Dasar Penjajah, Tidak Hanya Membunuh, Tentara AS Tidak Mau Bayar Sewa Pangkalan Militer

Pasukan Amerika tidak hanya membunuh penduduk sipil Afghanistan dan merusak saranan dan prasarana setempat, di pangkalan militer AS yang ditinggalkan hanya terlihat setumpukan sampah dan kendaraan-kendaraan yang rusak – dan juga sengketa tanah di sebuah provinsi yang bergolak di Afghanistan.

Sebagaimana yang diberitakan oleh www.guardian.co.uk (31/12) pasukan AS meninggalkan setumpukan peralatan, tagihan sewa yang belum dibayar dan sengketa tanah yang mengancam akan melemahkan pemerintah Afghanistan ketika mereka keluar dari provinsi Kunar timur tahun ini, kata para pejabat lokal.

Satu-satunya petunjuk di desa Pashengar yang selama bertahun-tahun telah ditinggalkan untuk selamanya adalah suara gemuruh konvoi truk pada suatu tengah malam. Keesokan paginya, penduduk setempat menemukan para penjaga telah pergi, bangunan-bangunan diledakkan dan, serta tumpukan sampah yang ditinggalkan di pegunungan terpencil itu.
Terdapat banyak unit pendingin udara yang rusak teronggok di dinding, generator raksasa yang hancur di dekat beberapa kontainer pengiriman, dan beberapa kendaraan yang telah penyok. Namun, tidak ada tanda-tanda bahwa penyewa meninggalkan lembaran cek bagi pemilik tanah itu yang telah membiarkan mereka menyewa selama beberapa tahun, dan meninggalkan hutang ratusan ribu dolar.

“Mereka tinggal disini selama enam tahun dan hanya membayar sewa selama satu tahun,” kata Haji Najibullah Khan, yang tinggal di Pashengar yang menjadi pangkalan AS.
Beberapa kilometer dari situ, di pusat distrik Naray,  penduduk di wilayah itu marah karena pangkalan militer AS dibangun di atas tanah yang menjadi perselisihan atas 90 keluarga di wilayah itu.

Mereka juga mengklaim bahwa mereka berhutang beberapa tahun sewa dan khawatir mereka mungkin tidak bisa melihat tanah mereka lagi karena pasukan pemerintah Afghanistan saat ini bercokol di situ. Sengketa tanah bisa merusak kesetiaan kepada tentara yang seolah-olah dikirim untuk melindungi wilayah itu.

Gul Rahman, gubernur wilayah itu, telah mencoba meredakan kemarahan mereka. “Saya bertemu dengan Tentara Nasional Afghanistan (ANA). Sekarang tentara Afghan berada di situ, penduduk sangat marah dan meminta pembayaran hutang mereka, namun tentara tidak mau mendengarkan…”

Tanah adalah salah satu masalah yang paling sensitif di Afghanistan. Selama 30 tahun perang, banyak dokumen hukum yang telah hancur, para pemilik tanah dan keluarganya  dibunuh atau menjadi pengungsi, dan orang-orang menetap di tanah yang mereka tidak punya dokumennya.

Haji Usman adalah  pemilik sekitar dua hektar tanah yang sekarang adalah bagian dari pangkalan militer. Dia memimpin delegasi ke Kabul yang berhasil melobi penyelidikan resmi untuk menuntut pengakuan dari para penduduk desa yang mengklaim tanah itu.
“Orang-orang sangat marah karena ANA tidak meninggalkan tanah itu,” kata Usman. “Saya tidak berpikir bahwa kebanyakan orang yang tanahnya diambil bersedia bergabung dengan Taliban. Ini adalah sebuah desa di bawah kendali pemerintah. Namun, ada kemungkinan bahwa beberapa orang yang tinggal di tempat yang lebih terpencil akan bergabung dengan Taliban jika masalah ini tidak terselesaikan. ”

Tentara Amerika meninggalkan barang-barang yang hancur ketika mereka pergi seperti beberapa kontainer, kendaraan-kendaraan dan generator. Hanya sebagian yang masih bisa dipakai. “Peralatan itu mungkin hanya bisa membayar setengah sewa atau seperempat sewa Haji Najibullah”, kata Khan.

Wilayah Afghanistan dipenuhi oleh bekas tank-tank Soviet yang berkarat dan sampah militer lainnya,  namun sejak tahun 2001, pasukan asing berusaha keras untuk tidak meninggalkan jejak.

Seorang juru bicara tentara Afghanistan tidak mau mengomentari situasi di Naray, dan gubernur provinsi Kunar, Fazlullah Wahedi, mengatakan dia tidak mendengar tentang sengketa tanah di sana.

Pimpinan Pasukan NATO juga menolak untuk mengomentari situasi di pangkalan militer. “Sebagai kebijakan, ISAF tidak akan mendiskusikan informasi yang berkaitan dengan klaim potensial,” kata juru bicara Charlie Stadtlander. (RZ) sumber: www.hibut-tahrir.or.id

Posting Komentar untuk "Dasar Penjajah, Tidak Hanya Membunuh, Tentara AS Tidak Mau Bayar Sewa Pangkalan Militer"