Bila kalian masuk ke dalamnya, niscaya kalian akan menang. Dan hanya kepada Allah hendaknya kalian bertawakal, jika kalian benar-benar orang yang beriman'."(QS. Al-Ma'idah: 23)

"Prinsip dalam ilmu kejiwaan dan ilmu peperangan adalah: bulatkan keberanian kalian, dan serbu! Ketika kalian sudah masuk ke tengah-tengah kota, mereka akan tersentak kaget dan merasa ciut. Dengan demikian, kalian akan mendapat kemenangan:" 1O8)

Demikianlah, sikap orang-orang Yahudi yang pengecut dan cinta dunia, ketika mereka dihadapkan pada tanggung jawab. Mereka melukai hati Musa a.s. dan Harun a.s. dengan kata-kata tidak sopan. "Mereka berkata, 'Hai Musa, kami tidak akan masuk ke dalamnya selama-lamanya, selama mereka ada di dalamnya. Karena itu, pergilah kamu bersama Tuhanmu dan berperanglah kamu berdua. Sesungguhnya kami hanya duduk menanti di sini saja'." (QS. Al-Ma'idah: 24) Begitulah orangorang Yahudi mengungkapkan kelemahan mereka. Mereka memilih untuk tidak bertuhan, jika mereka dibebani tugas berperang. "Kami hanya duduk menanti di sini saja." (QS. AlMa'idah: 24). Kami tidak mau kerajaan, kemuliaan, ataupun tanah yang dijanjikan, selama syarat pencapainnya adalah berhadapan dengan bangsa barbar tersebut.
[www.bringislam.web.id]

Posting Komentar untuk "Pengecut dan Licik, Sifat Bangsa Monyet Israel"