Kontras Dengan MUI, Persatuan Salibis Sarankan Kawasan pelacuran dan Bisnis Lendir

Kontras Dengan MUI, Persatuan Salibis Sarankan Kawasan pelacuran dan Bisnis Lendir
Kontras Dengan MUI, Persatuan Salibis Sarankan Kawasan pelacuran dan Bisnis Lendir

 Salah satu kontroversi yang sedang hangat adalah masalah mencuatnya saran Wagub DKI Jakarta, Basuki Cahaya Purnama, yang mengaku lebih senang mengadakan praktek lokalisasi pelacuran. Ternyata pernyataan Ahok, sapaan akrab pria keturunan Hakka ini, dianggap baik oleh perwakilan Persatuan Gereja Indonesia. ”Kalau memang kita tidak bisa menghilangkan praktik prostitusi ini, saya setuju dengan Ahok, kita lokalisasi,” sebut anggota eksekutif Persatuan Gereja Indonesia, Jeirry Sumampouw (24/12/2013).

Ahok sendiri pernah berbicara tentang hal ini kepada media di awal Desember. ”Saya lebih suka lokalisasi (prostitusi) resmi. Kita bisa masukin pendeta atau kyai di sana,” ujar Ahok di acara Rembuk Provinsi 2013 di Hotel Lumire, Jalan Senen Raya, Jakarta Pusat, Senin (2/12/2013). Ahok mengaku usulannya ini tak disetujui pemuka agama. ”Tapi tokoh agama kita nggak setuju,” ujarnya.

Jeirry Sumampouw menyebutkan bahwa daripada jadi sok moralis, menurutnya lebih baik melegalisasikan praktik bisnis lendir ini di suatu tempat. ”Tapi ternyata kan tidak bisa dihilangkan, pengalaman setelah lokalisasi Kramat Tunggak itu ditutup, menurut saya (prostitusi) malah makin mengkhawatirkan dan liar,” kata Jeirry.  ”Ketimbang kita mau sok moralis tapi sesungguhnya juga tidak bisa menghentikannya.” begitu alasan yang dikemukakan Sekretaris Eksekutif Bidang Diakonia Persatuan Gereja ini.

Sementara itu, perwakilan MUI justru menyatakan bahwa pengadaan lokalisasi ini tak menyelesaikan masalah. “Malah menambah masalah baru kan. Itu kan harus dipikirkan bersama. Penanganan masalah prostitusi harus komprehensif, harus banyak pihak,” ujarnya Selasa (23/12). Bukan tanpa alasan MUI menolak lokalisasi, Amirsyah menekankan, lokalisasi prostitusi hanya solusi yang bersifat sementara. Permasalahan-permasalahan baru akan bermunculan di lingkup prostitusi tersebut selain permasalahan prostitusi itu sendiri.

Amirsyah mencontohkan, Seperti lokalisasi Dolly, Surabaya, Jawa Timur, di tempat ini terdapat ribuan wanita pekerja seks komersial (PSK). Praktik prostitusi itu bisa diberantas. Majelis Ulama Indonesia (MUI) Jawa Timur mentargetkan lokalisasi Dolly di Kecamatan Sawahan akan tutup sekitar bulan ketiga atau Maret 2014. Hal ini juga dilihat dari sejumlah lokalisasi lain di Jawa Timur yang sudah maupun sedang dalam proses penutupan.
[sksd/detikcom/Shoutussalam.com]

2 komentar untuk "Kontras Dengan MUI, Persatuan Salibis Sarankan Kawasan pelacuran dan Bisnis Lendir"

  1. kalau bisa sih di tutup saja semua tempat praktek psk itu mas.. bukan apa apa, kalau mereka dapat ajab dari tuhan, bukan mereka saja yang kena, tapi seluruh masarakat di sekitarnya juga akan kena ajab tersebut....

    BalasHapus
  2. wah gmna jadinya ya kalo sampai kejadian itu tempat

    BalasHapus