Jawaban Soal: Makna Hadits Tentang Mujadid Setiap Akhir Seratus Tahun
بسم الله الرحمن الرحيم
(Rangkaian Jawaban asy-Syaikh al-‘Alim ‘Atha’
bin Khalil Abu ar-Rasytah Amir Hizbut Tahrir atas Berbagai Pertanyaan di
Akun Facebook Beliau)
Jawaban Pertanyaan: tentang Makna Hadits asy-Syarif
«إِنَّ اللَّهَ يَبْعَثُ لِهَذِهِ الْأُمَّةِ عَلَى رَأْسِ كُلِّ مِائَةِ سَنَةٍ مَنْ يُجَدِّدُ لَهَا دِينَهَا»
Sesungguhnya Allah mengutus untuk umat ini, pada setiap akhir seratus tahun, orang yang memperbaharui agama mereka untuk umat
Kepada Abu Mu`min Hamad
Pertanyaan:
Assalamu ‘alaikum wa rahmatullah wa barakatuhu.
Semoga Allah memberkahi Anda dan mempercepat nushrah melalui tangan
Anda … dan semoga Allah memberi manfaat kepada kami dengan ilmu Anda.
Di antara hadits-hadits shahih yang masyhur adalah apa yang
diriwayatkan oleh Shahabat yang mulia Abu Hurairah ra., dari Rasulullah
SAW bahwa beliau bersabda:
«إِنَّ اللَّهَ يَبْعَثُ لِهَذِهِ الْأُمَّةِ عَلَى رَأْسِ كُلِّ مِائَةِ سَنَةٍ مَنْ يُجَدِّدُ لَهَا دِينَهَا»
Sesungguhnya Allah mengutus untuk umat ini, pada setiap akhir seratus tahun, orang yang memperbaharui untuk umat agama mereka (HR
Abu Dawud no. 4291, Dishahihkan oleh as-Sakhawi di al-Maqâshid
al-Hasanah (149) dan al-Albani di as-Silsilah ash-Shahîhah no. 599)
Pertanyaannya adalah: apa makna hadits tersebut? Apakah kata “man“ di
dalam hadits tersebut memberi makna bahwa mujadid itu individu ataukah
jamaah? Dan apakah mungkin membatasi mereka pada abad ke tujuh? Semoga
Allah memberikan balasan yang lebih baik kepada Anda.
Jawab:
Wa ‘alaikum as-salam wa rahmatullah wa barakatuhu.
Benar, hadits tersebut shahih. Di dalamnya ada lima masalah:
- Dari tahun mana dimulai abad itu? Apakah dari kelahiran Rasul saw, atau dari tahun beliau diutus, atau dari hijrah, atau dari wafat beliau saw?
- Apakah “ra’s kulli mi`ah“ berarti awal setiap seratus (setiap satu abad), atau sepanjang tiap satu abad, atau pada akhir tiap satu abad?
- Apakah kata “man“ berarti satu orang, atau berarti jamaah yang memperbaharui untuk manusia agama mereka?
- Apakah ada riwayat yang memiliki sudut pandang shahih tentang hitungan orang-orang mujadid selama abad-abad lalu?
- Apakah mungkin kita mengetahui pada abad ke empat belas yang berakhir pada 30 Dzul Hijjah 1399, siapakah mujadid untuk masyarakat yang memperbaharui agama mereka?
Saya akan berusaha semampu saya untuk menyebutkan yang rajih menurut
saya dalam masalah-masalah tersebut tanpa terjun pada point-point
perbedaan. Dan saya katakan dengan taufik dari Allah dan Dia Zat yang
memberi petunjuk kepada jalan yang lurus:
1. Dari tahun berapa dimulai seratus tahun itu?
Al-Munawi di Muqaddimah Fath al-Qadir mengatakan:
“diperselisihkan tentang ra’s al-mi`ah apakah dinilai dari kelahiran
Nabi SAW, tahun beliau diutus, hijrah atau tahun beliau wafat …” Yang
rajih menurutku bahwa penilaian tersebut adalah dari hijrah. Hijrah itu
adalah peristiwa yang dengannya Islam dan kaum Muslimin menjadi mulia
dengan tegaknya daulahnya. Karena itu ketika Umar mengumpulkan para
sahabat untuk bersepakat atas awal kalender, mereka bersandar pada
hijrah. Imam ath-Thabari mengeluarkan di Târîkh-nya, ia berkata:
“حَدَّثَنِي عَبْدُ الرَّحْمَنِ بْنُ
عَبْدِ اللَّهِ بْنِ عَبْدِ الْحَكَمِ، قَالَ: حَدَّثَنَا نُعَيْمُ بْنُ
حَمَّادٍ، قَالَ: حَدَّثَنَا الدَّرَاوَرْدِيُّ، عَنْ عُثْمَانَ بْنِ
عُبَيْدِ اللَّهِ بْنِ أَبِي رَافِعٍ، قَالَ: سَمِعْتُ سَعِيدَ بْنَ
الْمُسَيِّبِ، يَقُولُ: جَمَعَ عُمَرُ بْنُ الْخَطَّابِ النَّاسَ،
فَسَأَلَهُمْ، فَقَالَ: من أي يوم نكتب؟ فقال علي: من يوم هاجر رسول الله
صلى الله عليه وسلم، وَتَرَكَ أَرْضَ الشِّرْكِ، فَفَعَلَهُ عُمَرُ رَضِيَ
اللَّهُ عَنْهُ.
Telah menceritakan kepadaku Abdurrahman bin Abdullah bin Abdul
Hakam, ia berkata: telah menceritakan kepada kami Nu’aim bin Hamad, ia
berkata: telah menceritakan kepada kami ad-Darawardi dari Utsman bin
Ubaidullah bin Abi Rafi’, ia berkata: aku mendegar Sa’id bin al-Musayyib
berkata: Umar bin al-Khaththab mengumpulkan orang-orang dan menanyai
mereka. Umar berkata: dari hari apa kita tulis?” maka Ali berkata: “dari
hari Rasulullah saw hijrah dan beliau meninggalkan bumi kesyirikan”.
Maka Umar ra. melakukannya.
Abu Ja’far (ath-Thabari) berkata: mereka –para sahabat- menilai tahun
hijriyah pertama dari Muharram tahun itu, yakni dua bulan beberapa hari
sebelum Rasulullah saw datang ke Madinah karena Rasulullah saw datang
di Madinah pada tanggal 12 Rabiul Awal.”
Atas dasar itu, saya
merajihkan untuk menghitung tahun-tahun ratusan (abad) berawal dari
tahun hijrah yang dijadikan sandaran para sahabat ridhwanullah ‘alayhim.
2. Sedangkan ra’s al-mi`ah yang rajih adalah akhirnya.
Yakni bahwa mujadid itu ada pada akhir abad; yaitu seorang yang ‘alim,
terkenal, bertakwa dan bersih. Dan wafatnya pada akhir ratusan itu dan
bukan pada pertengahan atau sepanjang abad itu. Adapun kenapa saya
merajihkan hal itu, dikarenakan sebab-sebab berikut:
a. Ditetapkan dengan riwayat-riwayat shahih bahwa mereka menilai Umar
bin Abdul ‘Aziz pada pengujung seratus tahun pertama. Beliau wafat pada
tahun 101 H, dan usianya 40 tahun. Dan mereka menilai asy-Syafii pada
penghujung seratus tahun kedua dan beliau wafat pada tahun 204 H dan
usia beliau 54 tahun. Dan jika diambil penafsiran “ra’s kulli mi`ah sanah”
itu selain ini, yakni ditafsirkan awal abad, maka Umar bin Abdul Aziz
bukan mujadid abad pertama sebab beliau dilahirkan tahun 61 H. Begitu
pula asy-Syafii bukan mujadid abad kedua sebab beliau dilahirkan tahun
150 H. Ini makna ra’s kulli mi`ah sanah” yang dinyatakan
di dalam hadits tersebut, berarti akhir abad dan bukan awalnya. Maka
mujadid itu dilahirkan sepanjang abad itu kemudian menjadi seorang yang
‘alim terkenal dan mujadid pada akhir abad itu dan diwafatkan pada akhir
abad itu.
b. Sedangkan dalil bahwa Umar bin Abdul Aziz adalah mujadid seratus
tahun pertama dan asy-Syafii adalah mujadid seratus tahun kedua adalah
apa yang sudah terkenal di tengah para ulama dan para imam umat ini.
Az-Zuhri, Ahmad bin Hanbal dan selain keduanya diantara para imam
terdahulu dan yang belakangan, mereka telah sepakat bahwa mujadid abad
pertama adalah Umar bin Abdul Aziz rahimahullah dan pada akhir abad
kedua adalah imam asy-Syafii rahimahullah. Umar bin Abdul Aziz
diwafatkan pada tahun 101 dan usianya 40 tahun dan masa khilafah beliau
selama dua setengah tahun. Dan asy-Syafii diwafatkan pada tahun 204 dan
usia beliau 54 tahun. Al-Hafizh Ibn Hajar di at-Tawâliy at-Ta`sîs
mengatakan, Abu Bakar al-Bazar berkata, aku mendengar Abdul Malik bin
Abdul Humaid al-Maymuni berkata: aku bersama Ahamd bin Hanbal lalu
berlangsung mengingat asy-Syafii lalu aku lihat Ahmad mengangkatnya dan
berkata: diriwayatkan dari an-Nabi beliau bersabda:
إِنَّ اللَّهَ تَعَالَى يُقَيِّضُ فِي رَأْسِ كُلِّ مِائَةِ سَنَةٍ مَنْ يُعَلِّمُ النَّاسَ دِينَهُمْ
Sesungguhnya Allah membatasi pada penghujung setiap seratus tahun orang yang mengajarkan masyarakat agama mereka
Ahmad berkata, Umar bin Abdul Aziz pada penghujung abad pertama dan saya berharap asy-Syafii pada abad yang lain (kedua).
Dan dari jalur Abu Sa’id al-Firyabi, ia berkata: Ahmad bin Hanbal berkata:
إِنَّ اللَّهَ يُقَيِّضُ لِلنَّاسِ فِي
كُلِّ رَأْسِ مِائَةٍ مَنْ يُعَلِّمُ الناس السنن وينفي عن النبي الْكَذِبَ
فَنَظَرْنَا فَإِذَا فِي رَأْسِ الْمِائَةِ عُمَرُ بْنُ عَبْدِ الْعَزِيزِ
وَفِي رَأْسِ الْمِائَتَيْنِ الشَّافِعِيُّ
Sesungguhnya Allah membatasi untuk masyarakat pada setiap
penghujung seratus tahun orang yang mengajarkan masyarakat sunan dan
menafikan kedustaan dari Nabi. Dan kami melihat pada penghujung seratus
tahun pertama adalah Umar bin Abdul Aziz dan pada penghujung seratus
tahun kedua adalah asy-Syafii
Ibn ‘Adi berkata: Aku mendengar Muhammad bin Ali bin al-Husain
berkata: Aku mendengar ashhabuna mereka mengatakan, pada seratus tahun
pertama adalah Umar bin Abdul Aziz dan pada seratus tahun kedua Muhammad
bin Idris asy-Syafii.
Al-Hakim telah mengeluarkan di Mustadrak-nya dari Abu
al-Walid, ia berkata: Aku ada di majelis Abu al-‘Abbas bin Syuraih
ketika seorang syaikh (orang tua) berdiri kepadanya memujinya lalu aku
mendengar ia berkata: telah menceritakan kepada kami Abu ath-Thahir
al-Khawlani, telah menceritakan kepada kami Abdullah bin Wahbin, telah
memberitahukan kepada kami Sa’id bin Abi Ayyub dari Syarahil bin Yazid
dari Abu ‘Alqamah, dari Abu Hurairah ra, bahwa Rasulullah saw bersabda:
«إِنَّ اللَّهَ يَبْعَثُ عَلَى رَأْسِ كُلِّ مِائَةِ سَنَةٍ مَنْ يُجَدِّدُ لَهَا دِينَهَا»
Sesungguhnya Allah mengutus pada penghujung setiap seratus tahun orang yang memperbaharui agamanya
Maka bergembiralah wahai al-Qadhi, sesungguhnya Allah mengutus pada
penghujung seratus tahun pertama Umar bin Abdul Aziz, dan Allah mengutus
pada penghujung seratus tahun kedua Muhammad bin Idris asy-Syafii …
Al-Hafizh Ibn hajar mengatakan, ini mengindikasikan bahwa hadits itu masyhur pada masa itu.
c. Mungkin dikatakan bahwa ra’s asy-syay`i secara bahasa artinya awalnya. Lalu bagaimana kita merajihkan bahwa ra’s kulli mi`ah sanah adalah akhirnya dan bukan awalnya? Jawabnya adalah bahwa ra’s asy-syay`i seperti di dalam bahasa adalah awal sesuatu itu dan demikin juga akhirnya. Ia berkata di Tâj al-‘Arûs: ra’s asy-syay`i adalah ujungnya dan dikatakan akhirnya. Ibn Manzhur berkata di Lisân al-‘Arab: kharaja adh-dhabb murâ`isan:
biawak itu keluar dari lubangnya dengan kepala lebih dahulu dan ada
kalanya dengan ekornya lebih dahulu. Yakni keluar dengan awal atau
akhirnya. Atas dasar itu ra’s asy-syay`i seperti yang
dinyatakan di dalam bahasa, bermakna awalnya, dan bermakna ujungnya baik
awalnya atau akhirnya. Dan kita perlu qarinah yang merajihkan makna
yang dimaksud di dalam hadits untuk kata ra’s al-mi`ah apakah
awalnya ataukah akhirnya. Dan qarinah-qarinah ini ada di dalam
riwayat-riwayat terdahulu yang menilai Umar bin Abdul Aziz adalah
mujadid seratus tahun pertama dan beliau diwafatkan pada tahun 101 dan
penilaian bahwa asy-Syaifi adalah mujadid seratus tahun kedua dan beliau
diwafatkan pada tahun 204. Semua itu merajihkan bahwa makna di dalam
hadits tersebut adalah akhir seratus dan bukan awalnya.
Berdasarkan atas semua yang terdahulu itu maka saya merajihkan bahwa makna ra’s kulli mi`ah sanah yang dinyatakan di dalam hadits tersebut adalah akhir setiap seratus tahun.
3. Adapun apakah kata “man” berarti satu orang atau jamaah,
maka hadits tersebut diriwayatkan “diutus untuk umat ini …orang yang
memperbaharui agama umat”. Seandainya kata “man” menunjukkan pada jamak niscaya fi’ilnya jamak yakni “man yujaddidûna, akan tetapi fi’il disitu dinyatakan mufrad “yujaddidu”. Meski bahwa dalalah “man” disitu ada makna jamak juga hingga meskipun setelahnya fi’il mufrad. Namun saya merajihkan bahwa “man” itu disini untuk mufrad dengan qarinah fi’ilnya yaitu yujaddidu.
Dan saya katakan, saya rajihkan, sebab dalalah disini dengan mufrad
bukanlah qath’iy hingga meski fi’il setelahnya adalah mufrad. Karena
itu, ada orang yang menafsirkan “man” dengan dalalah jamaah dan
mereka menghitung riwayat mereka adalah jamaah ulama pada setiap
seratus tahun. Akan tetapi, itu adalah pendapat yang lebih lemah seperti
yang telah kami sebutkan barusan.
Atas dasar itu, maka yang rajih menurut saya bahwa kata “man” menunjukkan satu orang, yakni bahwa mujadid pada hadits tersebut adalah satu orang ‘alim lagi bertakwa dan bersih …
4. Adapun hitungan nama-nama para mujadid pada abad-abad lalu, maka
ada riwayat-riwayat dalam hal itu dan yang paling terkenal adalah syair
as-Suyuthi di mana ia menghitung untuk sembilan abad dan ia memohon
kepada Allah agar menjadi mujadid yang kesembilan. Saya nukilkan
sebagian syair itu:
“فَكَانَ عِنْدَ الْمِائَةِ الْأُولَى عُمَرْ خَلِيفَةُ الْعَدْلِ بِإِجْمَاعٍ وَقَرْ…
وَالشَّافِعِيُّ كَانَ عِنْدَ الثَّانِيَةِ لِمَا لَهُ مِنَ الْعُلُومِ السَّامِيَةِ…
وَالْخَامِسُ الْحَبْرُ هُوَ الْغَزَالِي وَعَدّهُ مَا فِيهِ مِنْ جِدَالِ…
وَالسَّابِعُ الرَّاقِي إلى المراقي بن دَقِيقِ الْعِيدِ بِاتِّفَاقِ…
وَهَذِهِ تَاسِعَةُ الْمِئِينَ قَدْ
أَتَتْ وَلَا يُخْلَفُ مَا الْهَادِي وَعَدْ وَقَدْ رَجَوْتُ أَنَّنِي
الْمُجَدِّدُ فِيهَا فَفَضْلُ اللَّهِ لَيْسَ يُجْحَدُ…
Pada abad pertama Umar bin Abdul Azis yang adil, menurut ijmak yang kokoh …
Dan asy-Syafii pada abad kedua karena ia memiliki ilmu yang tinggi …
Dan kelima adalah al-Habru, dia adalah al-Ghazali dan penghitungan dia di dalamnya ada perdebatan …
Dan ketujuh adalah yang menanjak ke tempat tinggi Ibn Daqiq al-‘Aid menurut kesepakatan …
Dan abad kesembilan ini sudah datang dan tidak ditinggalkan al-hadi
yang telah dihitung dan aku sungguh berharap bahwa aku menjadi mujadid
di dalamnya dan karunia Allah tidak bisa diperbaharui …
Ada pendapat-pendapat lain yang terus berlangsung setelah itu.
5. Dan apakah mungkin kita mengetahui pada abad ke-14 yang berakhir
pada 30 Dzul Hijjah 1399 H, siapakah untuk masyarakat mujadid agama
mereka?
Sangat menarik perhatianku apa yang masyhur pada para ulama yang
kredibel bahwa penghujung tahun adalah akhirnya. Umar bin Abdul Aziz
dilahirkan pada tahun 61 H dan diwafatkan penghujung abad pertama pada
tahun 101 H. Asy-Syafii dilahirkan pada tahun 150 H dan diwafatkan pada
penghujung abad ke-2 tahun 204 H …
Artinya masing-masing dari keduanya dilahirkan di pertengahan abad
dan menjadi terkenal pada akhirnya dan diwafatkan pada akhirnya. Seperti
yang saya katakan, saya merajihkan penafsiran ini dikarenakan sudah
terkenal di antara para ulama yang kredibel bahwa Umar bin Abdul Aziz
adalah mujadid pada penghujung abad pertama, dan asy-Syafii adalah
mujadid pada penghujung abad kedua. Berdasarkan hal itu maka saya
merajihkan bahwa Al-‘allamah Taqiyuddin an-Nabhani
rahimahullah adalah mujadid pada penghujung abad ke-14. Beliau
dilahirkan pada tahun 1332 H dan menjadi terkenal pada akhir abad ke-14
ini, khususnya ketika beliau mendirikan Hizbut Tahrir pada Jumaduts
Tsaniyah tahun 1372 H dan beliau diwafatkan pada tahun 1398 H. Dakwah
beliau kepada kaum Muslimin kepada qadhiyah mashiriyah (agenda
utama hidup mati), melanjutkan kehidupan islami dengan tegaknya daulah
al-khilafah ar-rasyidah, memiliki pengaruh yang besar dalam kehidupan
umat, kesungguhan dan keseriusan mereka, hingga al-khilafah hari ini
menjadi tuntutan umum milik kaum Muslimin. Maka semoga Allah merahmati
Abu Ibrahim, dan semoga Allah SWT merahmati saudara beliau Abu Yusuf
setelahnya dan menghimpunkan kedua beliau bersama para nabi,
ash-shidiqun, syuhada dan orang-orang shalih dan mereka adalah
sebaik-baik teman.
Ini yang saya rajihkan ya akhi Abu Mu`min. Wallah a’lam bi ash-shawâb wa huwa subhânahu ‘indahu husnu al-ma`âb.
Saudaramu
Atha’ bin Khalil Abu ar-Rasytah
14 Sya’ban 1434 H
23 Juni 2013 M
Posting Komentar untuk "Jawaban Soal: Makna Hadits Tentang Mujadid Setiap Akhir Seratus Tahun"