Meluruskan Celoteh Tokoh Partai yang Menjerumuskan Umat Soal Coblos Partainya, Husnul Khatimah

Meluruskan Celoteh Tokoh Partai yang Menjerumuskan Umat Soal Coblos Partainya, Husnul Khatimah

Bismillah..

-Kyai Bisa Mengatur-atur Allah?-

Dimulai dulu dengan pengertian Syafa’at,Ibnul-Atsiir rahimahullah berkata :

السؤال في التجاوز عن الذنوب والجرائم

“(Syafa’at) adalah permintaan untuk memaafkan dosa-dosa dan kejahatan” [An-Nihaayah, hal. 484].

As-Safaariniy rahimahullah berkata :

سؤال الخير للغير

“Permintaan kebaikan untuk orang lain” [Lawaami’ul-Anwar Al-Bahiyyah, 2/204].

Lalu Ibnu Atsir rahimahullah menjelaskan objek dan subjeknua sebagai berikut:

يقال : شَفَعَ يَشْفَعُ شَفَاعَةً، فهو شَافِع وَشَفِيعٌ، وَالْمُشَفَّعُ : الذي يَقْبل الشّفاعة، والْمُشَفَّع الذي تُقْبَل شفاعتُه

“Dikatakan : syafa’a, yasyfa’u, syafaa’atan, fahuwa syaafi’ wa syafii’. Dan al-musyaffa’ adalah orang yang menerima permohonan syafa’at. Adapun al-musyaffa’ adalah orang yang diterima syafa’atnya” [An-Nihaayah fii Ghariibil-Hadiits, hal. 485, tahqiq : ‘Aliy Al-Halabiy; Daar Ibnil-Jauziy].

Tidak berlaku syafa’at SIAPAPUN KALAU ALLAH TIDAK MENGIZINKAN.

Firman Allah Ta’ala :

مَنْ ذَا الَّذِي يَشْفَعُ عِنْدَهُ إِلا بِإِذْنِهِ

“Tiada yang dapat memberi syafaat di sisi Allah tanpa izin-Nya” [QS. Al-Baqarah : 255].

يَوْمَئِذٍ لا تَنْفَعُ الشَّفَاعَةُ إِلا مَنْ أَذِنَ لَهُ الرَّحْمَنُ وَرَضِيَ لَهُ قَوْلا

“Pada hari itu tidak berguna syafaat, kecuali (syafaat) orang yang Allah Maha Pemurah telah memberi izin kepadanya, dan Dia telah meridai perkataannya” [QS. Thaha : 109].

وَلا يَشْفَعُونَ إِلا لِمَنِ ارْتَضَى

“Dan mereka tiada memberi syafaat melainkan kepada orang yang diridai Allah” [QS. Al-Anbiyaa’ : 28].

LAGIPULA ORANG-ORANG DHALIM TIDAK DIBERI SYAFA’AT LAGI MEMBERI

Firman Allah Ta’ala :

مَا لِلظَّالِمِينَ مِنْ حَمِيمٍ وَلا شَفِيعٍ يُطَاعُ

“Orang-orang yang dhalim tidak mempunyai teman setia seorang pun dan tidak (pula) mempunyai seorang pemberi syafaat yang diterima syafaatnya” [QS. Al-Mukmin : 18].

Sungguh aneh ya Kyai yang membela dan mengharuskan hukum DEMOCRAZY dengan menggiring mencoblos Partai Hijau dan berfatwa walau “Jarang Shalat di do’akan Husnul Khatimah” bisa diberi Syafa’at?

Padahal Allah Ta’ala berfirman :

وَمَنْ لَمْ يَحْكُمْ بِمَا أَنْزَلَ اللَّهُ فَأُولَئِكَ هُمُ الْكَافِرُونَ

“Barang siapa yang tidak memutuskan menurut apa yang diturunkan Allah, maka mereka itu adalah orang-orang yang kafir” [QS. Al-Maaidah : 44].

وَمَنْ لَمْ يَحْكُمْ بِمَا أَنْزَلَ اللَّهُ فَأُولَئِكَ هُمُ الظَّالِمُونَ

“Barang siapa yang tidak memutuskan menurut apa yang diturunkan Allah, maka mereka itu adalah orang-orang yang dhalim” [QS. Al-Maaidah : 45].

وَمَنْ لَمْ يَحْكُمْ بِمَا أَنْزَلَ اللَّهُ فَأُولَئِكَ هُمُ الْفَاسِقُونَ

“Barangsiapa tidak memutuskan perkara menurut apa yang diturunkan Allah, maka mereka itu adalah orang-orang yang fasik” [QS. Al-Maaidah : 47].

Ibnu Katsiir rahimahullah berkata :

وقال علي بن أبي طلحة، عن ابن عباس، قوله: { وَمَنْ لَمْ يَحْكُمْ بِمَا أَنزلَ اللَّهُ فَأُولَئِكَ هُمُ الْكَافِرُونَ } قال: من جحد ما أنزل الله فقد كفر. ومن أقر به ولم يحكم فهو ظالم فاسق. رواه ابن جرير.

“Telah berkata ‘Aliy bin Abi Thalhah, dari Ibnu ‘Abbas mengenai firman-Nya : Barangsiapa yang tidak memutuskan menurut apa yang diturunkan Allah, maka mereka itu adalah orang-orang yang kafir ; ia berkata : Barangsiapa yang mengingkari apa yang telah diturunkan Allah, berarti ia benar-benar kafir. Dan barangsiapa yang mengakuinya, namun tidak menjalankannya, maka adalah orang yang dhalim lagi fasiq” [Tafsir Ibnu Katsir, 3/119].

Darimana datang dalilnya coblos Partai Hijau dapat Syafa’at masuk surga dan Khusnul Khotimah?

Karena pada dasarnya DEMOCRAZY ADALAH PAHAM PERUSAK TAUHID,

Orang yang makin ikhlas dalam bertauhid dan memperbanyak shalat nya lha yang berhak mendapat syafa’at sebagaimana disebutkan dalam hadits-hadits berikut

حَدَّثَنَا عَبْدُ الْعَزِيزِ بْنُ عَبْدِ اللَّهِ، قَالَ: حَدَّثَنِي سُلَيْمَانُ، عَنْ عَمْرِو بْنِ أَبِي عَمْرٍو، عَنْ سَعِيدِ بْنِ أَبِي سَعِيدٍ الْمَقْبُرِيِّ، عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ، أَنَّهُ قَالَ: قِيلَ يَا رَسُولَ اللَّهِ، مَنْ أَسْعَدُ النَّاسِ بِشَفَاعَتِكَ يَوْمَ الْقِيَامَةِ، قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: ” لَقَدْ ظَنَنْتُ يَا أَبَا هُرَيْرَةَ، أَنْ لَا يَسْأَلَنِي عَنْ هَذَا الْحَدِيثِ أَحَدٌ أَوَّلُ مِنْكَ لِمَا رَأَيْتُ مِنْ حِرْصِكَ عَلَى الْحَدِيثِ، أَسْعَدُ النَّاسِ بِشَفَاعَتِي يَوْمَ الْقِيَامَةِ، مَنْ قَالَ لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ خَالِصًا مِنْ قَلْبِهِ أَوْ نَفْسِهِ “

Telah menceritakan kepada kami ‘Abdul-‘Aziiz bin ‘Abdillah, ia berkata : Telah menceritakan kepadaku Sulaimaan, dari ‘Amru bin Abi ‘Amru, dari Sa’iid bin Abi Sa’iid Al-Maqburiy, dari Abu Hurairah, bahwasannya ia berkata : Pernah dikatakan : Wahai Rasulullah, siapakah orang yang paling bahagia dengan syafa’atmu kelak di hari kiamat ?”. Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam bersabda : “Sungguh aku menyangka wahai Abu Hurairah bahwa tidak ada orang yang bertanya kepadaku lebih awal daripada engkau, ketika aku melihat semangatmu dalam mencari hadits. Orang yang paling bahagia dengan syafa’atku kelak di hari kiamat adalah orang yang mengucapkan Laa ilaha illallaah (tidak ada tuhan yang berhak disembah melainkan Allah) secara IKHLASH DARI HATINYA ATAU DARI DIRINYA” [Diriwayatkan oleh Al-Bukhaariy no. 99].

حَدَّثَنَا سُفْيَانُ بْنُ عُيَيْنَةَ، عَنْ عَمْرٍو يَعْنِي ابْنَ دِينَارٍ، قَالَ: سَمِعْتُ جَابِرَ بْنَ عَبْدِ اللَّهِ، يَقُولُ: أَنَا مَنْ شَهِدَ مُعَاذًا حِينَ حَضَرَتْهُ الْوَفَاةُ، يَقُولُ: اكْشِفُوا عَنِّي سَجْفَ الْقُبَّةِ أُحَدِّثُكُمْ حَدِيثًا سَمِعْتُهُ مِنْ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَقَالَ مَرَّةً: أُخْبِرُكُمْ بِشَيْءٍ سَمِعْتُهُ مِنْ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، لَمْ يَمْنَعْنِي أَنْ أُحَدِّثَكُمُوهُ إِلَّا أَنْ تَتَّكِلُوا، سَمِعْتُهُ يَقُولُ: ” مَنْ شَهِدَ أَنْ لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ مُخْلِصًا مِنْ قَلْبِهِ، أَوْ يَقِينًا مِنْ قَلْبِهِ، لَمْ يَدْخُلْ النَّارَ أَوْ دَخَلَ الْجَنَّةَ “، وَقَالَ مَرَّةً: ” دَخَلَ الْجَنَّةَ وَلَمْ تَمَسَّهُ النَّارُ “

Telah menceritakan kepada kami Sufyaan bin ‘Uyainah, dari ‘Amru bin Diinaar, ia berkata : Aku mendengar Jaabir bin ‘Abdillah berkata : Aku adalah orang yang menyaksikan Mu’aadz saat menjelang kematiannya. Ia berkata : “Bukalah tabir rumah untukku, lalu akan aku ceritakan sebuah hadits pada kalian yang pernah aku dengar dari Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam”. Kali lain ia berkata : “Akan aku khabarkan kepada kalian sesuatu yang pernah aku dengar dari Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam. Tidak ada yang menghalangiku untuk menceritakan hadits tersebut kepada kalian selain karena khawatir kalian mengandalkannya. Aku pernah mendengar beliau shallallaahu ‘alaihi wa sallam bersabda : ‘Barangsiapa bersaksi bahwa tidak ada tuhan yang berhak disembah selain Allah dengan IKHLASH dari hatinya – atau – dengan YAKIN dari hatinya, maka ia tidak akan masuk neraka, atau ia akan masuk surga’. Kali lain ia berkata : ‘Masuk surga dan tidak akan disentuh oleh api neraka” [Diriwayatkan oleh Ahmad, 5/236; shahih. Dishahihkan oleh Al-Arna’uth dkk. dalam takhrij-nya atas Musnad Al-Imaam Ahmad, 36/381-382].

Begitu juga dengan shalat

حَدَّثَنَا عَفَّانُ، حَدَّثَنَا خَالِدٌ يَعْنِي الْوَاسِطِيَّ، قَالَ: حَدَّثَنَا عَمْرُو بْنُ يَحْيَى الْأَنْصَارِيُّ، عَنْ زِيَادِ بْنِ أَبِي زِيَادٍ مَوْلَى بَنِي مَخْزُومٍ، عَنْ خَادِمٍ لِلنَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ رَجُلٍ أَوْ امْرَأَةٍ، قَالَ: كَانَ النَّبِيُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مِمَّا يَقُولُ لِلْخَادِمِ: ” أَلَكَ حَاجَةٌ؟ “، قَالَ: حَتَّى كَانَ ذَاتَ يَوْمٍ، فَقَالَ: يَا رَسُولَ اللَّهِ، حَاجَتِي، قَالَ: ” وَمَا حَاجَتُكَ؟ “، قَالَ: حَاجَتِي أَنْ تَشْفَعَ لِي يَوْمَ الْقِيَامَةِ، قَالَ: ” وَمَنْ دَلَّكَ عَلَى هَذَا؟ “، قَالَ: رَبِّي، قَالَ: ” إِمَّا لَا فَأَعِنِّي بِكَثْرَةِ السُّجُودِ “

Telah menceritakan kepada kami ‘Affaan : Telah menceritakan kepada kami Khaalid Al-Waasithiy, ia berkata : Telah menceritakan kepada kami ‘Amru bin Yahyaa Al-Anshaariy, dari Ziyaad bin Abi Ziyaad maulaa Bani Makhzuum, dari pembantu Nabi shallallaahu ‘alaihi wa sallam, seorang laki-laki atau perempuan, ia berkata : Dan termasuk di antara yang dikatakan Nabi shallallaahu ‘alaihi wa sallam kepada pembantu tersebut adalah : “Apakah engkau mempunyai keperluan ?”. Perawi berkata : Hingga pada satu hari ia berkata : “Wahai Rasulullah, aku mempunyai keperluan”. Beliau shallallaahu ‘alaihi wa sallam bersabda : “Apakah keperluanmu ?”. Ia berkata : “Keperluanku adalah agar engkau memberikan syafa’at kepadaku kelak di hari kiamat”. Beliau shallallaahu ‘alaihi wa sallam bersabda : “Siapakah yang memberimu petunjuk ?”. Ia berkata : “Rabbku”. Beliau shallallaahu ‘alaihi wa sallam bersabda : “Kalau begitu, tolonglah aku dengan memperbanyak SUJUD (SHALAT)” [Diriwayatkan oleh Ahmad, 3/500; sanadnya shahih. Dishahihkan sanadnya oleh Al-Arna’uth dkk. dalam takhrij-nya atas Musnad Al-Imaam Ahmad, 25/479].

حَدَّثَنَا الْحَكَمُ بْنُ مُوسَى أَبُو صَالِحٍ، حَدَّثَنَا هِقْلُ بْنُ زِيَادٍ، قَالَ: سَمِعْتُ الأَوْزَاعِيَّ، قَالَ: حَدَّثَنِي يَحْيَى بْنُ أَبِي كَثِيرٍ، حَدَّثَنِي أَبُو سَلَمَةَ، حَدَّثَنِي رَبِيعَةُ بْنُ كَعْبٍ الأَسْلَمِيُّ، قَالَ: كُنْتُ أَبِيتُ مَعَ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَأَتَيْتُهُ بِوَضُوئِهِ وَحَاجَتِهِ، فَقَالَ لِي: سَلْ، فَقُلْتُ: أَسْأَلُكَ مُرَافَقَتَكَ فِي الْجَنَّةِ؟ قَالَ: أَوْ غَيْرَ ذَلِكَ، قُلْتُ: هُوَ ذَاكَ، قَالَ: فَأَعِنِّي عَلَى نَفْسِكَ، بِكَثْرَةِ السُّجُودِ “

Telah menceritakan kepada kami Al-Hakam bin Muusaa Abu Shaalih : Telah menceritakan kepada kami Hiql bin Ziyaad, ia berkata : Aku mendengar Al-Auzaa’iy berkata : Telah menceritakan kepadaku Yahyaa bin Abi Katsiir : Telah menceritakan kepadaku Abu Salamah : Telah menceritakan kepadaku Rabii’ah bin Ka’b Al-Aslamiy, ia berkata : Aku pernah bermalam bersama Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam. Aku membawakan kepada beliau air wudlu dan keperluan beliau. Lalu beliau shallallaahu ‘alaihi wa sallam bersabda kepadaku : “Mintalah sesuatu”. Aku berkata : “Aku meminta agar dapat menemanimu di surga”. Beliau shallallaahu ‘alaihi wa sallam bersabda : “Ataukah masih ada yang lainnya ?”. Aku menjawab : “Itu saja”. Beliau shallallaahu ‘alaihi wa sallam bersabda : “Tolonglah aku agar engkau memperbanyak SUJUD (SHALAT)” [Diriwayatkan oleh Muslim no. 489].

Ya kasihan saja ya Muqollid – Muqollid ini mau saja di bohongi dengan obralan syurga karena milih partai ,padahal hakikatnya tidak dikatakan beriman dan bertakwa jika seseorang mendahului Allah dan Rasul-Nya

Firman Allah Ta’ala :

فَلا وَرَبِّكَ لا يُؤْمِنُونَ حَتَّى يُحَكِّمُوكَ فِيمَا شَجَرَ بَيْنَهُمْ ثُمَّ لا يَجِدُوا فِي أَنْفُسِهِمْ حَرَجًا مِمَّا قَضَيْتَ وَيُسَلِّمُوا تَسْلِيمًا

“Maka demi Tuhanmu, mereka (pada hakekatnya) tidak beriman hingga mereka menjadikan kamu hakim dalam perkara yang mereka perselisihkan, kemudian mereka tidak merasa keberatan dalam hati mereka terhadap putusan yang kamu berikan, dan mereka menerima dengan sepenuhnya” [QS. An-Nisaa’ : 65].

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا لا تُقَدِّمُوا بَيْنَ يَدَيِ اللَّهِ وَرَسُولِهِ وَاتَّقُوا اللَّهَ إِنَّ اللَّهَ سَمِيعٌ عَلِيمٌ

“Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mendahului Allah dan Rasul-Nya dan bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui” [QS. Al-Hujuraat : 1].

حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ يَحْيَى، ثنا عَبْدُ اللَّهِ بْنُ صَالِحٍ، حَدَّثَنِي مُعَاوِيَةُ بْنُ صَالِحٍ، حَدَّثَنِي عَلِيُّ بْنُ أَبِي طَلْحَةَ، عَنِ ابْنِ عَبَّاسٍ قَوْلُهُ: لا تُقَدِّمُوا بَيْنَ يَدَيِ اللَّهِ وَرَسُولِهِ قَالَ: لا تَقُولُوا خِلافَ الْكِتَابِ وَالسُّنَّةِ “

Telah menceritakan kepada kami Muhammad bin Yahyaa : Telah menceritakan kepada kami ‘Abdullah bin Shaalih : Telah menceritakan kepadaku Mu’aawiyyah bin Shaalih : Telah menceritakan kepadaku ‘Aliy bin Abi Thalhah, dari Ibnu ‘Abbaas tentang firman-Nya : ‘janganlah kamu mendahului Allah dan Rasul-Nya’ (QS. Al-Hujuraat : 1), ia berkata : “Jangan mengatakan sesuatu yang menyelisihi Al-Qur’an dan As-Sunnah” [Diriwayatkan oleh Al-Marwadziy dalam Ta’dhiimu Qadrish-Shalaah, hal. 661 no. 715].

حَدَّثَنِي يُونُسُ، قَالَ: أَخْبَرَنَا ابْنُ وَهْبٍ، قَالَ: قَالَ ابْنُ زَيْدٍ فِي قَوْلِ اللَّهِ ﷻ: يَأَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا لا تُقَدِّمُوا بَيْنَ يَدَيِ اللَّهِ وَرَسُولِهِ قَالَ: لا تَقْطَعُوا الأَمْرَ دُونَ اللَّهِ وَرَسُولِهِ.

Telah menceritakan kepadaku Yuunus, ia berkata : Telah menceritakan kepada kami Ibnu Wahb, ia berkata : Telah berkata Ibnu Zaid (w. 153 H) tentang firman Allah ﷻ : ‘janganlah kamu mendahului Allah dan Rasul-Nya’ (QS. Al-Hujuraat : 1) : “Jangan memutuskan satu perkara tanpa (nash) Allah dan Rasul-Nya” [Diriwayatkan oleh Ath-Thabariy dalam Jaami’ul-Bayaan, 21/337; shahih].

Cukuplah Firman Allah Ta’ala ini sebagai pengingat bersama :

قُلْ إِنَّمَا حَرَّمَ رَبِّيَ الْفَوَاحِشَ مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَمَا بَطَنَ وَالإثْمَ وَالْبَغْيَ بِغَيْرِ الْحَقِّ وَأَنْ تُشْرِكُوا بِاللَّهِ مَا لَمْ يُنَزِّلْ بِهِ سُلْطَانًا وَأَنْ تَقُولُوا عَلَى اللَّهِ مَا لا تَعْلَمُونَ

“Katakanlah: “Tuhanku hanya mengharamkan perbuatan yang keji, baik yang nampak atau pun yang tersembunyi, dan perbuatan dosa, melanggar hak manusia tanpa alasan yang benar, (mengharamkan) mempersekutukan Allah dengan sesuatu yang Allah tidak menurunkan hujah untuk itu dan (mengharamkan) mengada-adakan terhadap Allah apa yang tidak kamu ketahui” [QS. Al-A’raaf : 33].

Ibnul-Qayyim rahimahullah berkata:

فرتب المحرمات أربع مراتب وبدأ بأسهلها وهو الفواحش ثم ثنى بما هو أشد تحريما منه وهو الإثم والظلم ثم ثلث بما هو أعظم تحريما منهما وهو الشرك به سبحانه ثم ربع بما هو أشد تحريما من ذلك كله وهو القول عليه بلا علم

“Allah ta’ala telah mengklasifikasikan perkara-perkara haram menjadi empat tingkatan. Allah memulainya dengan yang paling ringan, yaitu perbuatan-perbuatan keji (fawaahisy), kemudian Allah ta’ala menyebutkan yang lebih berat darinya, yaitu perbuatan dosa dan aniaya (kedhaliman). Kemudian Allah ta’ala menyebutkan yang ketiga yang lebih haram darinya, yaitu berbuat syirik kepada Allah subhaanahu wa ta’ala. Kemudian menyebutkan yang keempat yang lebih haram dari semuanya, yaitu berkata-kata tentang Allah tanpa ilmu” [I’laamul-Muwaqqi’iin, 1/38].

Allaahul Musta’an

Sumber : beritajatim.com

Via FB Koalisi Umat Islam

(nahimunkar.org)

(Dibaca 1 kali, 1 untuk hari ini)


Anda sedang membaca Meluruskan Celoteh Tokoh Partai yang Menjerumuskan Umat Soal Coblos Partainya, Husnul Khatimah
Lebih lengkap baca sumber http://bitly.com/2RJC0l1

Posting Komentar untuk "Meluruskan Celoteh Tokoh Partai yang Menjerumuskan Umat Soal Coblos Partainya, Husnul Khatimah"