Demokrasi, Kematian, dan Kehancuran,
New York - Bayangan situasi keamanan
global akan semakin memburuk, bersamaan dengan hasil pemilu di Amerika
Serikat. Seandainya calon dari Partai Republik, Mitt Romney mengungguli
Presiden Barack Obama.
Ini artinya Mitt Romney yang menjadi tokoh baru di Gedung Putih,
sudah dapat diprediksi akan menjalankan pola kebijakan luar negeri
bergaya "cowboy" seperti Presiden George Buh. Berbagai kawasan akan
terjerumus ke dalam perang, termasuk kawasan Teluk.
Mitt Romney yang terang-terangan mendukung Zionis-Israel, selanjutnya
akan menggunakan seluruh kekuatannya mendukung Zionis-Israel. Jajak
pendapat menunjukkan kalangan Yahudi Amerika dan Israel, hampir
mayoritas 85 persen memberikan dukungannya kepada Mitt Romney.
Gedung Putih akan menjalankan seluruh kepentingan Zionis-Israel,
khususnya dalam rangka melakukan deteren (penghancuran) terhadap
kekuatan-kekuatan yang akan menjadi ancaman Zionis-Israel. Situasi
global akan mengalami perubahan secara dramatik, bila Mitt Romney
menduduki Gedung Putih. Inilah sebuah situasi dramatis yang dihadapi
dunia secara global.
Laporan ABC News, semula menunjukkan bahwa Presiden Barack Obama
ketinggalan oleh Mitt Romney. Dengan hitungan Obama baru mengumpulkan
157 electoral college, sedangkan Mitt Romney sudah mengumpulan 164
electeroal college. Meskipun, angka ini masih kemungkinan dapat berubah.
Setiap pemenang harus mengumpulkan 270 electoral college untuk menang.
Mitt Romney akan melakukan pendekatan "hawk" (elang), terhadap
negara-negara dan kelompok yang dianggap menjadi ancaman bagi Amerika
Serikat dan Israel. Mitt Romney juga tidak akan pernah memberikan ruang
bagi lahirnya negara Palestina berdaulat. Amerika Serikat di bawah Mitt
Romney juga akan membela kepentingan keamanan Israel. Berapapun harga
yang harus dibayar.
Mitt Romney akan menggunakan seluruh kekuatan yang dimiliki Amerika
Serikat menghadapi kelompok-kelompok teroris di seluruh dunia, terutama
di dunia Islam, yang dianggap menjadi bibit-bibit ancaman keamanan
global. Mitt Romney akan menggunakan sekutunya yang masih loyal,
menghadapi kekuatan yang ditutudh sebagia militan, fundamentalis,
ekstrimis, dan teroris, yang sekarang menyebar di berbagai kawasan. Ini
akan membawa resiko semakin melabarnya setiap kawasan.
Mitt Romney akan membawa Amerika Serikat kepada perang dingin,
seperti dekade tahun l980 an. Konsekuensi ini, Gedung Putih harus
mengeluarkan anggaran besar-besaran mendukung anggaran pertahanan yang
selama Presiden Barack Obama sudah dipangkas. Dengan demikian, situasi
keamanan global akan semakin kacau, dan menimbulkan konflikasi yang
sangat luas, akibat kebijakan luar negeri Mitt Romney yang sangat
agresif.
Betapa demokrasi model Amerika Serikat yang mahal itu, tak dapat
mengubah kehidupan rakyat Amerika Serikat, yang kini suda tenggalam
dalam krisis ekonomi dan menghadapi bencana yang sangat hebat. Badai
Sandy yang meluluh-lantakkan New York, dan sepanjang pantai utara
Amerika itu, sekarang mamasuki hari-hari yang lebih dramatis lagi.
Menjelang musim dingin.
Berjuta-juta rakyat Amerika Serikat, masih dalam kondisi yang sangat
kritis akibat badai Sandy, dan sekarang sudah memasuki musim dingin, dan
kembali badai, serta hujan turun, serta pasangnya air laut, yang akan
menggenangi seluruh pantai utara Amerika.
Demokrasi model Amerika yang sangat mahal itu, dan dianggap sangat
ideal, dan penuh dengan liku. Untuk menjadi calon seorang calon
presiden, pertama harus memenangkan general pramary di internal
partainya. Seperti Partai Demokrat, saat menentukan Barack Obama atau
Hallary Clinton, harus berlangsung pemilihan ke seluruh negara bagian,
dan berlangsung selama satu tahun.
Pertarungan memperebutkan tiket ke Gedung Putih antara Hillary dan
Barack Obama itu berlangsung satu tahun. Baru Obama maju menjadi calon
presiden Amerika Serikat, melalu sebuah konvensi. Sesudah itu, baru
pemilihan presiden antara calon Republik dan Demokrat. Masing-masing
kampanye itu berlangsung selama satu tahun.Sungguh sangat melelahkan.
Namun, kekuasaan di Gedung Putih, yang sejatinya hanyalah
bayang-bayang (shadow) dari tangan-tangan Iluminati alias Zionis, hanya
menjadi "proxy" (tangan) yang digunakan menghancurkan kekuatan-kekuatan
entitas diluar Yahudi atau kelompok Iluminati alias Zionis. Gedung Putih
itu, tak lain, markas kaum Ilumati dan Zionis, yang akan menghancurkan
dunia. Dengan kekuatan militer, ekonomi, budaya, dan teknologi mereka.
Presiden Amerika Serikat itu, yang dimenangkan melalui proses
pemilihan yang sangat melelahkan dan panjang itu, hanyalah bagian dari
sisi sandiwara yang dibuat menjadi sebuah tontonan bagi masyarakat
dunia. Pendidikan demokrasi ala Iluminati dan Zionis melalui pemilihan
presiden Amerika Serikat itu, benar-benar sangat memukau. Di mana
pemilihan presiden di Amerika Serikat itu, mendapatkan liputan "covered"
media di seluruh dunia.
Amerika Serikat itu seakan menjadi "miniatur" besar yang diciptakan
oleh rezim Iluminati dan Zionis, di mana masyarakat dunia diperintahkan
untuk mengikuti (beritiba') kepada demokrasi model Amerika Serikat. Di
mana demokrasi itu, sudah menjadi sangat ideologis, dan kekuatan yang
tidak mengikuti (beritiba') kepada sistem demokrasi itu, dianggap diluar
mainstream (arus utama), dan harus diperangi. Maka, sekarang tidak ada
yang tidak terjebak oleh sistem dan cara yang dibuat oleh rezim
Iluminati dan Zionis itu.
Karena itu, sejatinya demokrasi itu, adalah sebuah alat yang
diciptkan oleh kaum Iluminati dan Zionis mengendalikan dan mengarahkan
rakyat dunia dengan kekuatan modal yang mereka. Kaum Iluminati dan
Zionis itu, tujuannya hanya ingin memperbudak dan menguasai asset dan
rakyat di dunia. Kaum Iluminati dan Zionis itu, bertujuan bagaiman
manusia diluar entitas mereka, yang disebut "goyyim" (kafir) itu, hanya
berhak menjadi budak, dan menjalankan perintah mereka.
Bagaimana para pemilik modal atau kaum kapitalis yang sesungguhnya
mereka tidak lain kaum Iluminati dan Zionis itu, yang berasal dari darah
keturunannya Rothschild dan Rockyfeller yang akan berusaha terus
menguasai dunia, dan memperbudak ras-ras di luar ras Yahudi. Semuanya
berjalan dengan sangat terencana dan sistematis.
Maka siapa saja yang menjadi penguasa di Gedung Putih, mereka itu
adalah para "proxy" (tangan) Iluminati dan Zionis yang bertujuan
menciptakan kematiaan, kehancuran melalui demokrasi. Mereka yang gagap
dan menjadi sangat takjub dengan permainan Iluminati dan Zionis melalui
cara suguhan demokrasi itu, maka sejatinya mereka hanya akan masuk ke
lubang kematian dan kehancuran.
Buktikan, Indonesia sejak reformasi, kondisi bukan semakin baik,
tetapi justeru menuju kehancuran. Kebebasan yang tanpa batas, melanda
kehidupan dan terus berjalan sampai ke jantung kehidupan masyarakat.
Budaya kebebasan dan materialisme sudah merasuk ke sungsum bangsa
Indonesia. Dengan kebebasan itu, bangsa ini telah terjebak dan meniru
Barat, akhirnya menuju skenario yang paling buruk, yaitu kehancuran.
Mulai zaman Soeharto, penguasa ini telah menyerahkan tambang emas
Freeport, yang sudah berlangsung puluhan tahun kepada rezim Iluminti dan
Zionis. Penguasa Freeport, Mc Moran, dan dilanjutkan oleh generasi SBY,
yang sudah memberikan sesaji kepada rezim Iluminati dan Zionis, seperti
Exxon di Blok Cepu, dan sekarang SBY akan memberikan kepada BP (British
Pretroleum), pengelolaan gas di Papua.
The Seven Sisters (tujuh bersaudara) merupakan perusahaan minyak dan
gas raksasa, yang beroperasi di seluruh dunia, adalah bagian dari
kekuatan rezim Iluminti dan Zionis,yang mengeksploitir sumber daya alam
(SDA), termasuk Indonesia bagi kepentingan industri dan ekonomi Barat,
yang sudah dibawah kendali rezim Iluminati.
Sungguh melalui pemilihan dan demokrasi rezim Iluminati menciptakan
rezim kaki tangan alias budak, yang digunakan menjajah dan menguasai
sumber daya alam (SDA) di setiap negara.
Partai politik, pemilu, dan anggota parlemen, merupakan trilogi, yang
kemudian menciptakan kekuasaan, dan kekuasaan itu akan digunakan oleh
rezim Iluminati dan Zionis, guna memperbudak dan menjajah rakyat setiap
negara, serta mengeruk sumber daya di negeri itu. Pantaslah,
negara-negara di dunia Islam, bukan semakin maju, ketika mengikuti
sistem demokrasi, tetapi semakin hancur.
Persis di zaman VOC, di mana Jan Pieterzoncoen, yang tak lain tokoh
Iluminati Belanda, yang ikut menumpang kekuatan militer Belanda, dan
kemudian menjajah dan menguasai asset negara, dan membuat miskin kaum
pribumi, serta menciptakan elite yang menjadi kaki tangan Iluminati dan
Zionis, dan memperbudak rakyat di negeri itu. Selama 350 tahun, dan
dilanjutkan sampai hari ini. Wallahu'alam.
voa-islam
Posting Komentar untuk "Demokrasi, Kematian, dan Kehancuran, "