Jilbab Identitas Seorang Muslimah
Jilbab Adalah Identitas Seorang Muslimah
jilbab adalah identitas seorang
muslimah. Jilbab merupakan pembeda antara wanita muslim dengan yang
kafir. Namun pada kondisi saat ini ternyata ada banyak hal yang perlu
menjadi PR bagi kita bersama sebagai muslim. Tidak bisa dipungkiri,
seiring dengan berkembangnya peradaban dan pola pikir manusia, hakikat
jilbab ternyata juga ikut mengalami pergeseran-pergeseran, entah ke arah
positif maupun negatif.
Pada dasarnya, hukum berjilbab bagi seorang wanita muslim adalah wajib seperti layaknya wajibnya sholat lima waktu bagi muslim yang sudah baligh. Kenapa wajib? Karena seperti halnya sholat lima
waktu, perintah berjilbab pun ada dalilnya di dalam Al Qur’an,
merupakan perintah yang datangnya langsung dari Allah SWT. Sebagaimana
firman Allah di dalam QS. Al Ahzab : 59 yang artinya :“Hai
Nabi, katakanlah kepada istri-istrimu, anak-anak perempuanmu dan
istri-istri orang mukmin, hendaklah mereka mengulurkan jilbabnya ke
seluruh tubuh mereka. Yang demikian itu supaya mereka lebih mudah untuk
dikenal, karena itu mereka tidak diganggu. Dan Allah adalah Maha
Pengampun lagi Maha Penyayang.”
Dan
ternyata perintah berjilbab tidak hanya ditegaskan sekali saja, namun
masih ada ayat lain yang juga memperkuat hukum berjilbab :
“Dan
katakanlah kepada para wanita yang beriman, agar mereka menjaga
pandangannya, dan memelihara kemaluannya, dan janganlah menampakkan
perhiasannya (auratnya), kecuali yang (biasa) terlihat. Dan hendaklah
mereka menutupkan kain kerudung ke dadanya….” ( QS. An-Nur: 31)
? Ini dia beberapa kendala yang mungkin dialami oleh sepersekian saudari kita :
1. Tidak diperbolehkan oleh orang tua.
Nah,
yang ini adalah kasus umum yang sering terjadi. Kemungkinan adalah
karena masih kurangnya pemahaman orang tua tentang Islam. Maka perlu ada
pendekatan personal, tapi jangan frontal.
2. Belum mengetahui adanya perintah berjilbab.
Mungkin
karena kurangnya pengetahuan bahwa sebenarnya jilbab itu wajib bagi
seluruh wanita muslim. Mungkin saja karena ia jarang mengikuti kajian
Islam, belum mempelajari Al Qur’an hingga ke terjemahannya, atau mungkin
karena ia tinggal di daerah konservatif, terpencil ataupun di “kawasan
hitam” perkotaan. Mungkin ada satu lagi golongan yang mengetahui
ilmunya, mempunyai pemahaman yang baik terhadap Islam, namun salah
menafsirkan sehingga manganggap bahwa jilbab tidak wajib karena
disesuaikan dengan konsep perkembangan peradaban manusia.
3. Tuntutan profesi.
Mungkin bidang kerjanya sebagai model, pramugari, polwan, dsb. Posisi ini adalah posisi yang memang serba sulit.
4. Pandangan yang terlalu sempit.
Mungkin
saja karena mengatasnamakan nasionalisme atau apalah namanya, akhirnya
menganggap bahwa jilbab itu merusak toleransi antar umat beragama
(SARA). Padahal kalau di Indonesia
sendiri, Bhinneka Tunggal Ika diartikan sebagai pemersatu bangsa
sekaligus sebagai wujud penghargaan terhadap perbedaan. Jadi seharusnya
jika kita masih menjunjung tinggi semboyan kita itu, maka berilah
kebebasan kepada para muslimah untuk berjilbab.
5. Pengambilan sample yang salah terhadap muslimah yang berjilbab.
Hal ini misalnya dengan menganalogikan hal yang satu dengan yang lainnya. Ada
orang yang berjilbab namun tingkah lakunya masih kurang sesuai dengan
syari’at. Lantas hanya dengan satu sample itu maka dijadikan suatu
stereotype terhadap seluruh perempuan berjilbab. Akhirnya mengambil
kesimpulan dari satu pengalaman saja tanpa melihat pada banyak hal yang
lain. Akhirnya muncul pendapat bahwa lebih baik tidak berjilbab namun
kelakuan baik daripada berjilbab tapi kelakuannya kurang baik. Nah, ini
dia salahnya. Seharusnya kita tahu bahwa manusia diciptakan berbeda satu
sama lain. Kenapa tidak kita ciptakan saja pendapat “yang terbaik
adalah berjilbab dan kelakuannya baik” pada diri kita?
6. Anggapan bahwa jilbab membatasi aktivitas.
Ehmm..kata
siapa berjilbab itu ribet dan membatasi aktivitas. Itu pasti karena
belum terbiasa saja. Kalau sudah terbiasa pasti enjoy aja. Nyatanya
sekarang ini justru banyak jilbaber-jilbaber yang menjadi “orang
penting” di dalam organisasinya. Mereka tetap bebas bergerak, masih
tetap bisa berolahraga.
“Maa anzalna alaykal qur’aana li tasqaa” (Sungguh Kami turunkan Al-Qur’an tidak untuk menyusahkanmu).
Allah
menciptakan hukum Islam bukan untuk menyulitkan hambaNya melainkan
untuk melindungi hambaNya. Jilbab ibarat perisai bagi muslimah, menutup
aurat supaya terjaga dari pandangan pria yang bukan muhrimnya.
7. Faktor pribadi
Merasa
lebih cantik jika tanpa jilbab? Ah, itu salah besar. Justru jika
berjilbab, kulit kita akan terlindungi debu dan panas terik matahari.
Ya, ngga?!.
Merasa rugi jika
selagi masih muda tidak bisa berpenampilan secara bebas mengikuti trend
dan mode? Waduh, dasar cewek. Emangnya zaman sekarang ga ada model
jilbab yang modis ya? Ada
tuh…Sudah banyak kok model-modelnya, mulai dari warna, corak dan bentuk.
Tapi, disini harus tau lah membedakan antara yang jilbab syar’i (sesuai
dengan syariat Islam) dengan yang hanya asal pakai saja. Jangan jadi
orang yang asal pakai jilbab saja. Memakai jilbab harus sesuai dengan
ketentuan hukum Islam yakni menutup dada dan tidak transparan. Hal ini
juga harus diikuti dengan pemakaian busana yang longgar, tidak
memperlihatkan aurat dan lekuk tubuh. Jangan mau menjadi korban mode
tanpa jilbab, yang mempertontonkan aurat kepada siapa saja secara
gratis!
Takut dibilang seperti
ibu-ibu? Nggak juga tuh…! Cuek bebek aja lagi. Justru banyak pria sholeh
dan dari kalangan baik-baik yang bakal demen, yakin deh…^-^. Ups, tapi
inget ya, bukan itu tujuan berjilbab. (Di dalam Islam diajarkan untuk
menjaga hati dan pandangan loh..).
”Katakanlah kepada orang-orang mukmin untuk menjaga pandangan mata mereka…”(QS. An-Nur : 30)
Takut
susah mendapatkan jodoh/ pekerjaan? Tunggu dulu nih…Salah jika
berpendapat seperti itu. Jodoh dan rizki adalah ketentuan Allah, jadi
manusia hanya mengusahakan saja. Harus tetap optimis. Di dalam Al Qur’an
disebutkan bahwa wanita yang baik-baik adalah untuk pria yang baik
pula. Nah, perempuan sholihah berjilbab pasti bakal dipertemukan dengan
pria yang baik dan sholih pula. Cinta yang tumbuh adalah cinta karena
Allah. Sedangkan pria yang menyukai wanita tidak berjilbab, ada
kemungkinan bahwa cintanya bukan karena Allah tapi karena hawa nafsu.
Kalau pekerjaan, carilah pekerjaan yang baik dimana hak kita sebagai
muslim pun tetap dihargai.
Merasa
belum pantas berjilbab karena merasa belum pandai ilmu Islam? Bukan
jadi masalah. Semua butuh proses, tapi yang paling penting adalah
tunaikanlah dulu kewajiban berjilbab. Setelah mampu berjilbab secara
fisik, maka sedikit demi sedikit kita bisa membuat jilbab untuk hati.
Semuanya itu secara bertahap, tidak bisa seketika. Seperti halnya proses
penciptaan manusia dan alam semesta, proses perbaikan diri pun bertahap
tidak seketika jadi.
Dan Dia-lah yang menciptakan langit dan bumi dalam enam masa,…(QS. Huud :7)
8. Fitnah terhadap Islam yang selama ini tersebar.
Mungkin
jika di tanah air pada tahun-tahun sebelumnya pernah tersebar isu
jilbab “ninja”, maka yang sekarang muncul adalah isu terorisme yang mana
Islam dikambinghitamkan, bahkan perempuan bercadar ikut dicurigai. Yang
lebih memprihatinkan lagi adalah saat orang-orang yang mengaku beragama
Islam juga ikut memojokkan Islam dengan mencurigai wanita berjilbab
lebar, pria berjenggot maupun madrasah-madrasah. Hal inilah salah satu
yang menjadi kekhawatiran masyarakat tentang pemakaian jilbab, dalam
artian takut terlibat menjadi orang yang dicurigai dengan hal-hal yang
seperti itu, sehingga takut untuk mengenakan jilbab.
Dan
masih banyak lagi faktor-faktor lain yang mungkin tidak tersebutkan
disini yang mungkin anti sekalian alami di saat sekarang ini.
Nah,
bagi anti sekalian yang sudah mempunyai niat berjilbab, ada beberapa
tips yang mungkin bisa dicoba sejak sekarang supaya hati kian mantap
untuk berjilbab :
1. Bulatkan niat untuk berjilbab.
Innamal a’malu binniyat.
Tetapkan hati, mulai dari hal-hal yang kecil, misalnya mengenakan
pakaian yang ada dalam batas kesopanan. Lalu, saat niat memakai jilbab
muncul, bersegeralah memakainya, jangan menunggu terlalu lama hingga
akhirnya keraguan itu muncul kembali. Buatlah komitmen pribadi, sekali
memakai jilbab jangan bongkar pasang lagi. Ingat perintah Allah, jangan
mencari-cari lagi dalil lain yang ternyata salah penafsiran. Luruskan niat berjilbab adalah karena Allah, bukan karena hal lain.
Bukan karena ingin mendapatkan pujian dari orang lain atau pun bukan
karena menyukai pria yang suka pada muslimah berjilbab. Jangan sampai
niat kita salah dan menjadi sia-sia karena tidak terhitung mendapatkan
pahala.
“Barang siapa yang melakukan sesuatu amal yang bukan perintah kami(Allah dan RasulNya), maka amalan itu tertolak.” (HR. Muslim)
Bagi
yang masih terhalang karena belum diijinkan oleh orang tua, coba
lakukan pendekatan personal, berikan pemahaman sedikit demi sedikit.
Saya yakin antum yang lebih mengetahui karakter orangtua antum.
2. Sering-sering mempelajari Al Qur’an beserta maknanya, juga membaca buku-buku Islam.
3. Lebih sering datang ke majelis ilmu.
Datang
pada acara kajian Islam sedikit demi sedikit akan menyadarkan kita akan
pentingnya “nutrisi” untuk ruh kita. Apa yang kita dengarkan jangan
begitu saja dilupakan, namun untuk diingat dan diamalkan. Jadilah
golongan yang “sami’na wa atha’naa” (kami mendengar dan kami laksanakan), jangan seperti kaum kafirun yang “sami’na wa ashaynaa” (kami mendengar dan kami bantah).
4. Bergaul dengan orang yang mempunyai pemahaman agama yang lebih baik.
Rasulullah
bersabda : “Seseorang itu terletak pada agama teman dekatnya, sehingga
masing-masing kamu sebaiknya melihat kepada siapa dia mengambil teman
dekatnya” (HR Tirmidzi, Abu Dawud, al-Hakim, al-Baghawi).
Harus banyak bergaul dengan teman-teman yang sholihah.
5. Jadikan sabar dan sholat sebagai penolongmu.
6. Tetap berprestasi dengan jilbab yang syar’i.
Jadilah
muslimah yang berprestasi. Tunjukkan pada orang tua kita, sahabat kita,
orang yang ada di sekitar kita bahwa jilbab bukan menjadi penghalang
bagi aktivitas dan prestasi kita. Dan satu lagi, jangan lupa refresh
kembali arti jilbab syar’i…
Syukur-syukur kalau kita sudah berjilbab, bisa mengajak saudari-saudari kita yang lain…^-^
Eits,
satu lagi, setelah berjilbab, jaga jarak, jaga hati dan jaga pandangan
pada lawan jenis. Jangan terlena jika ada yang bersimpati…(hmmm…maklum
sih, soalnya anti jadi terlihat tambah anggun, teduh, intelek dan
sholihah…^^)
Semoga artikel
sederhana ini bisa bermanfaat bagi saya maupun para pengunjung blog ini
(amiin..). Dan saya ucapkan selamat berhijrah menunaikan perintah Allah
bagi yang belum sempat menunaikan perintah berjilbab..^-^
[www.bringislam.web.id]
Posting Komentar untuk "Jilbab Identitas Seorang Muslimah "