Geng Motor : Entitas Kriminalitas Buruknya Kehidupan Sosial Sekulerisme-Kapitalisme
Maraknya kemunculan geng motor tidak lepas dari hancurnya tatanan sosial
masyarakat. Banyak remaja dan kaum muda yang merasa frustrasi karena
hidup dalam kemiskinan, putus sekolah, broken home, bingung dan cemas
menghadapi masa depan. Ditambah lagi agama telah dijauhkan dari
kehidupan kecuali sekedar aturan ibadah belaka.
Sementara dalam masyarakat kapitalisme-sekuler seperti di Indonesia, telah berlaku pola hidup survival of the fittest atau
hukum rimba, siapa yang kuat maka akan menang. Karena merasa lemah
sejumlah orang berkumpul untuk memiliki entitas sosial yang kuat. Geng
motor adalah salah satu entitas yang dianggap memuaskan. Memiliki
kesamaan pemikiran dan perasaan –jiwa antisosial –, mereka bersatu
dalam satu wadah lalu merasa kuat untuk melakukan tindak kekerasan
terhadap siapa saja yang mereka anggap sebagai lawan, termasuk kepada
masyarakat.
Dalam entitas seperti geng motor, solidaritas dibangun amat kuat
ditambah dengan ancaman bagi siapa saja yang dianggap ‘berkhianat,
apakah itu membelot kepada kelompok lain atau keluar. Penganiayaan dan
kekerasan bisa dijatuhkan kepada anggota yang dianggap berkhianat. Ini
yang membuat ikatan di antara anggota geng motor menjadi solid.
Selain itu adanya jaminan perlindungan dari geng dan juga pimpinan
membuat mereka berani melakukan hal-hal antisosial yang dulu sulit
mereka lakukan, seperti memalak, melakukan tindak kekerasan, merusak
fasilitas umum termasuk melakukan pemerkosaan dan pembunuhan.
Keberadaan pimpinan yang kharismatis sekaligus sadis juga salah satu
faktor geng motor ini jarang terpecah. Pimpinan geng motor biasanya
selain royal kepada anak buahnya, juga tidak segan-segan melakukan
penganiayaan kepada mereka yang dianggap tidak setia. Kasus geng motor
pimpinan Klewang di Pekanbaru, salah satu contoh. Klewang selain kejam
juga membebaskan anak-anak buahnya melakukan seks bebas di antara mereka
dan menggunakan narkoba.
Geng motor semestinya sudah dimasukkan sebagai persoalan serius yang
mengancam keamanan masyarakat. Hampir di setiap kota besar terdapat geng
motor dengan aksi kejahatan mereka. Di Bandung aksi kejahatan geng
motor sudah lama dan berlangsung hingga kini. Di Medan seorang anggota
polisi tewas dikeroyok geng motor. Tahun lalu seorang anggota TNI AL
menjadi korban kebrutalan geng motor di Jakarta.
Selain itu para remaja dan kaum muda juga mudah tertarik untuk bergabung
dengan geng motor. Faktor kejiwaan remaja yang labil akibat pemikiran
kapitalisme-sekulerisme, membuat aksi dan solidaritas keanggotaan geng
motor menarik perhatian mereka. Slogan seperti ‘persaudaraan’,
‘solidaritas’, ‘setia kawan’, dsb. dan budaya hedonisme yang ditawarkan
menjadi daya tarik tersendiri bagi kawula muda.
Di Barat, berbagai geng termasuk geng motor banyak diminati kaum muda.
Geng-geng motor seperti Bandidos, Vagos, Mongols hingga yang dipercayai
terbesar seantero Amerika, Hells Angels, banyak menarik perhatian kaum
muda di AS. Padahal seluruh geng motor di AS tidak ada yang tidak
terlibat dalam kejahatan seperti kekerasan, pembunuhan, penjualan
narkoba, penjualan senjata gelap, prostitusi dan pemerkosaan.
Berulangkali FBI menangkapi anggota dan pimpinan anggota geng-geng motor
tersebut.
Lambannya penanganan terhadap aksi geng motor memang menjadi salah satu
penyebab masih eksisnya mereka di jalanan. Faktor hukum yang tidak
memberi efek jera juga menyumbangkan penyebab tidak kapoknya geng-geng
ini terus bermunculan. Dalam Islam tindak kriminal yang geng motor
lakukan seperti menakut-nakuti masyarakat, menciptakan rasa tidak aman
di jalanan, apalagi sampai melakukan tindak kekerasan dan perampasan
sudah masuk kejahatan berat dengan ancaman sanksi yang berat. Firman
Allah:
“Sesungguhnya pembalasan terhadap orang-orang yang memerangi Allah
dan Rasul-Nya dan membuat kerusakan di muka bumi, hanyalah mereka
dibunuh atau disalib, atau dipotong tangan dan kaki mereka dengan
bertimbal balik, atau dibuang dari negeri (tempat kediamannya). Yang
demikian itu (sebagai) suatu penghinaan untuk mereka didunia, dan di
akhirat mereka beroleh siksaan yang besar,”(QS. al-Maidah [5]: 33).
Meski sekarang operasi membubarkan geng motor tengah dilakukan dengan
gencar oleh aparat, akan tetapi keberadaan mereka seperti kata pepatah;
mati satu tumbuh seribu. Satu geng motor bisa dibubarkan, akan tetapi
akan bermunculan lagi kelompok-kelompok baru. Karena geng-geng kriminal
seperti geng motor lahir dari rahim kapitalisme-sekulerisme. Selama
masih ada ketimpangan sosial dan ekonomi, maraknya broken home,
pengangguran, mahalnya biaya pendidikan, hedonisme, dan lemahnya
penangangan hukum, maka geng-geng motor seperti itu tidak akan punah. Di
negara-negara Barat yang menerapkan kapitalisme-sekulerisme,
kelompok-kelompok seperti itu masih terus eksis dengan aksi kriminalnya.
Padahal perang terhadap keberadaan mereka sudah ditabuh aparat keamanan
sejak lama. Tidak ada jalan keluar untuk menghapus keberadaan mereka
melainkan dengan mengganti terlebih dahulu tatanan sosial yang rusak
dengan tatanan sosial yang benar dan sesuai fitrah manusia, yaitu
tatanan sosial yang dibangun sesuai syariah Islam dalam naungan sistem
al-Khilafah ar-Rasyidah. Tanpa perubahan total maka tidak realitas
masyarakat yang rusak tidak akan pernah berubah menjadi baik dan
diridhai oleh Allah SWT.
[IJ LS HTI[www.bringislam.web.id]