Tragis, Bayi di Makassar Terpanggang di Inkubator Akhirnya meninggal

MAKASSAR - Muhammad Fadli (31), tak kuasa menyembunyikan rasa kecewa saat ditanya musabab kematian salah satu anak kembarnya, Fadhlan Khairy Al-Faiq (5 hari).
Sedangkan Fayyadh Zafram Al Faiq, adik kembar almarhum Fadhlan, hingga Senin (27/10/2014) kemarin, dalam kondisi sehat. Kini Fayyad bersama ibunya, Rafika (28) di rumahnya, Jl Warga Jl Parinring Dalam I nomor 4, Perumnas Antang, Manggala, Makassar. (Baca: Kulitnya Melepuh dalam Inkubator, Bayi Berusia 5 Hari Akhirnya Meninggal)
Fadly (30) memperlihatkan luka terpanggang bayinya akibat inkubator di Perintis Kemerdekaan 4, Makassar, Senin (27/10/2014). Bayi yang lahir prematur pada hari selasa 21 Oktober 2014 di Rumah Sakit Bersalin Bunda meninggal akibat terpanggang di dalam inkubator yang disebabkan kelalaian petugas rumah sakit tersebut. 
"Ini mungkin sudah takdirnya anak saya, meninggal begitu," kata Fadli, kepada Tribun Timur (Tribunnews.com Network), kemarin siang.

Sebelum dimakamkan di pekuburan umum di Antang, Fadli menemukan dan sempat memotret sekitar bagian punggung, bagian paha belakang bayi prematur berbobot 1,75 kg dan panjang 49 cm ini, melepuh.
Dari lima slide foto yang dia perlihatkan di komputer desktop dan smartphone-nya, terlihat mengeluarkan nanah dan darah.
Hampir 48 jam, bayinya terpanggang selama dua hari dalam tabung penghangat bayi (incubator).
"Saya cuma ingin cukup almarhum Fadhlan yang meninggal karena kelalaian perawat. Biar orangtua lain tak merasakan apa yang kami rasakan sekarang," kata Fadli kepada Tribun Timur.
Fadli menggambarkan pola perawatan bayi yang baru lahir di RS Bunda, tidak sesuai dengan standar operasional dan prosedur (SOP) perawatan bayi (infant intensif care procedure).
"Di Bunda itu, kami sudah keluarkan uang sampai Rp 7 juta. Tapi pelayanannya tidak maksimal. Masa, hanya satu perawat saja yang berjaga setiap malamnya. Seharusnya tiga orang, seperti di Katerina. Makanya saya memindahkan anak saya ke Katerina," kata suami dari Rafika ini.
Dia juga mengaku kesal atas tindakan pihak rumah sakit ibu dan anak itu. Sebelum anaknya dirujuk ke RSIB Catherina Booth, dia melihat langsung kejanggalan pola perawatan bayinya.
"Waktu pemasangan infus, matanya justru bengkak, saya tanya ke suster piket, dibilang salah infus," ujarnya.
Fadly mengatakan, kondisi punggung bayi terbakar baru diketahui setelah sampai di Catherina Both Jl Arif Rate. Itupun pihak Catherina Both yang menyampaikan.
Sekedar diketahui, jika bayi masuk di ruang incubator, hanya perawat yang memiliki akses ke ruang steril dan suhu terkontrol itu.
"Kami hanya bisa intip dari jendela kaca," ujarnya.
Hingga dua hari kematian bayinya dan lima hari setelah bayinya dirujuk ke Catherina Booth ini, Fadli mengaku, pihak RSIB Bunda seakan-akan tak peduli. Pihak RSIB Bunda tak pernah menghubungi mereka.
"Apakah itu sekadar meminta maaf atas pelayanannya yang tidak maksimal. Seolah-olah RS Bunda tidak bersalah atas kejadian ini,” ujarnya lagi.
Setelah anaknya mendapat perawatan intensif di Catherina Booth, Fadli coba ke RSIB Bunda.
"Saya datang ke rumah sakit, justru perawatnya saling tunjuk menunjuk. Kemudian waktu saya minta nomornya dokter yang tangani, mereka tidak mau berikan," paparnya.
Fadly mengatakan belum melaporkan kejadian ini, lantaran kuburan bayinya akan dibongkar lagi.
"Saya takut, kalau dibongkar kuburannya, apalagi kondisi istri saya masih sakit dan tensinya tinggi," katanya. (sumber : tribunnews)
[www.bringislam.web.id]

Posting Komentar untuk "Tragis, Bayi di Makassar Terpanggang di Inkubator Akhirnya meninggal"