Kepada Para Admin Situs Media Islam dam Kaum Muslim Pada Umumnya

Kepada Para Admin Situs Media Islam dam Kaum Muslim Pada UmumnyaKEPADA PARA ADMIN SITUS MEDIA MUSLIM & KAUM MUSLIMIN UMUMNYA
الحمدلله رب العالمين، والصلاة والسلام على رسول الله وعلى آله وأصحابه أجمعين وبعد

Jika ada yang melemparkan fitnah kepada kita, sikap apa saja yang mesti kita lakukan sebagai muslim? Hati-hati membalas fitnah dengan fitnah, membalas kejahilan dengan kejahilan (defensif apologetik), membalas sikap buruk dengan sikap buruk, membalas kezhaliman dengan kezhaliman... Kita bukan anak-anak emosional yang mudah terpancing dengan hasutan dan kesalahan pihak lainnya, kita sudah dibina dengan kekuatan pemikiran dan pemahaman. Allah al-Musta'aan.

Namun perlu saya sampaikan kepada para admin situs yang mengaku sebagai media muslim:

PERTAMA, Setiap fitnah dan ghiibah muharramah akan dimintaipertanggungjawaban, kepada admin situs-situs yang mengaku sebagai media muslim, apa yang antum tuliskan yang mengandung fitnah atau ghiibah muharramah (dan tidak ada alasan syar'i untuk mengghibah) bukan perkara ringan, apa yang antum tuliskan akan dipertanggungjawabkan. Apakah antum sebagai admin sudah mentahqiq kebenaran pemberitaan buruk mengenai pihak lainnya tersebut? Apa buktinya? Dan apakah antum bisa menjamin bahwa yang tertuduh tidak pernah merevisi pandangannya? Sehingga apa yang antum tuduhkan tidak salah alamat.

Jika ada seseorang yang berpendapat A, di tengah-tengah perjalanan keilmuannya lalu ia menganulir pendapatnya dengan pendapat B yang dipandang lebih kuat dalil-dalilnya. Lalu antum sebagai admin memberitakan bahwa si fulan ini berpendapat A (dengan penyifatan menyebarkan pemberitaan buruknya), apakah itu tidak dinilai sebagai FITNAH?? Karena antum menisbatkan pada apa yang sebenarnya sudah ditinggalkan oleh si fulan tersebut. Jika ada diantara mereka yang menyebarkan fitnah ini masih membela diri dan menjustifikasi kesalahannya yang nyata, saya berlepas diri dari perbuatannya. Cukup Allah yang akan menghisabnya.

Allah 'Azza wa Jalla berfirman:

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا إِن جَاءَكُمْ فَاسِقٌ بِنَبَإٍ فَتَبَيَّنُوا أَن تُصِيبُوا قَوْمًا بِجَهَالَةٍ فَتُصْبِحُوا عَلَىٰ مَا فَعَلْتُمْ نَادِمِينَ

“Hai orang-orang yang beriman, jika datang kepadamu orang fasiq membawa suatu berita, maka periksalah dengan teliti, agar kamu tidak menimpakan suatu musibah kepada suatu kaum tanpa mengetahui keadaannya yang menyebabkan kamu menyesal atas perbuatanmu itu”. (QS. Al-Hujuraat [49]: 6)

Al-Hafizh Ibn Hajar al-'Asqalani ketika menjelaskan kata al-fisq dalam hadits ini: Dari Abdullah r.a., ia berkata bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:

سِبَابُ الْمُسْلِمِ فُسُوقٌ وَقِتَالُهُ كُفْرٌ

“Memaki orang muslim adalah kedurhakaan (fasik) dan membunuhnya adalah kekufuran.” (Hadits Muttafaqun ‘Alayh)

Al-Hafizh Ibn Hajar Al-‘Asqalani menjelaskan:

قوله: “فسوق” الفسق في اللغة: الخروج. وفي الشرع: الخروج عن طاعة الله ورسوله، وهو في عرف الشرع أشد من العصيان، قال الله تعالى :{ وَكَرَّهَ إِلَيْكُمُ الْكُفْرَ وَالْفُسُوقَ وَالْعِصْيَانَ

“Sabda Rasulullah “fusuuq[un]”secara bahasa, al-fisq berarti al-khuruuj (keluar). Secara terminologi berarti keluar dari keta’atan terhadap Allah dan rasul-Nya. Kata “al-fisq (kefasikan)” dalam pandangan syariat lebih tinggi tingkat keburukannya daripada kata maksiat. Allah SWT berfirman: “…dan (Allah) menjadikan kamu benci kepada kekafiran, kefasikan dan kedurhakaan (kemaksiatan). (TQS. Al-Hujuraat [49]: 7)”

Dari Abu Hurairah bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:

لاَ تَحَاسَدُوا وَلاَ تَنَاجَشُوا وَلاَ تَبَاغَضُوا وَلاَ تَدَابَرُوا وَلاَ يَبِعْ بَعْضُكُمْ عَلَى بَيْعِ بَعْضٍ وَكُونُوا عِبَادَ اللهِ إِخْوَانًا، الْمُسْلِمُ أَخُو الْمُسْلِمِ لاَ يَظْلِمُهُ وَلاَ يَخْذُلُهُ وَلاَ يَحْقِرُهُ، التَّقْوَى هَاهُنَا (وَيُشِيرُ إِلَى صَدْرِهِ ثَلَاثَ مَرَّاتٍ)، بِحَسْبِ امْرِئٍ مِنْ الشَّرِّ أَنْ يَحْقِرَ أَخَاهُ الْمُسْلِمَ كُلُّ الْمُسْلِمِ عَلَى الْمُسْلِمِ حَرَامٌ دَمُهُ وَمَالُهُ وَعِرْضُهُ.

“Janganlah kalian saling mendengki, saling memfitnah, saling membenci, dan saling memusuhi. Janganlah ada seseorang di antara kalian yang berjual beli sesuatu yang masih dalam penawaran muslim lainnya dan jadilah kalian hamba-hamba Allah yang saling bersaudara. Muslim yang satu dengan muslim yang lainnya adalah bersaudara tidak boleh menyakiti, merendahkan, ataupun menghina. Takwa itu ada di sini (Rasulullah menunjuk dadanya, beliau mengucapkannya sebanyak tiga kali). Seseorang telah dianggap berbuat jahat apabila ia menghina saudaranya sesama muslim. Muslim yang satu dengan yang Iainnya haram darahnya. hartanya, dan kehormatannya.” (HR. Muslim)

Islam mewajibkan kita menjaga lisan. Rasulullaah -shallallaahu 'alayhi wa sallam- bersabda:

مَنْ كَانَ يُؤْمِنُ بِاللهِ وَالْيَوْمِ الْآخِرِ فَلْيَقُلْ خَيْرًا أَوْ لِيَصْمُتْ

“Barangsiapa beriman kepada Allah dan hari akhir, maka berkatalah yang baik atau diam.” (HR. al-Bukhari no. 5559, 5560, Muslim, Abu Dawud, al-Tirmidzi, Ahmad & Malik)

Perumpamaan media yang mencampuradukkan antara kebaikan dan keburukan yakni menyebarkan ilmu syar’i namun banyak memberitakan pemberitaan-pemberitaan yang bertentangan dengan syari’at (fitnah, ghiibah muharramah), atau menstigma negatif dakwah dan individunya, seperti nasihat Imam Hasan al-Bashri berikut ini:

لا تكن ممن يجمع علم العلماء، وطرائف الحكماء، ويجري في العمل مجرى السفهاء

”Janganlah engkau menjadi golongan orang yang gemar mengumpulkan ilmu para ahli ilmu, kebajikan-kebajikan orang-orang bijak, namun ia beramal seperti amalan orang-orang pandir.”

Lihat: Ihyaa' 'Uluum ad-Diin (1/59) dinukil dari kitab Mawaa’izh al-Imaam Hasan al-Bashriy, hlm. 68.

Maka berhati-hatilah terhadap fitnah paham sesat menyesatkan kebebasan berbicara Demokrasi, jangan sampai fitnahnya meracuni lisan-lisan kita. Semoga Allah menjauhkan kita dari sikap gegabah menghakimi orang lain tanpa ilmu sehingga tidak timbul penyesalan ketika Allah Yang Maha Adil akan mengadili di pengadilan-Nya kelak di yawm al-hisaab…. Allah al-Musta’aan…

وَلَا تَقْفُ مَا لَيْسَ لَكَ بِهِ عِلْمٌ ۚ إِنَّ السَّمْعَ وَالْبَصَرَ وَالْفُؤَادَ كُلُّ أُولَٰئِكَ كَانَ عَنْهُ مَسْئُولًا

”Dan janganlah kamu mengikuti apa yang kamu tidak mempunyai pengetahuan tentangnya. Sesungguhnya pendengaran, penglihatan dan hati, semua itu akan diminta pertanggungjawaban.” (TQS. Al-Israa’ [17]: 36 )
Apakah berita buruk pihak lainnya membuat antum senang?? Wal 'iyaadzu billaah.. Semoga Allah menjauhkan kita dari sifat buruk dan menjadikan kita termasuk orang yang pandai mengevaluasi diri dan melakukan perbaikan, Allah al-Musta’aan. Imam Ibn Qudamah al-Maqdisi (w. 742 H) menuturkan:

واعلم أن الله تعالى إذا أراد بعبد خيرًا بصره بعيوب نفسه، فمن كملت بصيرته لم تخف عليه عيوبه، وإذا عرف العيوب أمكنه العلاج، ولكن أكثر الناس جاهلون بعيوبهم، يرى أحدهم القذى في عين أخيه ولا يرى الجذع في عينه

“Dan ketahuilah bahwa Allah SWT jika menghendaki kebaikan bagi hamba-Nya, maka Dia memperlihatkan kepada hamba-Nya dengan aib-aibnya sendiri, maka siapa saja yang sempurna bashirah-nya maka aib-aibnya tidak akan tersembunyi darinya, jika seseorang menyadari aib-aibnya maka memungkinkan baginya menemukan obatnya, namun sebagian besar manusia jahil terhadap aib-aib mereka sendiri, di antara manusia ada yang melihat keburukan pada "pelupuk mata" saudaranya tapi ia sendiri tidak menyadari keburukan yang ada "dipelupuk matanya" sendiri.” (Lihat: Al-Imam Ahmad bin Muhammad bin ‘Abdurrahman bin Qudamah al-Maqdisi. 1418 H. Mukhtashar Minhaaj al-Qaashidiin. Cet. III. Beirut: Dar al-Khayr)

KEDUA, Apa maksud dibalik pemberitaan-pemberitaan melanggar syari'at tersebut?? Jika dimaksudkan untuk menarik rating situs antum, maka ingatlah bahwa itu bencana ketika harga dunia membuat antum lupa pertanggungjawaban di akhirat kelak, apakah antum sudah mengklarifikasi pemberitaan-pemberitaan bermasalah tersebut?? Memfitnah dan mengghibah muharramah, adalah kesalahan yang berkaitan dengan hak adami, artinya tak cukup bertaubat kepada Allah, namun antum pun mesti meminta maaf (dihalalkan) kepada pihak yang dizhalimi.

Jika bencana dunia lebih membuat kita susah ketimbang bencana yang menimpa agama, sudah semestinya kita semua berlindung kepada Allah ‘Azza wa Jalla dari keburukan yang dituturkan al-Hafizh Ibn ‘Abd al-Bar al-Andalusi (w. 463 H) dalam sya’irnya:

أأخي إن من الرجال بهيمة في صورة الرجل السميع المبصر
فطن لكل مصيبة في مالــه وإذا يصاب بدينه لـم يشعــر

“Wahai saudaraku, diantara manusia ada yang bersifat bagaikan binatang”
“Dalam bentuk seseorang yang mampu mendengar dan berwawasan”
“Terasa berat baginya jika musibah menimpa harta bendanya”
“Namun jika musibah menimpa agamanya, tiada terasa”
Lihat: Al-Hafizh Ibn ‘Abd al-Bar al-Andalusi. Bahjatul-Majâlis wa Unsul-Majâlis (I/169). Beirut: Dar al-Kutub al-‘Ilmiyyah.

KETIGA, Berhati-hatilah terhadap fitnah ’ashabiyyah hizbiyyah (fanatisme buta terhadap golongan) yang bisa membutakan mata dari kesalahan sendiri dan menolak kebenaran yang ada pada pihak lainnya, serta memalingkan diri dari bersikap adil terhadap pihak lain.

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا كُونُوا قَوَّامِينَ لِلَّهِ شُهَدَاءَ بِالْقِسْطِ ۖ وَلَا يَجْرِمَنَّكُمْ شَنَآنُ قَوْمٍ عَلَىٰ أَلَّا تَعْدِلُوا ۚ اعْدِلُوا هُوَ أَقْرَبُ لِلتَّقْوَىٰ ۖ وَاتَّقُوا اللَّهَ ۚ إِنَّ اللَّهَ خَبِيرٌ بِمَا تَعْمَلُونَ

”Hai orang-orang yang beriman hendaklah kamu jadi orang-orang yang selalu menegakkan (kebenaran) karena Allah, menjadi saksi dengan adil. Dan janganlah sekali-kali kebencianmu terhadap sesuatu kaum, mendorong kamu untuk berlaku tidak adil. Berlaku adillah, karena adil itu lebih dekat kepada takwa. Dan bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.” (TQS. Al-Maa’idah [5]: 8)

Syaikh Dr. Samih ’Athif az-Zayn ketika menjelaskan kisah ketakaburan Iblis –la’natullaahi ’alayhi- yang menolak perintah Allah ’Azza wa Jalla untuk bersujud kepada Adam –’alayhis salaam-, menukil pernyataan yang dinisbatkannya pada sahabat Ali –radhiyallaahu ’anhu-:

افتخر إبليس على آدام بأنه خلق من نار وآدم من طين، وتعصّب على آدم بأصله، فإبليس إمام المتعصبين، وسلف المستكبرين، الذي وضع أساس العصبية.. فاحذروا عباد الله أن يُعديكم بدائه وأن يستفزكم بندائه، وأن يجلب عليكم بخيله ورَجله… فأطفئوا ما كمن في قلوبكم من نيران العصبية، وأحقاد الجاهلية….

“Iblis membanggakan dirinya di atas Adam, bahwa ia diciptakan Allah dari api sedangkan Adam dari tanah kering, Iblis bersifat ta’ashub (fanatisme buta) atas Adam dalam asal usul penciptaannnya, maka Iblis adalah pemimpin kaum yang ta’ashub, dan pendahulu kaum yang takabur, dialah yang meletakkan asas ’ashabiyah… Maka berhati-hatilah wahai hamba-hamba Allah ia akan menulari anda dengan penyakit keburukannya dan memprovokasi anda dengan seruannya, dan menjerumuskan anda dengan tipu muslihatnya dan kaki tangannya…. maka padamkanlah api ’ashabiyah dan rasa dendam jahiliyah dalam hatimu….” (Lihat: Syaikh Dr. Samih ‘Athif az-Zayn. 1426 H. Majma’ al-Bayaan al-Hadiits: Qashash al-Anbiyaa’ fii al-Qur’aan al-Kariim (hlm. 75). Kairo: Dar al-Kutub al-Mishriy. Cet. VII.)

KEEMPAT, Kaum muslimin sudah cerdas, jika suatu pemberitaan disampaikan tanpa bukti valid yang menunjukkan kebenarannya (tidak ada klarifikasi), maka pemberitaan tersebut sudah runtuh dari asasnya, pemberitaan-pemberitaan seperti itu tidak bernilai ilmiah, kaum muslimin yang cerdas takkan mudah terhasut pemberitaan seperti itu, wal 'iyaadzu billaah, bahkan akan berbalik, tidak mempercayai situs antum.

PESAN

Segera hapus pemberitaan-pemberitaan negatif tersebut, dan meminta maaf kepada yang dizhalimi. Dan kepada kaum muslimin khususnya, jangan membantu menyebarkan pemberitaan-pemberitaan buruk mereka jika kita menjaga diri agar tidak termasuk orang yang berserikat dalam menyebarkan berita yang bertentangan dengan syari'ah.
Yaa Allah sudah hamba sampaikan...

Allah ‘Azza wa Jalla berfirman:
وَالْعَصْرِ (١) إِنَّ الْإِنْسَانَ لَفِي خُسْرٍ (٢) إِلَّا الَّذِينَ آمَنُوا وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ وَتَوَاصَوْا بِالْحَقِّ وَتَوَاصَوْا بِالصَّبْرِ (٣)
“Demi Masa. Sesungguhnya manusia itu benar-benar dalam kerugian, kecuali orang-orang yang beriman, mengerjakan amal shalih dan saling menasehati untuk mentaati kebenaran dan saling menasihati untuk menetapi kesabaran.” (QS. Al-‘Ashr [103]: 1-3)

Ayat ini mengandung tiga penegasan: 
Pertama, qassam (sumpah) “والعصر” (demi masa). Kedua, lafazh “إنّ” (benar-benar). Ketiga, lafazh “لفي” (sungguh dalam). Ketiga bentuk penegasan ini, semuanya menguatkan pesan agung dalam ayat ini, yaitu kerugian manusia yang sangat luar biasa, kecuali orang yang beriman, beramal shalih dan saling menasihati untuk mena’ati kebenaran dan kesabaran (iman dan amal shalih). Dalam ilmu balaghah, penegasan-penegasan tersebut berfaidah menafikan segala keraguan dan pengingkaran atas kebenarannya. Wallaahu a’lam bish-shawaab

Al-Faqiir ilaa Allah: 
Irfan Abu Naveed 
Admin web tsaqafah: irfanabunaveed.com
اللّهمّ اغفرلنا...

Posting Komentar untuk "Kepada Para Admin Situs Media Islam dam Kaum Muslim Pada Umumnya"