77 Habits: More Then Just Highly Effective People


Oleh: Muhaimin Iqbal

LEBIH dari dua dasawarsa lalu Steven R. Covey meluncurkan bukunya yang berjudul The Seven Habits of Highly Effective People (Free Press, 1989). Buku ini amat sangat laris, di dunia terjual lebih dari 15 juta buku dan diterjemahkan ke dalam 23 bahasa. Karena prestasinya ini majalah Time memasukkan buku tersebut menjadi salah satu dari 25 buku manajemen paling berpengaruh di dunia. Lima belas tahun sejak buku tersebut penulisnya menyempurnakannya dengan The 8th Habits (Free Press , 2004).



Buku ini bukan hanya sebatas buku yang dibaca, bahkan pelatihan-pelatihan yang terkait dengan 7 habits (yang kemudian menjadi 8 habits) juga laris manis diikuti oleh berbagai kalangan di seluruh dunia. Buku dan pelatihan tersebut juga popular di negeri yang mayoritas penduduknya Muslim seperti Malaysia dan Indonesia.



Saya tidak mempermasalahkan buku tersebut maupun popularitasnya, saya hanya ingin menjadikannya sebagi pembanding bahwa ada kehausan di masyarakat dunia untuk meningkatkan kwalitas hidupnya. Kehausan semacam ini yang kemudian di respon oleh penulis seperti Steven R. Covey melalui buku-buku dan pelatihan-nya tersebut.



Bagi kita umat Islam sebenarnya kita tidak perlu jauh-jauh mencari untuk perbaikan diri tersebut. Contoh sempurnanya sudah ada, dan jabaran detilnya-pun sudah ditulis oleh para ulama salaf. Dengan mengikuti petunjuk-petunjuk dan contoh-contoh tersebut – insyaallah kita sudah akan menjadi generasi unggulan yang melebihi highly effective people yang dicoba untuk dihasilkan oleh Steven R. Covey tersebut.



Untuk standar generasi unggulan itu seperti apa misalnya, Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam memberi kita standarnya : “Sebaik-baik manusia adalah generasiku ( para sahabat ) kemudian generasi berikutnya (tabi’in) kemudian generasi berikutnya ( tabiu’t tabi’in ).” (Hadits Bukhari & Muslim).



Kemudian bagaimana menghasilkan generasi seperti ini ?, jawabannya juga sudah di formulasikan oleh ulama terdahulu seperti yang diungkapkan oleh Imam Malik Rahimahullah : “Setiap kebaikan adalah apa-apa yang mengikuti para pendahulu (salaf), dan setiap kejelekan adalah apa-apa yang diada-adakan orang kemudian (kholaf)" dan “Tidak akan baik akhir dari umat ini kecuali kembali berdasarkan perbaikan yang dilakukan oleh generasi pertama”.



Lantas karakter seperti apa yang dimiliki para generasi awal tersebut sehingga mereka unggul dibandingkan kita yang hidup di jaman ini ?. Yang jelas adalah karakter keimanannya. Maka apabila umat ini ingin mencapai keunggulan mendekati generasi-generasi awal tersebut, penguatan iman-lah jawabannya.



Untuk iman ini, Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam dalam Shahih Muslim dan Shahih Bukhari dengan narasi yang berbeda meng-indikasikan bahwa “Iman itu ada 70 lebih cabang dan malu adalah termasuk iman”. Ulama hadits dari generasi awal – Imam Al-baihaqi, kemudian menjabarkannya dalam 77 aplikasi iman.



Maka itulah salah satu sumber-sumber autentik yang sudah seharusnya menjadi pilihan dalam pembinaan diri generasi ini mulai dari anak-anak, remaja sampai kita orang tua. Bila kita dididik dengan kekuatan iman yang mendekati generasi terbaik di jaman Rasululah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam dan para sahabat beliau, maka insyaallah kwalitas generasi ini juga akan bisa mendekati kwalitas generasi awal tersebut.



7 habits (atau 8 habits) yang menghebohkan dunia tersebut diatas misalnya, itu hanya sebagian kecil dan dengan mudah dapat ditemukan kesetaraan maksudnya di antara 77 cabang iman yang diuraikan oleh Imam- Al-Baihaqi.



Habit 1 Proactive ; otomatis orang akan proaktif bekerja/beramal bila dia meninggalkan perbuatan yang sia-sia – yaitu salah satu cabang dari 77 Iman.



Habit 2 begin With End ; umat ini memiliki tujuan hidup yang jauh lebih mulia dan lebih panjang kedepan, tidak terbatas pada kehiduan dunia – tetapi sampai akhirat – iman pada hari akhir jawabannya.



Habit 3 First Thing First ; mementingkan yang utama, ini ada di banyak cabang iman antara lain termasuk meninggalkan perbuatan sia-sia di no 1.



Habit 4 Win-Win ; ini juga tercover di sejumlah cabang iman seperti menjaga lisan, menutupi aib orang lain, menjaga harta orang lain, amanah dlsb.



Habit 5 : Understanding then to be understood ; ini tercover di ahlak mulia dan beberapa cabang iman lainnya.



Habit 6 : Synergize ; ini tercover dalam tolong menolong dalam kebajikan dan takwa dlsb.



Habit 7 : Sharpen The Save ; dalam hidup kadang kita perlu mengisi ‘baterei’ – agar tidak jenuh, tidak suntug atau mentog. Inipun ada di sebagian cabang-cabang iman yang banyak dilantunkan di pesantren-pesantren jawa ‘Tombo Ati Iku Limo’…baca Al-Qur’an, sholat malam, puasa, bergaul dengan orang shaleh dan banyak mengingat Allah (berdzikir).



Bahkan ketika Steven R. Covey menyempurnakan dengan habit yang ke 8 from the effectiveness to greatness, untuk kita Allah sendiri yang menjanjikan derajat paling tinggi bila kita bener-bener beriman, artinya memahami, meyakini dan mengamalkan 77 cabang iman tersebut sehingga sampai menjadi kebiasaan kita – yang di barat disebut habits itu.



“Dan janganlah kamu (merasa) lemah, dan jangan (pula) bersedih hati, sebab kamu paling tinggi (derajatnya) jika kamu orang beriman.” (QS 3 : 139).



Jadi jangan mudah nggumun (kagetan) dengan sumber-sumber pemberdayaan diri yang berasal dari luar Islam, kita memiliki sumber yang jauh lebih sempurna dan agung – asal kita mau menggalinya, memahaminya, meyakininya dan mengamalkannya.



Memang harus kita akui bahwa karya-karya agung ulama kita dari generasi awal seperti karya Imam Al-Baihaqi tersebut diatas harus diterjemahkan ke bahasa yang mudah untuk dipahami umat jaman ini- sesuai dengan problema hidup dan perkembangan jaman dimana kita berada – agar mudah dipahami, diyakini, diamalkan dan dibiasakan pada diri kita dan bahkan juga diajarkan ke orang lain.



Saat ini team kami di Yayasan Al-Fatih Pilar Peradaban sedang mempersiapkan bahan-bahan untuk pembelajaran Iman tersebut untuk tiga tingkatan yaitu anak-anak, remaja dan dewasa. Target-nya bukan hanya untuk dipahami tetapi harus sampai bisa mendarah daging menjadi kebiasaan dan sampai membentuk karakter keimanan kita.



Insyaallah nanti umat bisa menghadiri majlis-majlis di masjid-masjid sampai workshop-workshop di perkantoran untuk proses pembelajaran dan internalisasi iman ini. Kalau orang rela membayar mahal untuk meng-upgrade diri atau perusahaan meng-upgrade karyawannya, mengapa tidak untuk yang lebih murah atau bahkan gratis untuk sesuatu yang dampaknya akan jauh lebih efektif.



Itulah program Quantum (leap) Iman yang insyaAllah bisa membawa lompatan besar pada kwalitas generasi ini dan sesudahnya. Lompatan kekuatan fisik kita siapkan dengan project Alfaafa , lompatan secara ke-Imanan kita siapkan dengan Quantum Iman.



Bila umat lain yang konon sudah cukup efektif dengan 7 atau 8 habit-nya; kita punya hampir sepuluh kalinya. Maka bukan kebetulan bila Allah juga menjanjikan kekuatan orang beriman itu sesungguhnya adalah 10 kali dari kekuatan orang yang tidak beriman.



“… Jika ada dua puluh orang yang sabar di antara kamu, niscaya mereka dapat mengalahkan dua ratus orang musuh. Dan jika ada seratus orang (yang sabar) di antaramu, mereka dapat mengalahkan seribu …” (QS 8 : 65).



Maka jangan puas dengan 7 atau 8 habits; kita punya 77 habits yang siap untuk dipelajari, diyakini, di amalkan/dibiasakan dan diajarkan…. InsyaAllah !.*

Penulis adalah direktur Gerai Dinar dan kolumnis hidayatullah.com

Sumber : hidayatullah.com

Posting Komentar untuk "77 Habits: More Then Just Highly Effective People"