Umat Islam di Syam tak Akan Istirahat Sampai Mereka menyentuh Dinding Masjid Al-Aqsha
–OLEH: SYAIKH DR ABDULLAH AL-MUHAYSINI–
SALAM-ONLINE: Dengan Nama Allah Yang Maha Pengasih Maha Penyayang. Segala puji hanya milik Allah, Rabb semesta alam. Shalawat dan salam semoga tercurah kepada Nabi kita Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam serta bagi seluruh keluarga dan para sahabat beliau.
Suatu kehormatan ketika saya ditanya tentang kemajuan yang telah dicapai oleh Jaish Al-Fath (Pasukan Penakluk)—gabungan antarfaksi Mujahidin Suriah.
Sejauh ini, menurut saya—Wallahu A’lam— eksperimen Jaish Al-Fath adalah tahapan terbaru dari tahapan konflik di Syam, konflik antara Islam dan kekufuran, dan mungkin ini adalah bagian dari pemenuhan janji Allah (Alhamdulillah) atas Jihad di Syam.
Kita telah mengatakan dan masih terus mengatakan, “Biarkan Jihad di Syam terus berjalan, karena padanya telah ada ketetapan.”
Siapa pun yang memeriksa Jihad di bumi Syam mereka akan menemukan bahwa kapan pun manusia mengklaim Jihad telah surut, Allah mengirim seseorang yang bisa mengembalikan kekuatan pada Jihad melawan Nushayri dan Rawafid ini. Dan menurut saya, Wallahu A’lam, Kaum Muslimin di Syam tidak akan beristirahat sampai mereka menyentuh dinding Masjidil Aqsha.
Karena itu, siapa pun yang melihat tahapan-tahapan konflik di Syam, akan menemukan bahwa semua ini dimulai oleh anak-anak Dar’aa (sering disebut sebagai ‘Tempat Lahirnya Revolusi’). Tahapan awal ini adalah tahapan damai. Kemudian diikuti oleh tahapan kedua, dimana orang-orang bergerak untuk melakukan jihad yang belum terorganisir—setiap mereka membawa senjata dan bertempur.
Setelah itu, berpindah menjadi Jihad di Jalan Allah, saat mana kelompok-kelompok Islam mulai mengadopsi sebuah proyek. Selanjutnya Jihad berpindah ke tahapan keempat, tahapan perlawanan yang dahsyat—munculnya kembali Khawarij yang menyebabkan kekacauan di barisan kaum Muslimin. Lalu, datanglah tahapan kelima, tahapan yang melemah dan munculnya perpecahan.
Saat ini kita telah memasuki tahapan yang sedang kita alami, yaitu tahapan persatuan kaum Muslimin yang dipresentasikan oleh aliansi yang penuh berkah, Jaish Al-Fath.
Aliansi ini dibangun oleh kelompok-kelompok yang berbeda untuk memenuhi panggilan Allah: “Berpegang teguhlah kalian semua pada tali (agama) Allah, dan janganlah berpecah belah di antara kalian sendiri,” (QS Ali Imraan: 103).
Sebagian orang mengira bahwa Jaish Al-Fath hanyalah kerja sama dalam bidang militer saja. Padahal tidak, lebih dari itu sesungguhnya. Jaish Al-Fath adalah kerja sama dalam militer, kerja sama dalam mengelola kota-kota kaum Muslimin, kerja sama dalam Mahkamah Islamiyah dan pelayanan publik.
Bukan Hanya Pasukan Tempur
Jika ditanya apa yang telah dilakukan oleh Jaish Al-Fath, maka kami telah melakukan banyak hal, Alhamdulillah. Jaish Al-Fath dengan pertolongan Allah, telah membebaskan wilayah-wilayah dalam kurun waktu 6 bulan yang setara dengan apa yang telah dibebaskan sejak dimulainya Jihad di bagian utara Suriah.
Kami telah membebaskan Kota Idlib sepenuhnya, kemudian Ariha, berlanjut ke Jisr al-Shougur dan Sahl al-Ghab, melalui pertempuran yang sengit, dimana kaum kafir kehilangan lebih dari 2.000 personelnya, juga peralatan tempur mereka. Dan sebagiannya lagi dijadikan tawanan.
Jaish Al-Fath juga memberikan pelayanan publik kepada kaum Muslimin seperti di Kota Idlib, Ariha dan Jisr Shougur berupa pasokan listrik, air, distribusi bantuan kemanusiaan, sambungan telepon, penerangan serta perbaikan jalan dan ruang publik. Selain kegiatan dakwah, kami juga memiliki persatuan dewan pengadilan di sejumlah daerah, dan mengikis habis berbagai bentuk kelaliman dan kerusakan.
Terakhir, apa rahasia sukses Jaish Al-Fath? Maka akan saya jawab—Wallahu A’lam—bahwa Jaish Al-Fath sukses di antaranya adalah karena doa malamnya orang-orang yang tertindas, yang naik ke langit ketujuh, dan dikabulkan oleh Rabb semesta Alam (Alhamdulillah). Dan jika kita beralih kepada alasan yang membumi, kita akan menemukan bahwa Jaish Al-Fath merancang teknik baru, yang pertamanya ialah percaya bahwa mereka adalah para Ksatria pilihan di Jalan Allah.
Allah berfirman: “Takutlah kepada Allah dan tetaplah bersama orang yang jujur,” (QS At-Taubah: 119).
Hal ini penting untuk mempertimbangkan aspek dari pertempuran yang dahsyat agar diketahui kekuatan mereka dalam medan perang. Ketika perang Hunain terasa berat, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam memanggil orang-orang jujur untuk maju ke garis depan. ”Wahai Anshar! Wahai Muhajirin!” seru Rasulullah memanggil kaum Anshar dan Muhajirin, karena beliau mengetahui ketangguhan mereka pada saat Pertempuran. Ini adalah poin pertama.
Poin kedua, adalah kedermawanan kelompok-kelompok yang ada dalam memberikan senjata dan amunisi mereka. Tank-tank tak lagi hanya untuk menembak saja, tetapi juga menjadi pasukan penyerbu, dan ini telah didukung oleh Perjanjian Jaish Al-Fath.
Seiring dengan itu, pembentukan Jaish Al-Fath juga untuk mengorganisir serangan pasukan secara serentak dari berbagai sisi pada waktu yang bersamaan dan teratur, sehingga terjadi kesatuan dalam serangan yang mampu menghantam dan mengalahkan rezim secara telak.
Selain itu, ada juga pelatihan inghimasi (serangan dengan menceburkan diri ke barisan musuh, red) dan batalion istisyhadi (operasi syahid). Faktor-faktor militer ini yang saya yakini yang memainkan peran besar dalam membuat perubahan pada tahapan kali ini.
Apa yang dijanjikan Jaish Al-Fath kepada umat? Jaish Al-Fath berada pada keadaan hanya bergantung kepada Allah dan mempersiapkan pertempuran besar (berikutnya), mengambil contoh dari pertempuran kota Idlib, dalam bentuk jumlah personel, persenjataan dan amunisi. Kita memohon kepada Allah, keridhaan-Nya dengan bebasnya Kota Idlib ini.
Shalawat dan salam semoga tercurah kepada Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam beserta seluruh keluarga dan sahabat beliau.
Syaikh Dr Abdullah Al-Muhaysini adalah salah seorang Inisiator dan Anggota Dewan Syariah Jaish Al-Fath Suriah
Diterjemahkan dari Majalah Al-Risalah Suriah Edisi 2 oleh Shakirullah
[www.bringislam.web.id]
Posting Komentar untuk "Umat Islam di Syam tak Akan Istirahat Sampai Mereka menyentuh Dinding Masjid Al-Aqsha"