Restoran "Anti Kesepian" di Jepang, Cermin Masyarakat yang Sakit

Restoran "Anti Kesepian" di Jepang | Cermin Masyarakat yang Sakit

Kesepian dan kesendirian sudah menjadi salah satu ciri masyarakat Jepang, terutama yang hidup di kota-kota besar. Karena itulah sebuah Restoran bernama The Moomins mencoba memfasilitasi kostumer makan malamnya agar tidak bosan dan malu untuk makan sendirian. Sebuah boneka bernama Moomins yang memiliki karakter mirip kuda nil, disiapkan untuk menemani pelanggan yang single dan kesepian. Sebagian percaya memerangi kesepian dan kesendirian dapat memerangi angka bunuh diri yang tinggi di Jepang.

Restoran "Anti Kesepian" di Jepang, Cermin Masyarakat yang Sakit

Depresi dan bunuh diri adalah fakta kehidupan di Jepang. Tiada hari tanpa seseorang melemparkan diri di depan rel kereta api di Tokyo. (Bahkan, diperkirakan angkanya mencapai 70 orang bunuh diri per hari.) Angka bunuh diri meningkat 30.000 pada tahun 1998, dan resesi pasca-2008 juga diperparah isu-isu sosial yang menyebabkan depresi soaial bagi banyak masyarakat Jepang. Angka Bunuh Diri sedikit menyusut pada 2012 dan lagi pada tahun 2013, namun tetap tinggi.

http://www.japantrends.com/moomin-help-solitary-diners-in-japan-with-anti-loneliness-cafe-at-tokyo-dome-city-laqua/


Teknologi canggih tiada artinya, ketika salah memahami tujuan hidupnya.
 
Sekulerisme telah membuat masyarakat dan negara-negara Kapitalis berada dalam kondisi ‘kebingungan’ dan 'sakit'.
Percampuran antara materialisme dan kebebasan individu tanpa batas telah menyebabkan kekerasan yang mewabah, keruntuhan bangunan keluarga, makin tingginya depresi sosial, krisis solidaritas antar generasi (intergenerational solidarity crisis) sehingga kaum muda tidak lagi peduli pada mereka yang lanjut usia dan sebaliknya, kesenjangan antara si kaya dan si miskin, hingga gagalnya proses integrasi sosial akibat kegagalan mengelola perbedaan dalam masyarakatnya

Inilah yang disebut sebagai SINDROM CHICAGO, sindrom negeri-negeri sekuler kapitalistik, yakni "mencapai kemajuan ekonomi namun mengalami kemunduran moral dan krisis sosial" ; teknologi maju pesat, namun kehidupan sosial masyarakat babak belur. Inilah ciri masyarakat yang sakit. Pembangunan pesat yang mereka nikmati diiringi dengan kemusnahan institusi kekeluargaan dan krisis kebahagiaan

Negeri manapun baik di Barat maupun di Timur, seperti Jepang yang menjadikan aturan hidup yang lahir daripada akal manusia (yakni : sekular-demokrasi-kapitalis) sebagai sistem kehidupan, hakikatnya sedang dan akan mengalami sindrom yang sama, yakni sindrom masyarakat yang sakit! (Fika Komara)

[www.bringislam.web.id]

Posting Komentar untuk "Restoran "Anti Kesepian" di Jepang, Cermin Masyarakat yang Sakit"