Istri Setenang Malam
Kita akan melihat bagaimana
Allah memberikan isyarat ringan tapi sangat dalam tentang peran seorang
istri bagi suaminya. Istri setenang malam.
Perhatikan satu ayat berikut ini:
وَمِنْ آَيَاتِهِ أَنْ خَلَقَ لَكُمْ مِنْ
أَنْفُسِكُمْ أَزْوَاجًا لِتَسْكُنُواإِلَيْهَا وَجَعَلَ بَيْنَكُمْ
مَوَدَّةً وَرَحْمَةً إِنَّ فِي ذَلِكَ لَآَيَاتٍ لِقَوْمٍ يَتَفَكَّرُونَ
Ayat ini sangat terkenal. Terutama di kita, ayat ini pasti akan
dibaca berkali-kali dalam satu pertemuan akad nikah. Dari mulai pembawa
acaranya, penghulu, sampai ustadz sang penyampai nasehat pernikahan.
Kata sakinah, mawaddah dan rahmah, juga sangat akrab di setiap kita
bicara tentang keluarga. Kata-kata Bahasa Arab itu seakan telah menjadi
kata yang diindonesiakan. Dan ketiga kata itu memang ada dalam ayat di
atas.
Secara teks aslinya, ayat tersebut menyampaikan kepada suami tentang
istri yang diciptakan dari diri sang suami sendiri. Mengingat Hawa
diciptakan dari tulang rusuk Adam, sebagaimana dalam hadits yang shahih.
Istri harus bisa memberikan kepada suaminya; sakinah, mawaddah dan
rahmah (ketenangan, cinta dan kasih sayang).
Jika kita search dalam Al Quran kata لِتَسْكُنُوا (agar kalian merasa
tenang), maka kita akan menjumpai kata ini disebut 4 kali. Yang pertama
adalah ayat tentang keluarga di atas. Dan yang 3 sisanya ayat-ayat
berikut ini:
هُوَ الَّذِي جَعَلَ لَكُمُ اللَّيْلَ لِتَسْكُنُوافِيهِ وَالنَّهَارَ مُبْصِرًا إِنَّ فِي ذَلِكَ لَآَيَاتٍ لِقَوْمٍ يَسْمَعُونَ
Dialah yang menjadikan malam bagi kamu supaya kamu beristirahat
padanya dan (menjadikan) siang terang benderang (supaya kamu mencari
karunia Allah). Sesungguhnya pada yang demikian itu terdapat tanda-tanda
(kekuasaan Allah) bagi orang-orang yang mendengar (Qs. Yunus: 67)
وَمِنْ رَحْمَتِهِ جَعَلَ لَكُمُ اللَّيْلَ وَالنَّهَارَ لِتَسْكُنُوافِيهِ وَلِتَبْتَغُوا مِنْ فَضْلِهِ وَلَعَلَّكُمْ تَشْكُرُونَ
Dan karena rahmat-Nya, Dia jadikan untukmu malam dan siang, supaya
kamu beristirahat pada malam itu dan supaya kamu mencari sebahagian dari
karunia-Nya (pada siang hari) dan agar kamu bersyukur kepada-Nya. (Qs.
Al Qashash: 73)
اللَّهُ الَّذِي جَعَلَ لَكُمُ اللَّيْلَ
لِتَسْكُنُوافِيهِ وَالنَّهَارَ مُبْصِرًا إِنَّ اللَّهَ لَذُو فَضْلٍ
عَلَى النَّاسِ وَلَكِنَّ أَكْثَرَ النَّاسِ لَا يَشْكُرُونَ
Allah-lah yang menjadikan malam untuk kamu supaya kamu beristirahat
padanya; dan menjadikan siang terang benderang. Sesungguhnya Allah
benar-benar mempunyal karunia yang dilimpahkan atas manusia, akan tetapi
kebanyakan manusia tidak bersyukur. (Qs. Ghafir: 61)
Allahu Akbar! Ternyata tiga ayat tersebut bicara tentang malam
sebagai tempat istirahat dan ketenangan yang merupakan kenikmatan yang
diberikan oleh Allah untuk manusia.
Dalam kata لِتَسْكُنُوا (Agar kalian tenang) lah kedua tema ayat-ayat
di atas bertemu. Sekarang kita bisa mengatakan bahwa seharusnya istri
setenang malam bagi suaminya.
Setelah ini, silakan digali yang dalam. Bagaimana ketenangan malam
bagi kita. Dan begitulah seharusnya istri berperan bagi sang suami.
Malam adalah saat lampu bumi dipadamkan. Yang tak lama lagi, lampu
rumah-rumah kita pun akan segera mengikutinya. Cahaya yang terang
bersinar, berapi-api, menyala, terang terkadang membuat silau mata;
dipadamkan. Karena waktu malam telah tiba. Agar semua bisa istirahat.
Seorang istri harus ‘memadamkan’ jiwanya, hatinya, lisannya. Dari
berapi-api, semangat yang menyala, menyilaukan, menjadi lisan dan jiwa
yang teduh dan mengistirahatkan bagi suaminya. Rendahkan hati dan lisan.
Pilihlah kalimat yang teduh dikirimkan dari hati yang tawadhu’, qona’ah
dan ridho.
Malam adalah selimut/pakaian (لباسا). Tempat kita merebahkan punggung
ini. Istirahat dalam tidur yang tak tergantikan. باسمك وضعت جنبي(Dengan
nama Mu aku rebahkan punggungku ini), begitulah bunyi salah satu doa
sebelum tidur kita. Istri harus mampu menjadi tempat suami merebahkan
jiwanya. Saat lelah mendera dalam semua tugas mulia seorang suami. Saat
seorang laki-laki yang perkasa menyandarkan kepalanya di tembok dengan
mata terpejam, karena kepenatan. Saat itulah sang istri harus menjadi
tempat bersandar kepala berikut jiwa sang suami saat nanti berjumpa
dalam peraduan mereka berdua. Saat seorang suami tak mampu mengangkat
kepalanya karena ditundukkan oleh berbagai beban. Saat itulah sang istri
harus mampu menjadi penyegar, penyemangat hingga kepala itu tegak
kembali.
Malam adalah waktu yang tak mungkin digantikan oleh siang. Orang yang
punya hutang tidur satu malam, terasa tidak bisa tergantikan bahkan
oleh dua siang. Walaupun sama-sama tidur. Sama-sama memejamkan mata. Ya,
karena malam memang tidak tergantikan oleh siang. Begitulah seorang
istri. Menjadi seseorang di dalam kehidupan suami yang tidak tergantikan
oleh siapapun. Tidak kakak dan adiknya, tidak orangtuanya apalagi hanya
temannya. Mungkin suami bisa menumpahkan uneg-uneg jiwanya kepada
kerabat atau teman akrabnya. Tetapi istri adalah tempat menumpahkan
curahan yang paling tepat dan tak tergantikan bahkan oleh dua kerabat
dan dua teman akrab.
Malam adalah waktu istimewa yang bahkan tidak dimiliki oleh siang
yang gagah itu. Sepertiga malam, ya hanya sepertiganya. Adalah waktu
yang tidak dimiliki oleh siang. Adakah waktu yang langsung dihadiri
Allah dengan semua rahmat, keberkahan, pengabulan doa, ampunan, kecuali
sepenggal malam itu. Begitulah istri. Hanya ‘sepenggal’ nya saja, sangat
istimewa. Mungkin tidak secerdas orang lain dalam bertukar pikiran.
Mungkin tidak sehebat teman dalam merencanakan. Tapi dalam diri istri
ada keberkahan dan rahmat bagi suami. Keberkahan dan rahmat jauh lebih
mahal dari sekadar kecerdasan otak. Dan itu hanya ‘sepenggal’ dari
istri.
Malam adalah musim semi bagi orang beriman. Apalagi jika musim dingin
dan waktu malam berjalan lebih lama. Tidur sudah sangat cukup. Tersisa
masih sangat cukup banyak waktu untuk seorang muslim bermunajat kepada
Penciptanya. Tempat mengadu, berkeluh kesah dan berdoa. Istri pun harus
menjadi musim semi bagi suami. Berbunga-bunga. Indah. Sejuk.
Menyegarkan. Menyenangkan. Tempat seorang pujangga mengukir kalimatnya
lebih indah di antara semilir angin yang memainkan dedaunan. Istri yang
menjadi penampungan bagi semua keluhan dan keluh kesah suami. Sesuatu
yang harus disyukuri, jika istri menjadi tempat berkeluh kesah suami.
Bukan justru merasa keberatan. Karena itu artinya sang istri telah
menjadi malam yang tenang bagi suami mempercayakan semua tumpahan
jiwanya; yang tidak pernah dia percayakan kepada siapapun di muka bumi
ini. Air mata seorang laki-laki yang sangat disegani dunia mungkin bisa
meleleh di pangkuan istri. Menangis bak anak kecil, padahal di luar sana
ia singa sang raja. Menyampaikan rapuhnya diri dan jiwa, padahal di
siang hari ia adalah orang paling kokoh yang dikenal orang. Semua itu
bisa terjadi, saat istri menjadi musim semi bagi suami.
Malam tempat keindahan tiada tara. Bintang gemintang, temaram
rembulan. Cahayanya memang tidak sekuat matahari siang. Justru di sini
bedanya. Tetap bercahaya tetapi tanpa rasa panas membakar dan tidak
menyilaukan. Siapapun akan senang berlama-lama menatap langit dengan
kerlap-kerlip bintang dan senyum bulan purnama. Lisan ini akan bertasbih
dan memuji Nya, sebagai iringan yang membuat semuanya semakin syahdu.
Istri bak bintang dan rembulan. Indah untuk dipandang. Tak pernah bosan
dan bahkan tak kuasa mata suami untuk mengalihkannya kepada kenikmatan
pandangan yang lain. Cahaya istri begitu bersinar tapi tidak membakar.
Indah, indah dan indah. “Alhamdulillah ya Robb, Kau kirimkan dia dalam
hidupku…” desah lisah suami.
Malam, sepanjang apapun pasti akan berlalu. Tapi berlalunya malam
untuk menyambut pagi yang penuh berkah. Langit mengawali hari dengan
cahaya tipis yang indah. Pagi yang menghembuskan nafasnya, mengirimkan
sepoi angin yang sejuk. Pagi mengawali semangat untuk bertarung di derap
siang. Istri pun demikian. Kebersamaan suami di samping istri, untuk
menyambut pagi yang penuh semangat demi memenangkan setiap pertarungan
siang. Istri yang memerankan fungsi malam dengan baik, akan menjadi
cahaya pagi yang berkah bagi suami.
Malam akan terus memerankan dirinya. Istri akan terus meniru malam
untuk mendampingi suaminya. Agar esok pagi sang suami bisa mengucap
(الحمد لله الذي أحيانا بعدما أماتنا) segala puji bagi Allah yang telah
menghidupkan aku setelah mematikanku.
Mungkin masih banyak hak malam yang tidak dipenuhi oleh tulisan ini.
Tetapi yakinlah bahwa malam adalah nikmat dan anugerah sangat besar,
sehingga harus berujung syukur sebagaimana ujung ayat-ayat tentang malam
di atas.
Terlalu mulia peran seorang istri jika hanya dibatasi oleh beberapa
lembar tulisan ini. Tetapi yang jelas, istri setenang malam adalah
anugerah terbesar di dunia ini bagi suami. Sehingga harus berujung pada
syukur yang merambati seluruh pori-pori kehidupan suami.
sumber: Parentingnabwawiyah.com
(zafaran/muslimahzone/BringbackIslam)
Posting Komentar untuk "Istri Setenang Malam"