Dogma Trinitas Tak Masuk Akal, Kathryn Akhirnya Memilih Islam
. Hubungan antar keluarg mereka terbilang akrab satu sama lain. Kathryn yang asal Kanada menghabiskan masa remajanya di London dan Ontario. Seperti
penganut Katolik lainnya, ia pergi ke gereja setiap hari minggu,
sekolah di sekolah Katolik hingga ke jenjang universitas. Kathyrn
kuliah di Brescia University College, sebuah perguruan tinggi Kristen
khusus perempuan yang berafiliasi dengan Universitas Western Ontario.
Kathryn Bouchard dibesarkan dalam lingkungan keluarga Katolik yang moderat.Kedua orangtuanya adalah guru sekolah Katolik
“Meski saya dibesarkan dalam lingkungan Katolik, orangtua mendorong saya
untuk berteman dengan beragam orang dari berbagai latar belakang dan
boleh menanyakan apa saja berkaitan dengan kehidupan dan agama,” kata
Kathryn.
Konsep Trinitas Yang Tak Masuk Akal
Ia mulai mempelajari agama-agama dalam usia yang relatif masih mudah
ketika ia berusia 16 atau 17 tahun dan masih duduk di sekolah menengah. Kathryn mengatakan, ia tidak mau menjadi bagian dari sebuah agama hanya karena ia sudah menganut agama itu sejak ia dilahirkan. Itulah sebabnya, Kathryn tidak sungkan mempelajari beragam agama mulai dari Hindu, Budha sampai Yudaisme. Ketika itu, ia hanya sedikt saja mengeksplorasi agama Islam.
Alasan Kathryn mempelajari beragam agama, salah satunya karena banyak hal dalam ajaran Katolik yang tidak dipahami Kathryn. “Kami sering kedatangan pendeta di sekolah dan kami melakukan pengakuan dosa. Saya pernah bertanya pada seorang pendeta,’Saya betul-betul tidak paham dengan konsep Trinitas.Bisakah Anda menjelaskannya?’ Tapi pendeta itu menjawab ‘Yakini saja’.Mereka tidak memberikan jawabannya,” tutur Kathryn.
Ia belum mendapatkan jawaban yang memuaskan tentang konsep Trinitas
dalam agama Kristen, hingga ia di bangku kuliah dan mempelajari berbagai
ilmu di seminari dan mempelajari teologi agama Katolik.
“Jika saya menanyakan tentang Trinitas, mereka akan menjawab ‘ayah dan
ibumu saling mencintai, ketika mereka memiliki anak, itu seperti tiga
dalam satu dengan identitas berbeda’. Jadi,
banyak sekali analogi yang diberikan untuk menjelaskan bagaimana Yesus
bisa menjadi Tuhan dan menjadi anak Tuhan dan menjadi dirinya sendiri. Saya pikir banyak penganut Kristen yang menerima konsep ini tanpa memahaminya, ” ujar Kathryn.
Ia lalu menanyakan konsep Trinitas ke beberapa temannya dan ia mendapat
jawaban bahwa konsep Trinitas ada dan ditetapkan sebagai dasar
kepercayaan dalam agama Kristen setelah Yesus wafat. Sebuah jawaban yang mengejutkan Kathryn, karena itu artinya semua dasar dalam ajaran Kristen adalah ciptaan manusia. Yesus semasa hidupnya tidak pernah bilang dirinya adalah anak Tuhan dan tidak pernah mengatakan bahwa dirinya Tuhan.
“Saya membaca Gospel Mathias pertama dan dalam Gospel itu Yesus tidak
direferensikan sebagai anak Tuhan, tapi anak seorang manusia. Tapi dalam Gospel yang ditulis setelah Yesus wafat, banyak sekali disebutkan bahwa Yesus adalah anak Tuhan. Dan disebutkan pula bahwa ada alasan politis dibalik argumen konsep Trinitas,” papar Kathryn.
Ia melanjutkan,”Saya juga menemukan bahwa Yesus berdoa dan memohon pertolongan pada Tuhan. Jika Yesus minta pertolongan pada Tuhan, lalu bagaimana Yesus bisa menjadi Tuhan. Ini tidak masuk akal buat saya.”
Mengenal Islam
Setelah menyelesaikan studinya di Ontario, Kathryn pindah ke Montreal
dan di kota ini ia bertemu dengan banyak Muslim dari berbagai latar
belakang mulai dari Eropa, Afrika dan Karibia. Keberagaman ini membuka mata Kathryn bahwa pemeluk Islam ternyata berasal dari berbagai latar belakang kebangsaaan. Fakta ini mendorongnya untuk lebih banyak belajar tentang Muslim dan latar belakang mereka.
Kathryn mulai membaca banyak referensi tentang Islam. Tapi
ia menemukan bahwa contoh-contoh ekstrim tentang Islam di internet
sehingga ia sempat berkomentar “Saya tidak mau menjadi bagian dari agama
ini (Islam).” Oleh sang ayah, Kathryn disuruh terus membaca karena menurut sang ayah, dalam banyak hal sering terjadi salah penafsiran.
Kathryn pun melanjutkan pencariannya tentang Islam. Ia
bergabung dengan situs “Muslimahs”, sebuah situs internasional yang
beranggotakan para Muslimah maupun para mualaf dari berbagai negara. Dari situs inilah ia banyak belajar dan bertanya tentang Islam.
Kathryn mengatakan banyak hal yang ingin ia ketahui tentang ajaran
Islam.Misalnya, apa saja persamaan dan perbedaan ajaran Islam dan
Kristen, bagaimana posisi Yesus dalam Islam, siapa Nabi Muhammad,
masalah poligami dan berbagai isu Islam yang muncul pasca serangan 11
September 2001 di AS.
Selama kuliah di Montreal, Kathryn belajar banyak hal tentang Islam. Ketika
ia pulang ke London, orangtuanya mengira bahwa Kathryn hanya rindu
kembali ke rumah dan bukan untuk memperdalam minatnya pada Islam. Kathryn lalu membeli al-Quran dan buku-buku hadist. Pada ayahnya, ia bilang bahwa al-Quran bukan buatan manusia, ketika membaca al-Quran sepertinya Tuhan sedang bicara pada kita.
“Anda merasa bahwa ada juga kebenaran yang ditulis dalam alkitab, tapi
Anda tidak akan merasa bahwa itu semua tidak ditulis langsung oleh
Tuhan.Sedangkan al-Quran, Anda akan merasakan kebenaran yang
sesungguhnya,” ujar Kathryn.
“Saya juga menemukan banyak ilmu pengetahuan yang sudah lebih dulu
diungkap oleh al-Quran dan baru muncul kemudian dalam kehidupan
manusia.Saya pikir, al-Quran diturunkan pada manusia dengan tingkat
emosional dan logis. Islam mendorong umatnya untuk berpikir dan mencari ilmu,” sambung Kathryn.
Kathryn pun mulai belajar salat, datang ke ceramah-ceramah agama dan
mengontak masjid terdekat untuk mencari informasi apakah masjid itu
punya program untuk orang-orang sepertinya dirinya, yang berminat pada
agama Islam.
“Pertama kali saya masuk ke masjid, saya menangis. Saya
merasakan ada energi yang begitu besar yang tidak saya rasakan ketika
saya ke gerejat,” kisah Kathryn yang kemudian belajar membaca al-Quran
di masjid itu. Ia terus belajar dan bergaul dengan para warga Muslim. Sedikit demi sedikit, Kathryn bisa mengubah gaya hidupnya.
Ditanya apakah orangtuanya keberatan dengan perubahan dirinya. Kathryn
mengaku butuh waktu cukup panjang untuk meyakinkan orangtuanya bahwa ia
tidak menjauh dari keluarganya jika memeluk Islam.
Mengucap Dua Kalimat Syahadat
Kathryn mengungkapkan bahwa ia sendiri tidak pernah menyangka akhirnya memutuskan masuk Islam dan itu semua terjadi begitu saja. Saat itu, di bulan Juni tahun 2008, seperti biasanya ia datang ke pengajian mingguan di sebuah Islamic Center. Ia sama sekali berniat mengucapkan dua kalimat syahadat hari itu. Tapi ketika ia tiba di gedung Islamic Center, banyak sekali orang-orang yang telah ia kenal hadir.
Hari itu, tema pengajian adalah umrah. Banyak
anak-anak muda Muslim yang datang dan menceritakan pengalaman mereka
ikut umrah serta bagaimana hidup mereka berubah setelah umrah. Pengajian
dibimbing oleh Dr Munir El-Kassem. Saat Dr El-Kassem bertanya apakah
ada diantara para hadirin yang ingin mengajukan pertanyaan, Kathryn
dengan spontan mengangkat tangan dan berkata,”Bisakah saya mengucapkan
syahadat?” Kathryn sempat kaget sendiri dengan pertanyaan itu karena ia merasa tidak merencanakannya. Semua terjadi begitu saja, spontan.
“Seketika ruangan menjadi sunyi dan saya pikir Dr El-Kassem juga terkejut. Saya memang mengenakan kerudung setiap kali datang pengajian sebagai bentuk penghormatan saya pada Islam. Dr
El-Kassem lalu meminta saya maju ke depan dan menceritakan di depan
hadirin bagaimana saya bisa sampai pada Islam,” tutur Kathryn.
Kathryn mengaku gemetar ketika mengucapkan dua kalimat syahadat. “Tapi saya merasa hati saya begitu lapang, penuh dengan cahaya ibarat sebuah pintu hati yang terbuka. Saya mereka sudah mengambil jalan yang benar,” ungkap Kathryn.
Itulah hari bersejarah bagi Kathryn, hari dimana ia memulai kehidupan sebagai seorang Muslimah. Tahun pertama menjalankan puasa di bulan Ramadhan, diakui Kathryn sangat berat. Namun ia merasa bahagia setelah menjadi seorang Muslim. Kathryn mengaku hidupnyan lebih teratur, disiplin dan sehat karena ia tidak lagi makan daging babi dan minum minuman beralkohol. Kathryn juga mengatakan bahwa ia kini tahu apa sebenarnya tujuan dan mau kemana arah hidupnya. (Red/iol/readislam/www.bringislam.web.id]
Posting Komentar untuk "Dogma Trinitas Tak Masuk Akal, Kathryn Akhirnya Memilih Islam "