Integritas Diri Pengemban Dakwah

Assalamu'alaikum wr.wb.

Amma ba'du. Didalam dunia dakwah ada adagium: الدعوة ستمشى بنا أو بغيرنا dakwah akan tetap berjalan, baik kita terlibat maupun tidak terlibat. Sebagai salah satu dari hukum syara' posisi dakwah sama seperti hukum syara' - hukum syara' yang lain. Sholat jum'at misalnya, kita ikut sholat atau tidak, pelaksanaan sholat jum'at tetap jalan terus. Dakwah akan senantiasa terus berjalan selama masih ada kehidupan manusia. Dakwah adalah jalan para Nabi dan para Rasul, karenanya akan terus mengalir sampai Islam tegak dan berkuasa di bumi Allah.

Adapun orang-orang yang terus berjalan bersama dakwah dan istiqamah menyampaikan Islam adalah orang-orang yang mulia. Sebagai orang mulia, dia tidak layak merendahkan dirinya dalam kubangan kenistaan, bergelimang dengan kemaksiyatan. Boro-boro melakukan kemaksiyatan...menjalankan ke-mubah-an saja bagi dirinya adalah kerugian yang luar biasa. Dia akan senantiasa menggunakan waktu-waktunya untuk terikat pada hukum syara'. Dia akan senantiasa meng-upgrade dirinya, terus berputar kencang mengejar dan mengarungi kehidupan bersama dakwahnya. Karena memang tabiat dakwah itu berkembang dan menyebar hingga penjuru dunia, و ما أرسلناك إلا رحمة للعالمين (al-Anbiya': 107).

Peningkatan diri pengemban dakwah harus seiring dengan perkembangan dakwah. Ingat...dakwah memiliki manhaj. Ketika dakwah sudah berada ditengah-tengah masyarakat, pada tahapan berinteraksi dengan masyarakat, bahkan sudah mendekati titik berkuasa,...maka pengemban dakwah seharusnya melebur dan menceburkan dirinya dengan ritme dakwah dengan sesegera mungkin. Dia harus meningkatkan integritasnya secara mandiri, dia harus mentarbiyah syakhsiyyahnya secara otodidak. Tsaqofah-tsaqofah hizbiyah yang ada dalam kitab mutabannah atau ghoiru mutabannah harus segera dia kuasai, tanpa manja menunggu dua jam dalam mingguannya.

Kemampuan mentarbiyah syakhsiyyah secara mandiri inilah yang menjadikan syabab bisa bertahan dalam berbagai ujian dan cobaan dakwah. Ia tidak futur (malas dan lesu), tidak kendur semangat dakwahnya, pemikirannya tidak jumud dan tidak akan bimbang, lagi ragu menjawab berbagai tuduhan.

Optimalitas syabab mengup-grade diri dalam mengemban dakwah karena dia sadar bahwa dia tidak mau mengkhianati Allah dan Rasul-Nya, يا أيها الذين آمنوا لا تخونوا الله و الرسول و تخونوا أماناتكم و أنتم تعلمون (al-Anfal:27). Nabi SًِِِAW akan mempertimbangkan kemampuan utusan dakwahnya dalam pengembangan integritas dirinya. Hal ini sebagaimana yang ditanyakan Rasulullah SAW pada Muadz bin Jabal saat akan diutus ke Yaman.

“Wahai Muadz, bila kamu berada di tempat yang baru nanti, jika menemukan suatu persoalan apa yang akan kamu putuskan?”

“Aku akan putuskan berdasarkan Kitab Allah.” jawab Muadz.

“Bila kamu tidak menemukan pada Kitab Allah, dengan apa kau putuskan?”

“Aku akan tetapkan berdasarkan Sunnah Rasulullah.”

“Bila tidak juga kamu dapati di dalamnya, apa yang akan kamu lakukan?”

“Aku akan putuskan dengan akal pikiranku (ijtihadku).”

Kapabilitas semacam itulah diharapkan mampu menyelesaikan setiap permasalahan yang selalu muncul di lapangan dakwah. Sehingga ia tidak selalu menyerahkan masalah itu pada qiyadah dakwah ataupun aktivis lainnya.

Kemampuan syabab meleburkan dirinya dalam tim jama'ah dakwah secara optimal akan membentuk satu kesatuan tim yang dahsyat betul. Proses pembinaan yang ditujukan untuk membentuk jiwa-jiwa mufakkirun-siyasiyun dan siyasiyun-mufakkirun akan melahirkan pribadi-pribadi muslim yang berintegritas tinggi. Seluruh kewajiban dia jalankan seukur kemampuannya. Sebagai pengemban dakwah, dia berdakwah dengan serius.... Sebagai anak, dia akan birru al-walidaini.... Sebagai mahasiswa, dia belajar optimal hingga lulus cum-loude.... Sebagai suami, sebagai ayah, dan lain-lain.. Dan dalam setiap perannya, dia optimal mengikatkan dirinya pada hukum Syara' atas dasar ke-iman-an yang terpatri dalam diri.

Wallahu a'lam bi ashowwab.

Ditulis oleh:

Muh. Dhuha Ghufron dalam rangka memberikan motivasi syabab UII (16 Jan 2012)

Sumber: Integritas Diri Pengemban Dakwah

Posting Komentar untuk "Integritas Diri Pengemban Dakwah"