Kehancuran Bangsa Yahudi Menurut Al-Qur’an Dan Sunnah
Oleh, Syaikh Abu Usamah Salim bin Ied al-Hilali
Nubuwat al-Qur’an Tentang Kebinasaan Bangsa Yahudi
Wahai saudara-saudaraku kaum muslimin yang dimuliakan Allah …
Berbesar hatilah, karena Allah Azza wa Jalla berfirman:
وَقَضَيْنَا إِلَى بَنِي إِسْرَائِيلَ فِي الْكِتَابِ لَتُفْسِدُنَّ فِي الأَرْضِ مَرَّتَيْنِ وَلَتَعْلُنَّ عُلُوًّا كَبِيرًا فَإِذَا جَاء وَعْدُ أُولاهُمَا بَعَثْنَا عَلَيْكُمْ عِبَادًا لَّنَا أُوْلِي بَأْسٍ شَدِيدٍ فَجَاسُواْ خِلاَلَ الدِّيَارِ وَكَانَ وَعْدًا مَّفْعُولاً ثُمَّ رَدَدْنَا لَكُمُ الْكَرَّةَ عَلَيْهِمْ وَأَمْدَدْنَاكُم بِأَمْوَالٍ وَبَنِينَ وَجَعَلْنَاكُمْ أَكْثَرَ نَفِيرًا إِنْ أَحْسَنتُمْ أَحْسَنتُمْ لِأَنفُسِكُمْ وَإِنْ أَسَأْتُمْ فَلَهَا فَإِذَا جَاء وَعْدُ الآخِرَةِ لِيَسُوؤُواْ وُجُوهَكُمْ وَلِيَدْخُلُواْ الْمَسْجِدَ كَمَا دَخَلُوهُ أَوَّلَ مَرَّةٍ وَلِيُتَبِّرُواْ مَا عَلَوْاْ تَتْبِيرًا عَسَى رَبُّكُمْ أَن يَرْحَمَكُمْ وَإِنْ عُدتُّمْ عُدْنَا وَجَعَلْنَا جَهَنَّمَ لِلْكَافِرِينَ حَصِيرًا
“Dan Telah kami tetapkan terhadap Bani Israil dalam Kitab itu: “Sesungguhnya kamu akan membuat kerusakan di muka bumi Ini dua kali dan pasti kamu akan menyombongkan diri dengan kesombongan yang besar”. Maka apabila datang saat hukuman bagi (kejahatan) pertama dari kedua (kejahatan) itu, kami datangkan kepadamu hamba-hamba kami yang mempunyai kekuatan yang besar, lalu mereka merajalela di kampung-kampung, dan Itulah ketetapan yang pasti terlaksana. Kemudian kami berikan kepadamu giliran untuk mengalahkan mereka kembali dan kami membantumu dengan harta kekayaan dan anak-anak dan kami jadikan kamu kelompok yang lebih besar. Jika kamu berbuat baik (berarti) kamu berbuat baik bagi dirimu sendiri dan jika kamu berbuat jahat, maka (kejahatan) itu bagi dirimu sendiri, dan apabila datang saat hukuman bagi (kejahatan) yang kedua, (Kami datangkan orang-orang lain) untuk menyuramkan muka-muka kamu dan mereka masuk ke dalam masjid, sebagaimana musuh-musuhmu memasukinya pada kali pertama dan untuk membinasakan sehabis-habisnya apa saja yang mereka kuasai. Mudah-mudahan Tuhanmu akan melimpahkan rahmat(Nya) kepadamu; dan sekiranya kamu kembali kepada (kedurhakaan) niscaya kami kembali (mengazabmu) dan kami jadikan Neraka Jahannam penjara bagi orang-orang yang tidak beriman.” ( QS al-Israa’ 17:4-8)
Pertama : Ayat ini menegaskan terjadinya dua kerusakan yang
dilakukan oleh Bani Israil. Sekiranya dua kerusakan yang dimaksud sudah
terjadi pada masa lampau, maka sejarah telah mencatat bahwa Bani Israil
telah berbuat kerusakan berkali-kali, bukan hanya dua kali saja. Akan
tetapi yang dimaksudkan di dalam Al-Qur’an ini merupakan puncak
kerusakan yang mereka lakukan. Oleh karena itulah Allah mengirim kepada
mereka hamba-hamba-Nya yang akan menimpakan azab yang sangat pedih
kepada mereka.
Kedua : Dalam sejarah tidak disebutkan kemenangan kembali
Bani Israil atas orang-orang yang menguasai mereka terdahulu. Sedangkan
ayat di atas menjelaskan bahwa Bani Israil akan mendapatkan giliran
mengalahkan musuh-musuh yang telah menimpakan azab saat mereka berbuat
kerusakan yang pertama. Allah mengatakan : “Kemudian kami berikan
kepadamu giliran untuk mengalahkan mereka kembali.”
Ketiga : Sekiranya yang dimaksudkan dengan dua kerusakan itu
adalah sesuatu yang telah terjadi, tentulah tidak akan diberitakan
dengan lafazh idza, sebab lafazh tersebut mengandung makna zharfiyah (keterangan waktu) dan syarthiyah (syarat)
untuk masa mendatang, bukan masa yang telah lalu. Sekiranya kedua
kerusakan itu terjadi di masa lampau, tentulah lafazh yang digunakan
adalah lamma bukan idza. Juga katalatufsidunna (Sesungguhnya kamu akan membuat kerusakan), huruf laam dan nuun berfungsi sebagai ta’kid(penegasan) pada masa mendatang.
Keempat : Demikian pula firman Allah : “dan Itulah ketetapan yang pasti terlaksana”
menunjukkan sesuatu yang terjadi pada masa mendatang. Sebab tidaklah
disebut janji kecuali untuk sesuatu yang belum terlaksana.
Kelima : Para penguasa dan bangsa-bangsa yang menaklukan
Bani Israil dahulu adalah orang-orang kafir dan penyembah berhala. Namun
bukankah Allah Subhanahu wa Ta’ala telah mengatakan dalam ayat di atas : “Kami datangkan kepadamu hamba-hamba kami yang mempunyai kekuatan yang besar”.
Sifat tersebut mengisyaratkan bahwa mereka itu adalah orang-orang yang
beriman, bukan orang-orang musyrik atau penyembah berhala. Pernyertaan
kata “Kami” dalam kalimat di atas sebagai bentuk tasyrif (penghormatan). Sementara kehormatan dan kemuliaan itu hanyalah milik orang-orang yang beriman.
Keenam : Dalam aksi pengerusakan kedua yang dilakukan oleh
Bani Israil terdapat aksi penghancuran bangunan-bangunan yang menjulang
tinggi (gedung pencakar langit). Sejarah tidak menyebutkan bahwa pada
zaman dahulu Bani Israil memiliki bangunan-bangunan tersebut.
Kesimpulan : Hakikat dan analisa ayat-ayat di atas
menegaskan bahwa dua aksi pengerusakan yang dilakukan oleh Bani Israil
akan terjadi setelah turunnya surat al-Israa’ di atas.
Realita : Sekarang ini bangsa Yahudi memiliki daulah di
Baitul Maqdis. Mereka banyak berbuat kerusakan di muka bumi. Mereka
membunuhi kaum wanita, orang tua, anak-anak yang tidak mampu apa-apa dan
tidak dapat melarikan diri. Mereka membakar tempat isra’ Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa Salam dan merobek-robek kitabullah. Mereka melakukan kejahatan di mana-mana hingga mencapai puncaknya.
Mereka menyebarkan kenistaan, kemaksiatan, kehinaan, pertumpahan
darah, pelecehan kehormatan kaum muslimin, penyiksaan dan pelanggaran
perjanjian.
Jadi, aksi pengerusakan yang kedua sedang berlangsung sekarang dan
telah mencapai titik klimaks dan telah mencapai puncaknya. Sebab tidak
ada lagi aksi pengerusakan yang lebih keji daripada yang berlangsung
sekarang.
Adakah aksi yang lebih keji daripada membakar rumah Allah?
Adakah aksi pengerusakan yang lebih jahat daripada merobek-robek kitabullah dan menginjak-injaknya?
Adakah aksi pengerusakan yang lebih sadis daripada membunuhi
anak-anak, orang tua dan kaum wanita serta mematahkan tulang mereka
dengan bebatuan?
Adakah aksi pengerusakan yang lebih besar daripada pernya
taan perang
secara terang-terangan siang dan malam melawan Islam dan para juru
dakwahnya?
Sungguh demi Allah, itu semua merupakan aksi pengerusakan yang tiada tara!!!
Lalu Allah Azza wa Jalla melanjutkan firman-Nya : “dan untuk membinasakan sehabis-habisnya apa saja yang mereka kuasai”.
Artinya, hamba-hamba Allah kelak akan meruntuhkan apa saja yang
dibangun dan dikuasai oleh bangsa Yahudi. Mereka akan menggoyang benteng
Yahudi dan meluluhlantakkan serta meratakannya dengan tanah.
Sebelumnya, tidak pernah disaksikan bangunan-bangunan menjulang tinggi
di tanah Palestina kecuali pada masa kekuasaan Zionis sekarang ini.
Gedung-gedung pencakar langit dan rumah-rumah pemukiman dibangun di
setiap jengkal tanah Palestina yang diberkahi.
Kami katakan kepada mereka : Dirikanlah terus wahai anak keturunan
Zionis, tinggikan bangunan sesukamu! Sesungguhnya kehancuran kalian di
situ dengan izin Allah.
Dan tak lama lagi kalian akan luluhlantak dan tertimpa bangunan kalian itu! Dan Allah takkan memungkiri janjinya : “dan Itulah ketetapan yang pasti terlaksana”.
Penguasaan Masjidil Aqsha tidak disebutkan pada kali yang pertama dan disebutkan pada kali yang kedua.
Sebab penguasaan Masjidil Aqsha oleh kaum muslimin akan berakhir.
Kalaulah belum berakhir berarti penguasaan yang kedua merupakan lanjutan
dari yang pertama. Akan tetapi berhubung penguasaan Masjidil Aqsha yang
pertama akan berakhir, maka penguasaan untuk yang kedua kalinya
merupakan peristiwa baru.
Dan itulah realita yang terjadi! Penguasaan pertama telah berakhir
sesudah bangsa Yahudi menguasai al-Quds serta beberapa wilayah tanah
Palestina lainnya dalam satu serangan yang sangat sporadis pada tahun
1967, orang-orang menyebutnya tahun kekalahan. Sebelumnya pada tahun
1948 mereka sebut dengan tahun kemalangan.
Penguasaan yang pertama berakhir disebutkan karena adanya faktor
penghalang yang menghalangi kaum muslimin untuk menguasainya. Penghalang
itu merupakan musuh bagi Islam dan kaum muslimin. Dan cukuplah Yahudi
sebagai musuh bebuyutan yang sangat menentang Islam, kaum muslimin dan
para pembela Islam.
Maka kita harus membebaskan tanah kita yang dirampas dan membuat
perhitungan dengan mereka serta menyalakan api kebencian terhadap
mereka!!! Sudah tergambar pada wajah mereka tanda-tanda kemalangan dan
kehinaan.
Kaum muslimin akan kembali menguasai Masjidil Aqsha –insya Allah-
sebagaimana kaum salafus shalih menguasainya pertama kali. Sebab
kehancuran kedua yang telah dijanjikan oleh Allah dalam firman-Nya : “dan
apabila datang saat hukuman bagi (kejahatan) yang kedua, (Kami
datangkan orang-orang lain) untuk menyuramkan muka-muka kamu dan mereka
masuk ke dalam mesjid, sebagaimana musuh-musuhmu memasukinya pada kali
pertama”.
Kita sedang menanti peristiwa itu sebagai kebenaran janji Allah dan kebenaran berita-berita RasulullahShallallahu ‘alaihi wa Salam. Pada hari itu kaum muslimin bergembira dengan pertolongan dari Allah Azza wa Jalla.[2]
Nubuwat as-Sunnah ash-Shahihah tentang Kebinasaan Bangsa Yahudi Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa Salam telah mengabarkan bahwa kaum muslimin akan berperang melawan bangsa Yahudi, beliau Shallallahu ‘alaihi wa Salam bersabda :
“Tidak akan tiba hari kiamat sehingga kaum muslimin berperang melawan
Yahudi. Sampai-sampai apabila orang Yahudi bersembunyi di balik
pepohonan atau bebatuan, maka pohon dan batu itu akan berseru, ‘wahai
Muslim, wahai hamba Allah, ini orang Yahudi ada bersembunyi di balikku,
kemarilah dan bunuhlah ia.’ Kecuali pohon Ghorqod, karena ia adalah
pohon Yahudi.” (Muttafaq ‘alaihi dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu).
Diriwayatkan oleh Syaikhaini (Bukhari dan Muslim) dari Abdullah bin ‘Umar radhiyallahu ‘anhuma bahwasanya Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa Salam bersabda
: “Kalian benar-benar akan membunuhi kaum Yahudi, sampai-sampai mereka
bersembunyi di balik batu, maka batu itupun berkata, ‘wahai hamba Allah,
ini ada Yahudi di belakangku, bunuhlah dia!’.”
Hadits-hadits di atas menunjukkan bahwa :
Pertama : Akan datang masa sebelum datangnya hari kiamat
bahwa kaum muslimin dan bangsa Yahudi akan mengalami peperangan besar
dan ini adalah suatu hal yang pasti akan terjadi.
Kedua : Bangsa Yahudi akan dibantai oleh kaum muslimin, dan
hal ini terjadinya di bumi Palestina, dan saat itu seluruh pepohonan dan
bebatuan yang dijadikan tempat persembunyian bangsa Yahudi akan berseru
memanggil kaum muslimin untuk membunuh mereka, kecuali pohon Ghorqod.
Ketiga : Hal ini menunjukkan bahwa kemenangan berada di
tangan Islam dan kehinaan akan meliputi bangsa Yahudi yang terlaknat dan
terkutuk.
Keempat : Berkaitan dengan sabda Rasulullah Shallallahu
‘alaihi wa Salam yang diriwayatkan oleh Abdullah bin ‘Umar radhiyallahu
‘anhuma di atas, dimana Nabi Shallallahu ‘alaihi wa Salam bersabda “latuqootilunna” (Kalian benar-benar akan membunuhi kaum Yahudi) yang disertai dengan lam dan nun sebagai ta’kid(penegasan) akan kepastian hal ini. Khithab (seruan) Nabi ini adalah kepada para sahabat, hal ini menunjukkan secara sharih bahwa
masa depan adalah milik Islam saja –biidznillahi-, namun haruslah
dengan metode para sahabat Nabi dan kaum salaf yang shalih.
Kelima : Berkaitan dengan sabda Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa Salam yang diriwayatkan oleh Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu di atas, dimana Nabi Shallallahu ‘alaihi wa Salam bersabda tentang seruan batu dan pohon : “Wahai muslim, wahai hamba Allah…”
yang menunjukkan manhaj tarbawi (pendidikan) ishlahi (pembenahan) yang
ditegakkan di atas manifestasi tauhid dan al-‘Ubudiyah (penghambaan)
yang merupakan cara di dalam menegakkan syariat Islam di muka bumi dan
melanggengkan kehidupan Islami berdasarkan manhaj nabawi.[3]
Tha`ifah al-Manshurah adalah Pembebas Negeri Syam al-Muqoddasah
Allah Subhanahu wa Ta’ala telah memberkahi negeri Syam di dalam kitab-Nya al-Majid (yang terpuji) di dalam 5 ayat, sebagai berikut :
“Dan kami selamatkan Ibrahim dan Luth ke sebuah negeri yang kami
Telah memberkahinya untuk sekalian manusia.” (QS al-Anbiyaa’ 21:71)
“Dan (telah kami tundukkan) untuk Sulaiman angin yang sangat
kencang tiupannya yang berhembus dengan perintahnya ke negeri yang Kami
telah memberkatinya, dan adalah Kami Maha Mengetahui segala sesuatu.”
(QS al-Anbiyaa’ 21:81)
“Dan kami pusakakan kepada kaum yang telah ditindas itu,
negeri-negeri bahagian timur bumi dan bahagian baratnya yang telah Kami
beri berkah padanya, dan telah sempurnalah perkataan Tuhanmu yang baik
(sebagai janji) untuk Bani Israil disebabkan kesabaran mereka, dan kami
hancurkan apa yang telah dibuat Fir’aun dan kaumnya dan apa yang telah
dibangun mereka.” ( QS al-A’raaf 7:137)
“Dan kami jadikan antara mereka dan antara negeri-negeri yang kami
limpahkan berkat kepadanya, beberapa negeri yang berdekatan dan kami
tetapkan antara negeri-negeri itu (jarak-jarak) perjalanan, berjalanlah
kamu di kota-kota itu pada malam hari dan siang hari dengan dengan
aman.” (QS Sabaa` 34:18)
“Maha Suci Allah, yang Telah memperjalankan hamba-Nya pada suatu
malam dari Al Masjidil Haram ke Al Masjidil Aqsha yang telah Kami
berkahi sekelilingnya.” ( QS al-Israa` 17:1)
Seluruh ayat di atas menunjukkan akan keutamaan dan keberkahan negeri
Syam, tidak diketahui adanya perselisihan para ulama tafsir tentangnya.
Negeri Syam adalah negeri yang memiliki fadhilah (keutamaan)
dibandingkan negeri-negeri lainnya.
Di negeri inilah risalah-risalah kenabian banyak diturunkan, para
rasul banyak diutus dan menjadi tempat hijrah para Nabi Allah. Di
dalamnya terdapat kiblat pertama kaum muslimin, di-isra`kannya Nabi Shallallahu ‘alaihi wa Salam.
Di dalamnya Dajjal akan binasa di tangan al-Masih ‘alaihi Salam,
demikian pula Ya’juj dan Ma’juj serta bangsa Yahudi akan binasa.
Namun negeri ini kini terampas dan terjajah, dirampas dan dijajah
oleh bangsa terburuk di muka bumi ini. Namun penjajahan mereka atas bumi
Palestina dan Syam adalah penggalian kuburan bagi mereka sendiri.
Karena Nabi yang mulia telah memilih negeri ini sebagai bangkitnya
ath-Tha`ifah al-Manshurah (golongan yang mendapat pertolongan) yang akan
membinasakan bangsa Yahudi dan membebaskan negeri Syam dari kekuasaan
mereka serta menegakkan Islam sebagai agama yang haq.
Berikut ini adalah hadits-hadits yang menjelaskannya:
Pertama : Hadits ‘Imran bin Hushain radhiyallahu ‘anhu :
“Akan senantiasa ada segolongan dari umatku, yang berperang di atas
kebenaran, yang menampakkan (kebenaran) terhadap orang-orang yang
mencela mereka, hingga terbunuhnya orang yang terakhir dari mereka,
yaitu al-Masih ad-Dajjal.” (HR Abu Dawud : 2484; Ahmad : IV/329 dan
IV/343; ad-Daulabi dalam al-Kuna : II/8; al-Lalika`i dalam Syarh I’tiqod
‘Ushulis Sunnah no. 169; dan al-Hakim : IV/450; dari jalan Hammad bin
Salamah, meriwayatkan dari Qotadah, dari Mutharif).
Al-Hakim berkata : “Shahih menurut syarat Muslim” dan Imam
adz-Dzahabi menyepakatinya. Syaikh Salim berkata : “Hadits ini
sebagaimana yang dikatakan oleh al-Hakim”.
Dan menyertai (tabi’) riwayat ini adalah riwayat dari Abul ‘Alaa` bin
asy-Syakhir dari saudaranya Mutharif, dikeluarkan oleh Ahmad (IV/434),
dan Syaikh Salim berkomentar : “isnadnya shahih menurut syarat imam yang
enam.”
Kedua : Hadits Salamah bin Nufail radhiyallahu ‘anhu : “Saat
ini akan tiba masa berperang, akan senantiasa ada segolongan dari
umatku yang menampakkan (kebenaran) di hadapan manusia, Allah mengangkat
hati-hati suatu kaum, mereka akan memeranginya dan Allah Azza wa Jalla menganugerahkan
kepada mereka (kemenangan), dan mereka tetap dalam keadaan demikian,
ketahuilah bahwa pusat negeri kaum mukminin itu berada di Syam, dan
ikatan tali itu tertambat di punuk kebaikan hingga datangnya hari
kiamat.” (HR Ahmad : IV/104; an-Nasa`i : VI/214-215; Ibnu Hibban :
1617-Mawarid; al-Bazzar dalam Kasyful Astaar : 1419; dari jalan al-Walid
bin Abdurrahman al-Jarsyi dari Jabir bin Nufair.)
Syaikh Salim berkata : “Dan isnad ini shahih menurut syarat Muslim.”
Ketiga : Hadits Qurrah radhiyallahu ‘anhu : “Apabila
penduduk negeri Syam telah rusak, maka tidak ada lagi kebaikan bagi
kalian. Akan senantiasa ada segolongan dari umatku yang mendapatkan
pertolongan, tidaklah membahayakan mereka orang-orang yang menyelisihi
mereka hingga datangnya hari kiamat.” (HR at-Tirmidzi : 2192; Ahmad :
V/34; al-Lalika`i : 172; Ibnu Hibban : 61; al-Hakim di dalam Ma’rifatu
‘Ulumul Hadits hal. 2; dari jalan Syu’bah bin Mu’awiyah bin Qurrah, dari
ayahnya secara marfu’)
Imam at-Tirmidzi berkata : “hadits hasan shahih.” Syaikh Salim
berkomentar : “Hadits ini shahih menurut syarat Syaikhaini (Bukhari dan
Muslim).”
Keempat : Hadits Sa’ad bin Abi Waqqosh radhiyallahu ‘anhu yang memiliki dua lafazh yang berbeda, yaitu :
Pertama : Beliau berkata, bersabda Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa Salam :
“Akan senantiasa ada segolongan dari umatku yang menampakkan (diri) di
atas kebenaran, yang senantiasa perkasa hingga hari kiamat.” (HR
al-Lalika`i di dalam Syarh Ushul I’tiqod Ahlis Sunnah wal Jama’ah :
170).
Kedua : Beliau berkata, bersabda Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa Salam :
“Akan senantiasa penduduk Maghrib (barat) menampakkan kebenaran hingga
datangnya hari kiamat.” (HR Muslim : XIII/68-Nawawi; Abu Nu’aim di dalam
al-Hilyah : III/95-96; as-Sahmi di dalam Tarikh Jurjaan : 467; dan
selainnya dari jalan Abu Utsman al-Hindi)
Syaikh Salim berkomentar : “Iya, Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa Salam telah
menjelaskan negeri al-Firqah an-Najiyah dengan penjelasan yang terang
yang tidak ada lagi keraguan padanya, dan beliau mengabarkan bahwa
negeri itu adalah Syam yang diberkahi dan penuh kebaikan.”
Dan penjelasan Syaikh Salim al-Hilali di sini ditopang oleh penjelasan berikut :
Hadits Mu’adz bin Jabal radhiyallahu ‘anhu yang diriwayatkan oleh
‘Umair dari Malik bin Yakhomir, Mu’adz berkata : “Dan mereka ini
(ath-Tha`ifah al-Manshurah) berada di Syam.” Dan ucapan ini dihukumi
marfu’ karena tidaklah diucapkan dengan ra’yu (pendapat) dan ijtihad.
Hadits Sa’ad di atas : “Akan senantiasa penduduk Maghrib (barat)
menampakkan kebenaran hingga datangnya hari kiamat.” Syaikhul Islam Ibnu
Taimiyah rahimahullahu menukil dalam kitabnya Manaqib asy-Syam wa
Ahluhu (hal. 72-77) ucapan Imam Ahmad bin Hanbal : “Penduduk Maghrib,
mereka adalah penduduk Syam.
Syaikh Salim mengomentari : “Saya sepakat dengan dua alasan :
Pertama adalah, bahwa seluruh hadits-hadits di atas menjelaskan bahwa mereka adalah penduduk Syam.
Kedua, bahasa Nabi Shallallahu ‘alaihi wa Salam dan penduduk
Madinah tentang “penduduk Maghrib (barat)” maksudnya adalah penduduk
Syam, karena mereka (penduduk Maghrib) berada di barat mereka
(Rasulullah dan para sahabatnya), sebagaimana bahasa mereka tentang
“penduduk Masyriq (timur)” adalah penduduk Nejed dan Irak. Karena
Maghrib (barat) dan Masyriq (timur) adalah perkara yang nisbi (relatif).
Seluruh negeri yang memiliki barat maka bisa jadi merupakan bagian
timur bagi negeri lainnya dan sebaliknya. Dan yang menjadi pertimbangan
di dalam ucapan Nabi Shallallahu ‘alaihi wa Salam ini tentang barat dan timur adalah tempat beliau mengucapkan hadits ini, yaitu Madinah.”
Kesimpulan : Negeri Syam adalah negeri ath-Tha`ifah
al-Manshurah yang akan menampakkan kebenaran, tidaklah akan membahayakan
mereka orang-orang yang menyelisihi dan mencela mereka, mereka akan
mendapatkan kemenangan dari Allah dan mereka tetap dalam keadaan
demikian sampai datangnya hari kiamat. Ath-Tha’ifah al-Manshurah inilah
yang akan memenangkan Islam dan membebaskan negeri Syam dari belenggu
penjajahan bangsa Yahudi yang terlaknat, dan merekalah yang akan
membinasakan bangsa Yahudi terlaknat ini.
Catatan Kaki
[1] Sengaja kami pilih kata Nubuwat daripada kata ramalan,
karena kata nubuwat lebih sesuai dan pantas daripada penggunaan kata
ramalan. Kata ramalan seringkali berasosiasi dengan klenik, khurafat,
takhayul ataupun metafisika. Sedangkan nubuwat maka asosiasinya adalah
dengan wahyu : al-Qur’an atau as-Sunnah yang shahih.
[2] Disarikan dari “Jama’ah-Jama’ah Islamiyah Ditimbang Menurut
Al-Qur’an dan As-Sunnah” (terj. Al-Jama’at al-Islamiyyah fi Dhou’il
Kitaabi was Sunnah), karya Syaikh Salim bin Ied al-Hilaly, pent. Ust.
Abu Ihsan al-Atsari, Pustaka Imam Bukhari, Jilid I, cet. I, Juni 2003,
hal. 90-108.
[3] Dipetik secara ringkas dan bebas dari artikel yang berjudul Haditsu Qitaali al-Yahuudi Riwaayatan
*Disarikan dari artikel yang berjudul ath-Tha`ifah al-Manshurah
wal Bilaad al-Muqoddasah, karya Syaikh Abu Usamah Salim bin Ied
al-Hilali, dalam Majalah al-Asholah, no. 30, th, V, hal. 17-21.{Pizaro/BringBackIslam]
Posting Komentar untuk "Kehancuran Bangsa Yahudi Menurut Al-Qur’an Dan Sunnah"